MARKET DATA

Bukan Emas, 'Saham Berkaki Empat' ini Jadi Investasi Raja Zaman Dulu

Amalia Zahira,  CNBC Indonesia
02 December 2025 13:51
Fernando Noailles, emotional therapist, caresses one of his horses in Guadalix de la Sierra, outside Madrid, Spain, May 31, 2016. Noailles uses his animals to help people suffering from stress and anxiety. REUTERS/Juan Medina  SEARCH
Foto: REUTERS/Juan Medina

Jakarta, CNBC Indonesia - Di era modern, banyak dari kita mulai menaruh sebagian penghasilan pada saham, obligasi, hingga reksa dana untuk membangun masa depan finansial. Namun jauh sebelum instrumen investasi itu lahir, para raja dan bangsawan juga memiliki cara tersendiri untuk menjaga kekayaan dan menaikkan status sosial mereka.

Menariknya, aset yang mereka anggap paling prestisius bukanlah emas batangan, istana megah, atau permata langka. Justru, salah satu "investasi" paling bergengsi pada masa itu adalah kuda.

Bukan kuda biasa, melainkan kuda berkualitas tinggi, mahal, dan terlatih. Di Eropa Barat pada Abad Pertengahan, kepemilikan kuda elite bahkan menjadi simbol prestise yang menandai kelas sosial seseorang. Biaya perawatan yang besar dan waktu pelatihan yang panjang membuat kuda menjadi komoditas mewah yang sulit dijangkau masyarakat umum.

Kuda: Si "Saham Berkaki Empat"

Antara tahun 1000-1300 M, nilai sosial seekor kuda dapat melampaui nilai materialnya. Kuda bukan sekadar alat transportasi atau hewan ternak; ia adalah status, kekuatan militer, sekaligus aset yang dapat menentukan posisi politik pemiliknya.

Seiring waktu, kepemilikan kuda pun diatur oleh hukum. Seperti aturan kepemilikan saham di era sekarang, tidak semua orang boleh memiliki kuda prestisius, meski mampu secara finansial. Pada era medieval, kuda juga diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, bukan berdasarkan ras seperti yang kita kenal sekarang. Karena itu, setiap jenis kuda memiliki peran dan pengguna yang berbeda dalam struktur sosial pada masa tersebut. Berikut pembagiannya:

Kuda sebagai Alat Politik

Di Jazirah Arab Selatan, kuda bukan sekadar kendaraan, tapi juga alat diplomasi dan simbol kekuasaan. Sultan Rasulid menggunakan kuda sebagai hadiah untuk pihak asing atau redistribusi internal, misalnya diberikan atau dialihkan kepada kelompok tertentu untuk menjaga keseimbangan kekuasaan dan loyalitas dalam wilayahnya.

Perhatian terhadap kuda begitu besar, sampai prestasi penunggangnya diakui dalam upacara resmi. Kuda bahkan menjadi semacam "mata uang politik", digunakan dalam berbagai strategi untuk mempertahankan kontrol atas wilayah yang beragam dan kompleks.

Dari pengaturan pasar tahunan di Aden hingga konfiskasi kuda (pengambilan kuda oleh Sultan untuk tujuan politik), hewan ini menjadi instrumen penting bagi Sultan Rasulid untuk menegaskan otoritasnya, tidak hanya di Yaman bagian bawah, tapi juga di hadapan sultanat dan kerajaan lain di sepanjang Laut Merah dan Samudra Hindia.

Pelajaran Investasi dari Raja dan Bangsawan

Kuda mengajarkan kita bahwa investasi bukan cuma soal angka di layar komputer. kuda bukan sekadar hewan ternak atau alat transportasi. Kuda adalah aset investasi, simbol status, dan instrumen politik sekaligus. Berbeda dengan kita yang menabung di bank atau berinvestasi saham, raja dan bangsawan menaruh kekayaan mereka pada makhluk hidup yang gagah, dengan risiko, perawatan, dan nilai sosial yang tinggi.

Jadi, kalau sekarang kita stres mikirin portofolio saham, ingat: di zaman dulu, para raja dan bangsawan juga memikirkan return on investment, bedanya, aset mereka berjalan, makan, dan berkaki empat.

(dag/dag)



Most Popular