
Harga Saham BBNI Masih Murah, Waktunya Beli atau Wait and See?

Jakarta, CNBC Indonesia — Ambisi Otoritas Jasa Keuangan dan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), untuk memompa transaksi harian bursa menembus level Rp 132,67 triliun per hari tampaknya harus menghadapi realitas pahit dari Thamrin.
Bank Indonesia (BI) baru saja mengirim sinyal hawkish dengan mempertahankan suku bunga acuan tetap tinggi, efektif mendinginkan euforia pasar yang baru mulai tumbuh. Sinyal BI jelas, prioritas utama adalah stabilitas makro dan nilai tukar, bukan 'pesta' likuiditas di bursa.
Dampaknya instan. Sektor yang paling sensitif dan 'alergi' terhadap kebijakan suku bunga tinggi-perbankan-langsung 'masuk angin'.
Lantai bursa kembali diwarnai aksi jual pada perdagangan Rabu (22/10/2025), menguji kesabaran investor di sektor perbankan big caps. Setelah sempat hijau di awal pekan, investor tampaknya memilih profit taking, menekan trio bank BUMN ke zona merah.
PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) memimpin pelemahan, terkoreksi -1,60% ke level Rp 3.700, sementara PT Bank Mandiri (BMRI) ikut melemah -0,46% ke posisi Rp 4.330.
Namun, di tengah tekanan tersebut, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) ditutup terkoreksi paling tipis, yakni -0,49% di level Rp 4.030. Dalam 12 bulan terakhir, saham BBNI juga terkoreksi paling sedikit, yakni -12,2%.
Bagi investor yang panik, koreksi ini mungkin terlihat sebagai kelanjutan tren bearish. Namun, bagi analis teknikal dan investor fundamentalis, apa yang terjadi pada BBNI menandakan peluang.
Dengan kondisi demikian, BBNI bisa dikatakan adalah saham bank pelat merah yang saat diperdagangkan dengan valuasi salah harga (mispriced).
Stochastic dan Potensi Adanya Double Bottom BBNI
Jika kita menyingkirkan 'kebisingan' pasar harian dan melihat grafik teknikal BBNI, sebuah pola menarik sedang terbentuk. Koreksi yang terjadi saat ini bukanlah sinyal bahaya, melainkan proses pembentukan base (fondasi) yang kuat.
Dua sinyal teknikal klasik saat ini terlihat jelas:
-
Stochastic RSI (Stoch RSI) Crossing: Indikator momentum jangka pendek ini terlihat mulai melakukan golden cross dari area oversold. Dalam analisis teknikal, ini adalah sinyal awal yang sangat umum bahwa tekanan jual telah mencapai puncaknya dan momentum beli mulai mengambil alih.
-
Pola "Double Bottom": Yang lebih penting, BBNI sedang dalam proses mengkonfirmasi pola reversal klasik yaitu Double Bottom. Level support kuat terlihat telah dua kali diuji di kisaran Rp 3.800-an dan gagal ditembus.
Saat ini, harga BBNI (Rp 4.030) sedang merangkak naik untuk menguji neckline atau resistance psikologis di kisaran Rp 4.300-an. Jika BBNI berhasil menembus level ini dengan volume yang kuat, secara teknikal ini adalah konfirmasi bahwa tren bearish telah berakhir dan tren bullish jangka menengah siap dimulai.
![]() |
Mengapa BBNI Paling Tangguh
Sinyal teknikal yang kuat tidak akan berarti tanpa fondasi fundamental yang kokoh.
Berdasarkan data Laporan Keuangan Publikasi Bulanan per Agustus 2025, BBNI berhasil membukukan laba bersih Rp 13,4 triliun. (Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BNI Agustus 2025)
Di tengah era suku bunga tinggi dan perlambatan ekonomi, laba BBNI memang terkoreksi 5,7% secara tahunan (yoy). Bila dibandingkan dengan peers, koreksi laba BBNI lebih kecil.
Selain itu, BBNI juga menjaga rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) di level rendah atau 1,95%. Ini menunjukkan manajemen risiko yang disiplin dan tidak 'obral' kredit.
