MARKET DATA

Moncer! Harga Perak Kembali Cetak Rekor, Sebentar Lagi Tembus Segini

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia
07 December 2025 08:45
silver perak
Foto: silver perak

Jakarta, CNBC Indonesia - Perak sepanjang pekan awal Desember sempat menyentuh rekor lagi, bahkan sedikit lagi bisa menembus level US$60 per troy ons.

Melansir data Refintiv, sampai penutupan perdagangan Jumat (5/12/2025) harga perak di pasar spot berada di US$58,27 per troy ons, dalam sehari menguat 2,04%. Posisi tertinggi bahkan sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di US$59,32 per troy ons secara intraday.

Sementara itu, jika ditarik secara mingguan harga perak sudah naik 3,36%, menandai dua pekan kenaikan beruntun. Asal tahu saja, perak kini dijuluki "logam iblis" (devil's metal) karena volatilitas-nya menjadi bintang di pasar komoditas 2025 dengan kenaikan lebih dari 100% sejak awal tahun.

Lonjakan harga yang masif ini terjadi di tengah menurunnya pasokan akibat penurunan produksi tambang perak global selama 10 tahun terakhir, khususnya di Amerika Tengah dan Selatan, karena penutupan tambang dan penipisan sumber daya.

Kepala manajemen produk ETF dan komoditas Invesco, Paul Syms, mengatakan pasar perak hanya sekitar sepersepuluh dari ukuran pasar emas. Sehingga pengetatan pasokan (supply crunch) dapat menyebabkan lonjakan harga yang mengejutkan.

"Meskipun kita melihat lonjakan harga, kita juga melihat harga sedikit turun. Dalam jangka panjang, ada dinamika berbeda kali ini yang dapat menjaga perak pada harga yang cukup tinggi dan mungkin terus naik untuk beberapa waktu ke depan," ujar Syms merujuk dinamika yang dimaksud sebagai perpaduan antara krisis pasokan dan peningkatan permintaan industri serta investasi, dikutip CNBC International.

Sebenarnya perak pernah booming di tahun 1980 dan 2011. Namun berbeda dengan gelombang investasi perak sebelumnya, tren tahun 2025 ini ditopang oleh campuran pasokan rendah, permintaan India yang melonjak, dan kebutuhan industri yang semakin besar.

Kepala analisis pasar di Stone X, Rhona O'Connell, mengatakan bahwa vault di London, Inggris, telah kosong dengan volume perak turun sekitar sepertiga sejak Juni 2022. Hal ini menyebabkan pedagang harus membayar biaya pinjaman yang sangat tinggi, dengan biaya meminjam semalam sempat mencapai 200% pada basis tahunan di Oktober.

"Para manajer risiko di entitas keuangan dan industri tidak ingin membiarkan logam apa pun keluar dari Amerika karena takut harga logam tersebut akan kembali naik pada harga 35% lebih tinggi misalnya," tuturnya.

Di sisi permintaan, faktor struktural industri kini menjadi pendorong utama. Permintaan industri perak diperkirakan menurun sedikit pada tahun 2025, namun logam ini semakin banyak digunakan untuk kendaraan listrik (EV), komponen kecerdasan buatan (AI), dan fotovoltaik (panel surya).

Syms menambahkan bahwa satu EV standar membutuhkan sekitar 25 gram perak. Menurutnya, jika industri beralih ke baterai perak solid-state, setiap EV bisa membutuhkan satu kilogram perak atau lebih.

"Perak melintasi jembatan antara logam mulia dan logam industri, dan cara teknologi berkembang, baterai, panel surya, ia memiliki beberapa kasus penggunaan yang hebat saat kita bergerak menuju dunia yang lebih terelektrifikasi," kata Syms.

Sementara itu, secara geografis India memperkuat permintaan konsumen. India adalah konsumen perak terbesar di dunia, menggunakan sekitar 4.000 metrik ton per tahun.

Permintaan India, yang sebagian besar digunakan untuk perhiasan dan perkakas, memuncak pada Musim Gugur setelah musim panen dan bertepatan dengan perayaan Diwali. Kenaikan harga perak di India mencapai rekor tertinggi 170.415 Rupee per kilogram pada 17 Oktober, naik 85% sejak awal tahun.

"Bagi petani India, perak menjadi pelabuhan pertama ketika mereka mendapatkan hasil panen," tambah O'Connell.

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/luc)



Most Popular