MARKET DATA

Harga Batu Bara Makin Suram Jelang Tutup Tahun, Ambruk 3 Hari

mae,  CNBC Indonesia
31 December 2025 06:51
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ambruk lagi menjelang tutup tahun.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara ditutup di posisi US$ 105,9 per ton atau jatuh 1,59% pada perdagangan Selasa (30/12/2025). Pelemahan ini memperpanjang tren negatif batu bara dengan melemah 2,8% dalam tiga hari perdagangan terakhir.

Harga batu bara terus melemah meski ada kabar baik dari China.

Sentimen pasar batu bara thermal di pelabuhan-pelabuhan transfer utama di utara China sedikit membaik karena stok atau inventaris turun lebih jauh, sementara permintaan dari pembeli downstream mulai meningkat secara moderat.

Hal ini terlihat dari penurunan stok batu bara di pelabuhan utama sekitar Laut Bohai, termasuk di Qinhuangdao, Caofeidian, dan Jingtang, yang menjadi penanda pasokan di pasar fisik.

Dengan penurunan inventaris ini, pergerakan harga batu bara thermal di pasar pelabuhan China juga mulai mendatar (tidak bergerak naik atau turun signifikan).

Sentimen perbaikan ringan ini berasal dari kombinasi stok yang turun dan permintaan yang sedikit meningkat dari pembangkit listrik dan industri, meskipun kenaikan harga masih terbatas.

Secara umum di China, harga batu bara thermal beberapa kali mengalami fluktuasi.

Beberapa sumber menunjukkan bahwa harga sempat turun di bawah level tertentu (sekitar US$110 per ton) karena permintaan melemah dan persediaan global membaik, sehingga tekanan penurunan harga teredam oleh pasokan yang lebih ketat di pelabuhan.

Penurunan inventaris pelabuhan dan biaya pengiriman ke pelabuhan utara yang tinggi juga mempengaruhi dinamika penawaran-permintaan, sehingga membuat harga cenderung sideways atau stabil dalam jangka pendek.

Harga batu bara thermal di sekitar lokasi tambang utama di China juga mengalami kenaikan ringan, sekitar CNY 5-10 per ton, karena pemotongan produksi di akhir tahun dan adanya peningkatan konsumsi dari pembangkit listrik akibat cuaca yang memicu lonjakan penggunaan bahan bakar.

Kondisi ini terjadi ketika beberapa produsen memangkas output menuju akhir tahun sehingga pasokan domestik menjadi lebih ketat sementara permintaan listrik tetap moderat. Kondisi ini mendorong harga di pasar lokal naik sedikit meskipun permintaan keseluruhan tidak terlalu kuat.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)



Most Popular