MARKET DATA

Harga Emas Tersandera Jelang Keputusan The Fed, Perak Anjlok Brutal

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia
05 December 2025 06:50
emas gold bar
Foto: emas gold bar

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas cenderung stabil usai imbal hasil mengimbangi pelemahan dolar hingga data PCE Amerika Serikat (AS) menjadi fokus.

Pada perdagangan hari ini Jumat (5/12/2025) hingga pukul 06.40 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,06% di posisi US$4.205,03 per troy ons.

Sementara pada perdagangan sebelumnya Kamis (4/12/2025), harga emas dunia naik tipis 0,04% di level US$4.207,69 per troy ons. Penurunan tersebut menjadi pelemahan harga emas selama dua hari beruntun meskipun koreksinya sangat tipis.

Harga emas sebagian besar tidak berubah pada hari Kamis, karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS mengimbangi dukungan dari pelemahan dolar, sementara pasar menunggu data inflasi AS hari Jumat untuk mendapatkan petunjuk tentang prospek kebijakan The Federal Reserve menjelang pertemuan bulan Desember.

"Imbal hasil yang lebih tinggi membatasi sedikit kenaikan untuk emas, dan indeks dolar umum memberikan sedikit dukungan," ujar analis Marex, Edward Meir.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10 tahun naik, sementara indeks dolar AS (DXY) mencapai level terendah dalam satu bulan, membuat emas lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri.

Pada perdagangan Kamis (4/12/2025), indeks dolar AS (DXY) naik 0,14% di level 98,99. DXY sempat mengalami penurunan hingga ke level 98,76 pada perdagangan intraday, sebelum akhirnya ditutup lebih tinggi.

Sementara itu, data tenaga kerja di AS menunjukkan dua sisi yang berbeda. AS mengumumkan laporan terbaru klaim awal pengangguran yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (4/12/2025).

Data menunjukkan bahwa klaim awal tunjangan pengangguran turun signifikan sebesar 27.000 pada pekan yang berakhir 29 November, menjadi 191.000, jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar. Penurunan ini memperlihatkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih menunjukkan ketahanan, meskipun indikator ekonomi lainnya mulai melambat.

Rata-rata klaim empat mingguan, indikator yang lebih menggambarkan tren ketenagakerjaan juga turun 9.500 ke level 214.750.

Untuk klaim lanjutan, tingkat pengangguran terasuransi pada pekan yang berakhir 22 November tercatat stabil di 1,3%. Jumlah klaim lanjutan turun 4.000 menjadi 1.939.000, sementara rata-rata empat mingguan turun 6.250 menjadi 1.945.250.

Data ini memberikan sinyal bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup solid, meskipun ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed terus meningkat. Ketahanan pasar tenaga kerja kerap menjadi bahan pertimbangan penting bagi bank sentral dalam menentukan arah kebijakan moneter ke depan.

Sebaliknya, perusahaan-perusahaan di AS mengumumkan 71.321 pemutusan hubungan kerja (PHK) pada November 2025, jumlah tertinggi untuk bulan tersebut sejak 2022, dibandingkan 57.727 pada tahun sebelumnya. Ini menandai kedelapan kalinya tahun ini angka PHK lebih tinggi dibanding bulan yang sama tahun lalu.

Namun, jumlah PHK turun dari 153.074 pada Oktober, yang merupakan angka tertinggi untuk bulan Oktober sejak 2003.

Sektor dengan PHK terbanyak adalah telekomunikasi (15.139) dan teknologi (12.377)

Alasan utama PHK adalah restrukturisasi, yang mencapai 20.217 kasus.

Sepanjang Januari-November, perusahaan AS telah mengumumkan 1.170.821 PHK, tertinggi sejak 2020 dan meningkat 54% dibanding 11 bulan pertama tahun 2024.

Sementara itu, perusahaan AS mengumumkan rencana perekrutan hanya 9.074 posisi pada November 2025, jumlah terendah dalam tiga bulan terakhir.

Adapun, laporan ADP hari Rabu menunjukkan jumlah tenaga kerja swasta AS turun sebesar 32.000 pada bulan November, menandai penurunan tertajam dalam lebih dari dua setengah tahun.

Mayoritas dari lebih dari 100 ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan The Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan 9-10 Desember, karena bank sentral berupaya mendukung pasar tenaga kerja yang sedang melemah.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya menguntungkan aset non-imbal hasil seperti emas.

Investor kini mengamati laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan September, ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, yang akan dirilis pada hari Jumat.

"Pasar tidak akan banyak bergerak antara sekarang dan minggu depan, dan untuk emas, kemungkinan kita akan terjebak dalam rentang perdagangan yang relatif tenang untuk sementara waktu," ujar Meir, seraya menambahkan bahwa emas tidak akan menguji ulang level tertinggi sebelumnya di hampir US$4.400 per troy ons tahun ini.

Di sisi lain, harga perak mengalami penurunan tajam usai terus mencetak rekor-rekor tertinggi baru.

Harga perak (XAG) di pasar spot pada penutupan perdagangan Kamis (4/12/2025), anjlok 2,34% di level US$57,11 per troy ons. Harga perak akhirnya terkoreksi tajam usai menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan intraday sebelumnya di level US$58,98 per troy ons.

Sementara pada perdagangan hari ini Jumat (5/12/2025) hingga pukul 06.40 WIB, harga perak di pasar spot melemah 0,20% di level US$56,99 per troy ons.

Harga perak telah mencatat kenaikan sekitar 97,3% tahun ini, didukung oleh defisit pasokan struktural, kekhawatiran seputar likuiditas pasar, dan masuknya logam mulia ke dalam daftar mineral kritis AS.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(saw/saw) Next Article May Day! May Day! Harga Emas Terjun 3%, Tenggelam ke Level US$3.900


Most Popular