MARKET DATA
NEWSLETTER

Investor Deg-deg-an: Pekan Ini BI Hadapi Gempuran 3 Raksasa Dunia

Gelson Kurniawan,  CNBC Indonesia
15 December 2025 06:21
New York Stock Exchange (NYSE)
Foto: infografis/ASUMSI MAKRO EKONOMI RAPBN 2026/ Aristya rahadian

Bursa saham Amerika Serikat menutup perdagangan akhir pekan lalu dengan penyesuaian yang cukup signifikan, di mana indeks-indeks utama bergerak variatif dengan kecenderungan melemah.

Pada sesi Jumat, investor terlihat aktif melakukan rotasi portofolio, beralih dari saham-saham teknologi yang telah mengalami kenaikan pesat (growth stocks) menuju sektor-sektor yang dinilai memiliki valuasi lebih menarik (value stocks) dan sensitif terhadap pemulihan ekonomi.

Indeks Nasdaq Composite memimpin pelemahan dengan penurunan 1,69%, diikuti oleh S&P 500 yang terkoreksi 1,07%. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average hanya turun tipis 0,51%, bahkan sempat mencatatkan rekor tertinggi harian di awal sesi.

Pergerakan ini terjadi menyusul keputusan Federal Reserve yang memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini pada hari Rabu sebelumnya, sebuah langkah yang cenderung menguntungkan sektor siklikal dan perusahaan berkapitalisasi kecil.

Sektor teknologi menjadi pusat tekanan pasar kali ini, dipicu oleh penurunan tajam saham Broadcom sebesar lebih dari 11%.

Meskipun perusahaan tersebut melaporkan pendapatan yang melampaui ekspektasi dan memberikan panduan optimis terkait penjualan chip AI, pasar bereaksi negatif terhadap kekhawatiran mengenai kompresi margin keuntungan.

Sentimen ini menciptakan efek domino yang membebani saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI) lainnya, termasuk Nvidia, AMD, dan Micron yang turut terkoreksi. Dalam skala mingguan, saham teknologi berkapitalisasi besar seperti Alphabet dan Meta juga mencatatkan kinerja negatif.

"Hari ini adalah hari di mana saham 'value' mengungguli saham 'growth'," kata Jed Ellerbroek, manajer portofolio di Argent Capital Management. "Investor jelas gelisah terkait AI - bukan pesimis sepenuhnya, tapi saya pikir hanya agak hati-hati, gugup, dan ragu." ujarnya kepada CNBC

Sebaliknya, arus dana justru mengalir deras ke sektor-sektor konvensional, memberikan daya tahan bagi indeks di luar teknologi. Sektor keuangan, kesehatan, dan industri menjadi penopang utama, dengan saham-saham seperti Visa, Mastercard, GE Aerospace, dan UnitedHealth Group mencatatkan kinerja positif.

Dinamika ini membuat Dow Jones berhasil menutup minggu dengan kenaikan akumulatif sebesar 1,1%, berbeda nasib dengan S&P 500 dan Nasdaq yang mencatatkan kerugian mingguan.

Selain itu, indeks Russell 2000 yang berisi saham-saham berkapitalisasi kecil juga menguat 1,2% sepanjang pekan, menandakan bahwa partisipasi pasar mulai meluas (market breadth) dan tidak lagi hanya bergantung pada segelintir saham teknologi raksasa.

Meskipun terdapat volatilitas jangka pendek akibat rotasi sektor ini, pandangan terhadap prospek pasar saham AS dalam jangka panjang tetap konstruktif. Lembaga keuangan UBS, dalam catatan terbarunya, mempertahankan pandangan bullish dengan memproyeksikan bahwa S&P 500 berpotensi mencapai level 7.700 pada akhir tahun 2026.

Optimisme ini didasarkan pada ekspektasi profitabilitas perusahaan yang tetap tinggi, dampak positif adopsi AI yang berkelanjutan, serta dukungan kebijakan moneter yang lebih longgar.

Dengan demikian, koreksi yang terjadi saat ini dipandang sebagai dinamika pasar yang sehat dalam sebuah tren kenaikan jangka panjang.

"Kami memperkirakan profitabilitas tinggi dan dampak akselerasi AI, energi, dan sumber daya, serta tema QE akan mendorong kinerja 2026," ujar Sagar Khandelwal dari UBS kepada CNBC

(gls/gls)


Most Popular
Features