Investor 'Takut Keluar Rumah': Jutaan Triliun Gagal Mengglobal
Jakarta, CNBC Indonesia - Riset Global Investment Research oleh Goldman Sachs tentang Investing in Everything, Everywhere, All at Once menunjukkan temuan menarik tentang bagaimana berbagai negara berinvestasi melalui ekuitas dan obligasi.
Secara keseluruhan, laporan ini membahas World Portfolio, yaitu gabungan seluruh aset keuangan global yang nilainya kini mencapai sekitar US$250 triliun atau sekitar Rp 4,15 juta triliun (US$1= Rp 16.615). World Portfolio tersebut sering digunakan untuk memahami perilaku investasi para investor di seluruh dunia, seperti bagaimana mereka menyebar risiko dan mengejar imbal hasil.
Salah satu hal menarik adalah perilaku "home bias" atau kecenderungan investor untuk memilih berinvestasi pada aset domestik.
Kecenderungan home bias tersebut dipicu oleh beberapa faktor. Salah satu faktor paling dominan adalah asimetri informasi dalam pasar.
Banyak investor yang merasa lebih "familiar" dengan pasar domestik. Investor cenderung menganggap pasar dalam negeri lebih mudah dipantau karena informasinya lebih tersedia di media lokal. Ketersediaan informasi terkait pasar domestik membuat investor merasa lebih memahami pergerakan serta risikonya, sehingga mereka lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri. Sebaliknya, pasar luar negeri kerap dianggap lebih berisiko.
Beberapa faktor lain yang turut berpengaruh adalah kondisi ekonomi, pemerintahan, keterbukaan ekonomi, hingga perkembangan teknologi suatu negara. Sejumlah penelitian bahkan menunjukkan bahwa home bias lebih sering terjadi di emerging market dibanding negara maju.
Perilaku home bias dapat menimbulkan risiko bagi investor. Preferensi yang berlebihan pada aset lokal menyebabkan peluang diversifikasi global tidak dimanfaatkan.
Selain itu, portofolio yang hanya berfokus di satu tempat akan lebih rentan terhadap risiko guncangan. Sebagai contoh, jika seorang investor menempatkan 90% asetnya pada saham di Indonesia, maka kondisi ekonomi Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap aset yang dimilikinya. Ketika terjadi guncangan pada perekonomian negara, dampaknya akan langsung terasa pada seluruh portofolio.
Berdasarkan data Goldman Sachs, pola home bias sangat terlihat di kalangan investor Negeri Paman Sam. Investor Amerika Serikat menyimpan 78% kepemilikan ekuitas dan 77% kepemilikan obligasi mereka di pasar domestik.
Kondisi serupa juga ditunjukkan oleh Jepang, yang menyimpan 78% kepemilikan ekuitas dan 80% kepemilikan obligasi mereka di pasar dalam negeri. Kecenderungan menempatkan aset pada pasar domestik lebih terlihat di pasar obligasi. Sejumlah negara termasuk Kanada, Australia, dan negara-negara Eropa menunjukkan kepemilikan obligasi di pasar domestik di atas 60%.
Di samping pola home bias, data portofolio investor global juga menunjukkan meningkatnya dominasi aset Amerika Serikat di seluruh dunia. Hal ini dicerminkan dengan meningkatnya bobot ekuitas dan obligasi AS dalam World Portfolio.
Sejumlah negara seperti Norwegia, Kanada, dan Denmark bahkan menempatkan lebih dari 40% portofolio ekuitas mereka pada pasar saham AS. Di pasar obligasi, Swiss memiliki alokasi tertinggi dalam obligasi AS, yaitu sebesar 33%. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kekuatan mata uangnya, dan imbal hasil obligasi AS yang relatif lebih tinggi mengingat suku bunga Swiss saat ini sebesar 0%.