Amerika Retak dari Dalam: Resesi Datang Diam-Diam
Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Amerika Serikat (AS) pada 2025 menunjukkan sinyal resesi yang semakin nyata di sejumlah wilayah negara bagian.
Meski secara agregat ekonomi AS belum resmi masuk fase resesi, data terbaru memperlihatkan bahwa adanya tekanan ekonomi terkonsentrasi di sejumlah negara bagian dengan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Berdasarkan data Visual Capitalist, negara bagian yang menyumbang sekitar sepertiga PDB AS saat ini sedang menuju kondisi resesi atau menghadapi risiko resesi yang tinggi.
Sementara itu, sekitar sepertiga lainnya masih berada dalam fase ekspansi, dan sisanya berada dalam posisi treading water atau stagnan belum jatuh ke resesi tetapi juga belum menunjukkan pertumbuhan yang solid.
Dalam analisisnya, penilaian siklus bisnis negara bagian menggunakan sejumlah indikator utama. Mulai dari tingkat pengangguran, izin pembangunan, penjualan ritel, aktivitas industri, rasio kredit bermasalah, hingga penerimaan pajak daerah.
Berdasarkan indikator tersebut, kondisi ekonomi negara bagian AS per Oktober 2025 diklasifikasikan ke dalam tiga kategori. Mulai dari resesi/risiko tinggi, stagnan, dan ekspansi. Pendekatan ini menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi AS tidak terjadi secara merata, melainkan bersifat regional dan sektoral.
Wilayah Pesisir dan Timur Laut AS Jadi Titik Lemah
Tercatat bahwa tekanan ekonomi paling berat saat ini terjadi di sejumlah negara bagian di pesisir dan kawasan Timur Laut AS.
Negara bagian seperti Maine, Massachusetts, New Jersey, hingga Washington, D.C. masuk dalam kategori resesi atau berisiko tinggi.
Di Maine, pertumbuhan PDB tahunan hanya mencapai 0,8% pada kuartal II-2025, jauh di bawah rata-rata nasional AS sebesar 2,1%. Sementara itu, tingkat pengangguran di Washington, D.C. melonjak hingga 6,4% pada Juli 2025, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional 4,6%, seiring dampak pemangkasan belanja dan restrukturisasi sektor federal.
New York & California Mulai Kehilangan Momentum
Dua mesin utama ekonomi AS, New York dan California, juga belum sepenuhnya pulih. Keduanya diklasifikasikan sebagai stagnan yakni kondisi dimana tidak berada dalam resesi, namun kehilangan momentum untuk pertumbuhan.
Padahal, secara kolektif New York dan California menyumbang lebih dari 22% PDB AS. Perlambatan di sektor teknologi, keuangan, dan properti membuat kedua negara bagian ini menjadi faktor penentu arah ekonomi AS ke depan.
Texas Jadi Penopang Utama Pertumbuhan
Kontras terlihat di wilayah Selatan dan Tengah AS. Negara bagian Texas, yang berkontribusi sekitar 9,4% PDB AS, tercatat masih berada dalam fase ekspansi. Tingkat pengangguran Texas berada di 4,0%, lebih rendah dari rata-rata nasional, sementara pertumbuhan pendapatan mencapai 6,3% secara tahunan pada kuartal II-2025 sekaligus melampaui rata-rata nasional.
Selain Texas, sejumlah negara bagian lain seperti Utah, South Carolina, dan Oklahoma juga masih mencatatkan ekspansi, ditopang oleh pasar tenaga kerja yang solid, investasi sektor energi dan manufaktur, serta arus migrasi penduduk.
Data Visual Capitalist ini menunjukkan bahwa ekonomi AS pada 2025 belum memasuki resesi nasional, namun menghadapi risiko resesi yang terfragmentasi secara regional.
Dengan sepertiga PDB berada di wilayah berisiko tinggi dan dua motor utama ekonomi masih tersendat, ketahanan ekonomi AS ke depan sangat bergantung pada kemampuan negara bagian ekspansif untuk menahan perlambatan di wilayah besar lainnya.
Bagi pasar keuangan global, peta risiko ini menjadi sinyal penting dalam membaca arah perekonoomian AS yang implikasinya pada arah kebijakan bank sentral AS (The Fed), pergerakan dolar AS, serta arus modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)