
Lelang Sukuk Tak Capai Target, Tanda Pembalikan Arus Modal?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 April 2018 17:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, pemerintah kembali melelang surat utang syariah (sukuk). Dalam lelang ini, penawaran yang masuk adalah Rp 11,19 triliun, dan pemerintah mengambil Rp 6,79 triliun.
Pada Selasa (3/4/2018), pemerintah melelang tujuh seri sukuk dengan rincian sebagai berikut:
Total penawaran yang masuk berjumlah Rp 11,19 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah mengambil Rp 6,79 triliun dengan rincian:
Ini merupakan kali kedua lelang sukuk tidak mencapai sasaran. Sebelumnya, pada lelang sukuk 6 Maret pemerintah menyerap Rp 5,09 triliun. Padahal target indikatifnya Rp 8 triliun.
Momentum Kurang Tepat
Lelang hari ini mungkin berlangsung pada momentum yang kurang tepat. Pasalnya, ini dilakukan kala yield obligasi pemerintah AS sedikit naik.
Setelah lama dalam tren menurun, yield obligasi negara AS tenor 10 tahun hari ini naik ke 2,7552% dari hari sebelumnya yaitu 2,732%. Kenaikan yield AS dipicu oleh pelemahan dolar AS akibat sentimen perang dagang.
Dollar Index, yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama, masih melemah 0,07% pada sore ini. Dollar Index melemah sejak kemarin dan belum berhenti.
Perang dagang menjadi sentimen utama yang membebani dolar AS. Ekspor Negeri Adidaya akan terganggu karena produknya sulit masuk pasar China, mitra dagang terbesar ketiga mereka.
Ekspor yang seret berarti pasokan devisa ikut melambat. Kemungkinan ini dibaca oleh investor bahwa ke depan greenback akan kehilangan pijakannya.
Oleh karena itu, memegang aset berbasis dolar AS menjadi tidak menguntungkan karena nilainya terdepresiasi. Pelepasan aset berbasis greenback sepertinya tidak hanya melanda pasar saham, tetapi juga obligasi. Akibatnya, yield terdorong ke atas sebab harganya turun sebagai imbas aksi jual.
Namun, kenaikan yield obligasi AS dibarengi oleh masih berlanjutnya penurunan yield obligasi pemerintah Indonesia. Hari ini, yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,609% sementara hari sebelumnya adalah 6,628%.
Kenaikan yield obligasi AS dan penurunan di Indonesia menyebabkan selisih (spread) kedua instrumen ini menyempit. Ini membuat obligasi pemerintah AS menjadi menarik, sehingga ada insentif bagi investor untuk mengalihkan dana ke sana untuk mencari keuntungan lebih.
Situasi ini yang kemungkinan mewarnai lelang sukuk. Penawaran yang sepi dan hasil yang kurang optimal bisa jadi merupakan dampak dari berbaliknya arus modal ke Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Perang Bikin Investor Wait and See, Lelang Sukuk Sepi Peminat
Pada Selasa (3/4/2018), pemerintah melelang tujuh seri sukuk dengan rincian sebagai berikut:
- SPNS04102018 (tenor 6 bulan), penawaran yang masuk Rp 4,66 triliun.
- PBS016 (tenor 2 tahun), penawaran yang masuk Rp 3,08 triliun.
- PBS002 (tenor 4 tahun), penawaran yang masuk Rp 0,6 triliun.
- PBS017 (tenor 7 tahun), penawaran yang masuk Rp 0,08 triliun.
- PBS012 (tenor 13 tahun), penawaran yang masuk Rp 0,86 triliun.
- PBS004 (tenor 19 tahun), penawaran yang masuk Rp 0,63 triliun.
- PBS015 (tenor 29 tahun), penawaran yang masuk Rp 1,28 triliun.
Total penawaran yang masuk berjumlah Rp 11,19 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah mengambil Rp 6,79 triliun dengan rincian:
- SPNS04102018 dimenangkan Rp 2,4 triliun, imbal hasil (yield) rata-rata 4,29%.
- PBS016 dimenangkan Rp 1,56 triliun, yield rata-rata 6,06%.
- PBS002 dimenangkan Rp 0,6 triliun, yield rata-rata 6,39%.
- PBS017 tidak ada yang dimenangkan.
- PBS012 dimenangkan Rp 0,69 triliun, yield rata-rata 7,36%.
- PBS004 dimenangkan Rp 0,32 triliun, yield rata-rata 7,67%.
- PBS015 dimenangkan Rp 1,22 triliun, yield rata-rata 7,8%.
Ini merupakan kali kedua lelang sukuk tidak mencapai sasaran. Sebelumnya, pada lelang sukuk 6 Maret pemerintah menyerap Rp 5,09 triliun. Padahal target indikatifnya Rp 8 triliun.
Lelang hari ini mungkin berlangsung pada momentum yang kurang tepat. Pasalnya, ini dilakukan kala yield obligasi pemerintah AS sedikit naik.
Setelah lama dalam tren menurun, yield obligasi negara AS tenor 10 tahun hari ini naik ke 2,7552% dari hari sebelumnya yaitu 2,732%. Kenaikan yield AS dipicu oleh pelemahan dolar AS akibat sentimen perang dagang.
Dollar Index, yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama, masih melemah 0,07% pada sore ini. Dollar Index melemah sejak kemarin dan belum berhenti.
Perang dagang menjadi sentimen utama yang membebani dolar AS. Ekspor Negeri Adidaya akan terganggu karena produknya sulit masuk pasar China, mitra dagang terbesar ketiga mereka.
Ekspor yang seret berarti pasokan devisa ikut melambat. Kemungkinan ini dibaca oleh investor bahwa ke depan greenback akan kehilangan pijakannya.
Oleh karena itu, memegang aset berbasis dolar AS menjadi tidak menguntungkan karena nilainya terdepresiasi. Pelepasan aset berbasis greenback sepertinya tidak hanya melanda pasar saham, tetapi juga obligasi. Akibatnya, yield terdorong ke atas sebab harganya turun sebagai imbas aksi jual.
Namun, kenaikan yield obligasi AS dibarengi oleh masih berlanjutnya penurunan yield obligasi pemerintah Indonesia. Hari ini, yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,609% sementara hari sebelumnya adalah 6,628%.
Kenaikan yield obligasi AS dan penurunan di Indonesia menyebabkan selisih (spread) kedua instrumen ini menyempit. Ini membuat obligasi pemerintah AS menjadi menarik, sehingga ada insentif bagi investor untuk mengalihkan dana ke sana untuk mencari keuntungan lebih.
Situasi ini yang kemungkinan mewarnai lelang sukuk. Penawaran yang sepi dan hasil yang kurang optimal bisa jadi merupakan dampak dari berbaliknya arus modal ke Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Perang Bikin Investor Wait and See, Lelang Sukuk Sepi Peminat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular