MARKET DATA

Saham SUPA Resmi Launching Hari Ini, Siap ARA Berapa Kali?

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia
17 December 2025 08:45
Superbank. (CNBC Indonesia/Zefanya Aprilia)
Foto: Superbank. (CNBC Indonesia/Zefanya Aprilia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham bank digital PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) akan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Rabu hari ini (17/12/2025). Mampukah saham IPO ini menembus Auto Reject Atas (ARA)?

Minat investor mengantre saham initial public offering (IPO) SUPA terpantau sangat ramai hingga oversubscribed 318,69 kali. Dalam penjatahan kemarin, banyak investor ritel mengaku hanya mendapat 3-4 lot saja. Sementara, yang memesan saham IPO SUPA di atas Rp100 saja, mendapatkan porsi penjatahan sekitar 0,8% - 1,8%.

Sebagai salah satu penjamin emisi efek IPO SUPA, CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan, jumlah permintaan investor di IPO SUPA mencapai lebih dari 1 juta order.

Bernardus menilai, tingginya permintaan pada IPO Superbank sebagai sinyal positif bagi pasar modal Indonesia.

"IPO SUPA mencetak rekor dengan tingkat oversubscription mencapai 318 kali dan permintaan investor lebih dari 1 juta order. Ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap fundamental dan prospek Superbank," ujar Bernadus tertulis, dikutip Selasa, (16/12/2025)

Antusiasme investor yang tinggi memberi ruang bagi harga saham untuk bergerak agresif saat listing. Oleh karena itu, kami membuat beberapa simulasi jika harga saham SUPA bisa ARA sampai 7 kali, tetapi kami juga membuat simulasi jika terjadi yang sebaliknya yaitu ARB :

Dari simulasi kami, terlihat jika saham SUPA bergerak moncer hari ini sampai menyentuh ARA, market cap-nya akan setara saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA). Sementara, kalau bisa ARA tujuh kali berturut-turut, kapitalisasi pasar-nya akan setara saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Sebagai bank digital yang berada dalam ekosistem besar Grab dan Emtek Group, Superbank menarik perhatian pasar berkat kombinasi antara valuasi yang masih rendah dan potensi pertumbuhan yang signifikan.

Berdasarkan prospektus, manajemen menetapkan harga IPO sebesar Rp 635 per saham, hasil dari proses bookbuilding yang berlangsung pada 25 November hingga 1 Desember 2025. Posisi ini setara dengan valuasi Price to Book Value (PBV) di 2,64 kali.

Jika dibandingkan dengan bank digital yang telah lebih dulu melantai di BEI seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), dan PT Bank Aladin Syariah (BANK), yang diperdagangkan pada valuasi lebih tinggi.

CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, menilai aspek valuasi menjadi faktor utama yang membuat SUPA menarik di mata investor.

"Dengan PBV sekitar 2,64 kali, Superbank berada di level valuasi yang relatif rendah dibandingkan bank digital lain. Dari perspektif valuasi, ini memberikan daya tarik tersendiri bagi investor," ujar Bernadus dalam keterangan tertulis, Selasa (9/12/2025).

Ia menambahkan, posisi valuasi yang konservatif justru membuka ruang kenaikan valuasi yang lebih besar ke depan, apabila Superbank mampu mengeksekusi strategi pertumbuhan secara konsisten.

"Bank digital umumnya diperdagangkan dengan valuasi premium karena ekspektasi pertumbuhan yang tinggi. Superbank memulai dari valuasi yang lebih rendah. Jika integrasi ekosistem Grab-Emtek dan ekspansi bisnis berjalan sesuai rencana, potensi rerating terbuka lebar," jelasnya.

Terkait penggunaan dana IPO, sekitar 70% dialokasikan untuk memperkuat modal kerja, khususnya dalam mendorong penyaluran kredit ke segmen ritel dan UMKM. Sementara 30% sisanya akan digunakan untuk belanja modal dalam jangka menengah hingga panjang, mencakup pengembangan produk pendanaan, sistem pembayaran digital, infrastruktur teknologi informasi, serta investasi pada kecerdasan buatan, analitik data, dan penguatan keamanan siber.

Menurut Bernadus, strategi tersebut mencerminkan kesiapan Superbank dalam membangun fondasi operasional dan teknologi yang berkelanjutan. Dukungan dua ekosistem besar, Grab sebagai penggerak transaksi digital dan Emtek Group melalui jaringan media dan teknologinya, dinilai menjadi katalis penting dalam percepatan akuisisi nasabah dan ekspansi kredit.

Dengan struktur permodalan yang semakin kuat pasca-IPO, valuasi yang relatif rendah, serta potensi sinergi ekosistem yang besar, Superbank dinilai masuk dalam jajaran bank digital yang masih undervalued saat memasuki pasar.

Ke depan, pelaku pasar akan mencermati sejauh mana perseroan mampu merealisasikan rencana penggunaan dana IPO untuk mendorong pertumbuhan kredit, memperluas basis nasabah, serta meningkatkan efisiensi operasional. Jika kinerja dapat berjalan sejalan dengan ekspektasi, SUPA berpeluang menyusul valuasi bank digital lain yang telah lebih dulu diperdagangkan pada PBV yang lebih tinggi, sekaligus menarik minat investor institusi maupun ritel dalam beberapa kuartal mendatang.

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)



Most Popular