Jamu Kuat! Blackrock Borong Jutaan Saham SIDO
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten consumer dan farmasi, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) diam-diam diborong pemodal kakap global asal Amerika Serikat (AS), seperti BlackRock, Inc. dan Wisdom Tree Inc.
Sampai penutupan perdagangan Rabu kemarin (10/12/2025) menunjukkan BlackRock kembali aktif mengakumulasi saham SIDO. Sepanjang Desember 2025, manajer aset global tersebut menambah 2,46 juta lembar saham, setelah sebelumnya melepas 154.388 lembar pada November 2025.
Secara keseluruhan, selama kuartal IV/2025, kepemilikan BlackRock tercatat naik 2,40 juta lembar dibandingkan posisi akhir kuartal III/2025 yang berjumlah 120,63 juta lembar.
Investor besar lainnya, Wisdom Tree Inc., juga tercatat meningkatkan porsi kepemilikan SIDO pada Desember. Perusahaan tersebut membeli tambahan 135.200 lembar saham, sehingga total kepemilikannya menjadi 126,30 juta lembar, naik dari 126,17 juta lembar pada akhir November.
Jika dilihat sejak Oktober hingga Desember 2025, Wisdom Tree telah mengakumulasi total 19,77 juta lembar saham SIDO, dari posisi 106,52 juta lembar pada akhir September 2025.
Gerak Saham SIDO dan Valuasinya
Meskipun saham SIDO diborong manajemen investasi raksasa global, ternyata gerak saham-nya masih terbilang laggard. Saham SIDO sejak awal tahun masih terkontraksi sekitar 10% sampai perdagangan Kamis (11/12/2025) yang bertengger di posisi Rp530 per lembar.
Seiring dengan gerak harga saham-nya yang masih dalam zona koreksi membuat valuasi SIDO undervalued. Hal ini dicerminkan metrik Price to Book Value (PBV) terkini di 4,66 kali, posisi-nya jauh di bawah rata-rata PBV selama lima tahun sebesar 6,49 kali dan masih di bawah -1 standar deviasi (STD) di 4,96 kali.
Menurut data Stockbit, ada 22 dari 28 analis yang menyematkan rekomendasi beli dengan target harga rata-rata mencapai Rp632 per lembar, mencerminkan potensial upside nyaris 20% dari harga saham SIDO di Rp530 per lembar.
Performa Keuangan SIDO dan Prospek Bisnis-nya
Beralih ke kinerja keuangan, sampai September 2025 SIDO berhasil mencetak pendapatan sebesar Rp2,72 triliun, meningkat 3,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,62 triliun.
Kenaikan pendapatan ini selaras dengan perbaikan di beberapa lini usaha perseroan. Pada kategori jamu herbal dan suplemen, perusahaan berhasil meraup Rp1,60 triliun, atau naik 3,92% secara tahunan dari Rp1,54 triliun pada Januari-September 2024.
Segmen makanan dan minuman juga menunjukkan performa positif dengan pertumbuhan 4,39% YoY, sehingga pendapatannya mencapai Rp1,02 triliun per September 2025. Hanya unit usaha farmasi yang mengalami penurunan, turun 1,84% YoY menjadi Rp93,53 miliar pada periode yang sama.
Dengan pertumbuhan pendapatan dan efisiensi beban, SIDO membukukan laba bersih Rp818,54 miliar pada sembilan bulan 2025. Angka ini naik 5,19% dari capaian tahun lalu sebesar Rp778,11 miliar. Kenaikan laba tersebut turut mendorong peningkatan laba per saham (EPS) dari Rp25,94 menjadi Rp27,52 per lembar.
Prospek ekspor kini menjadi mesin pertumbuhan bisnis SIDO yang cukup penting. Sampai September 2025, penjualan ekspor SIDO terpantau tetap solid, tumbuh 23% YoY dan menjangkau 34 negara. Kontribusinya naik menjadi 9,7% dari total pendapatan, lebih tinggi dibandingkan 8% pada periode yang sama 2024. Malaysia masih menjadi pasar terbesar dengan porsi sekitar 4%, disusul Nigeria dan Filipina yang masing-masing menyumbang sekitar 1-2%.
Ekspansi pasar luar negeri yang terus berlanjut menunjukkan semakin kuatnya penerimaan produk Sido Muncul dan mendukung strategi diversifikasi jangka panjang perusahaan.
Dari sisi produk, pada Oktober 2025 Sido Muncul menambah lini kesehatan dan kecantikan melalui peluncuran C+ Collagen Strawberry Lemonade, menyasar konsumen yang kian memperhatikan gaya hidup sehat. Dua produk herbal baru, Sido Muncul Natural (ekstrak biji mahoni) dan Naturan Sari Daun Salam, juga memperluas pilihan untuk pasar herbal domestik.
Konsensus dari berbagai analis memproyeksikan SIDO masih bisa mencatat profitabilitas positif tahun ini. Top line diperkirakan naik menjadi Rp4,02 triliun dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp3,91 triliun, sementara laba bersih diperkirakan naik menjadi Rp1,20 triliun dari Rp1,71 triliiun.
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)