Pun saat bank lain 'berdarah-darah' menahan Cost of Fund (CoF) akibat perang suku bunga deposito, BBNI relatif aman. Per Juni 2025, rasio dana murah (CASA) BBNI sangat dominan di level 72%. Ini adalah benteng utama yang menjaga margin bunga bank tetap ringan.
Katalis Penting Kucuran Dana Rp 55 Triliun.
Dukungan likuiditas pemerintah sebesar Rp 55 triliun yang digelontorkan ke bank-bank BUMN (termasuk BBNI) adalah bensin baru yang sangat krusial.
Dana segar ini memiliki dua dampak signifikan. Pertama menjaga likuiditas jangka pendek dan sekaligus menepis kekhawatiran pasar. Kedua, secara bertahap, suntikan dana ini berpotensi menurunkan biaya dana perseroan. Ini menjadi obat untuk kondisi Net Interest Margin (NIM) yang tertekan.
Dengan katalis ini, BBNI berada di posisi ideal untuk memulihkan margin lebih cepat, dengan potensi ekspansi laba yang signifikan mulai terasa pada paruh pertama 2026.
Mencari Margin of Safety Pada Emiten BBNI
Investor legendaris Warren Buffett memiliki satu prinsip utama: Margin of Safety (MoS). Sederhananya, MoS adalah membeli sebuah aset jauh di bawah nilai intrinsik (nilai wajarnya). Ini adalah bantalan untuk melindungi investor dari kesalahan perhitungan atau sentimen pasar yang buruk.
Jika kita menerapkan teori ini pada BBNI, ada tiga lapisan Margin of Safety yang terlihat jelas:
1. Valuasi PBV saat ini, BBNI diperdagangkan pada Price-to-Book Value (PBV) 0,92x. Artinya, pasar menghargai BBNI lebih rendah dari nilai buku atau modal intinya. Ini adalah anomali besar untuk bank blue chip yang sehat dan profitabel. Investor, pada dasarnya, membeli BBNI 'diskon' dari nilai aset bersihnya.
2. Valuasi PEG Jika menggunakan pendekatan Peter Lynch (rasio PEG), BBNI semakin terlihat 'salah harga'. PER BBNI yaitu sekitar 5,5x. Kemudian dari sisi proyeksi pertumbuhan laba tahunan berada di sekitar 14%. Rasio PEG (P/E dibagi Pertumbuhan) berada di level 0,4x. Rasio PEG yang jauh di bawah ambang wajar 1x ini mengindikasikan bahwa harga BBNI saat ini masih jauh lebih murah dibandingkan potensi pertumbuhan kinerjanya.
3. Nilai Intrinsik (Proyeksi Harga Wajar) berdasarkan analisis fundamental dan proyeksi pertumbuhan, nilai wajar (fair value) BBNI berpotensi mencapai Rp 9.500-Rp 10.000 per saham. Dengan harga saat ini di Rp 4.030, Margin of Safety yang ditawarkan adalah lebih dari 100% atau hanya sekitar 40% dari harga wajarnya.
Koreksi tipis BBNI hari ini (22/10) bukanlah tanda bahaya, melainkan konfirmasi bahwa support di bawah lebih kuat daripada tekanan jual di atas.
Bagi investor jangka menengah-panjang, ada 'bantalan' (cushion) kesabaran yang sangat tebal: Dividend yield BBNI yang mencapai 9,42%, tertinggi di antara bank besar lainnya.
Ini adalah Margin of Safety pamungkas. Investor, pada dasarnya, dibayar mahal (via dividen) untuk menunggu pasar menyadari potensi BBNI yang sesungguhnya.
Dengan sinyal teknikal Stochastic RSI yang mulai crossing dan konfirmasi pola Double Bottom yang menunggu di depan mata, BBNI adalah anomali di pasar. Fundamental tangguh, valuasi murah, dan dividend yield besar. Koreksi saat ini adalah kesempatan diskon terbatas.
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)