Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah dinamika ekonomi global, kesadaran masyarakat Indonesia untuk berinvestasi kian menajam. Bukan lagi sekadar mencari 'cuan' jangka pendek, investasi kini telah berevolusi menjadi pondasi utama untuk membangun rasa aman dan optimisme terhadap masa depan.
Fenomena ini tercermin jelas dari data internal BNI, yang mencatat pergeseran fundamental dalam tujuan nasabah mengalokasikan dananya.
Alasan Psikologis Warga RI Investasi
Berdasarkan riset terbaru, tujuan utama masyarakat Indonesia dalam menabung dan berinvestasi tidak lagi semata-mata soal keuntungan. Ada lima pilar utama yang menjadi motivasi:
Menariknya, riset yang sama menemukan bahwa faktor 'feeling of security' atau rasa aman memiliki dampak yang signifikan dalam mendorong minat investasi di Indonesia.
Investasi ternyata memberikan dampak psikologis yang kuat bagi investor, seperti:
Pergeseran ini menunjukkan bahwa investasi tidak lagi dilihat sebagai aktivitas spekulatif, melainkan sebagai bagian integral dari perencanaan keuangan yang bijak untuk mencapai rasa aman di masa sekarang dan juga memperoleh kualitas kehidupan lebih baik ke depannya.
Makro Solid & Likuiditas 200 T Menkeu Purbaya, AUM Reksa Dana di BNI Meningkat Tajam.
Momentum investasi ini tampaknya tidak terjadi di ruang hampa. Ada dua pendorong utama yang membuat investor berani masuk yaitu kondisi makroekonomi domestik yang solid dan, yang paling utama, kebijakan fiskal ekspansif yang agresif.
Saat ini, fundamental makroekonomi Indonesia dinilai sangat suportif. Inflasi yang terjaga dan stabilitas pertumbuhan menjadi bantalan yang kokoh.
Namun, katalis terbesarnya datang langsung dari Kementerian Keuangan.
Kebijakan utama yang menjadi game changer adalah gebrakan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa yang memindahkan dana negara senilai Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke bank-bank umum Himbara.
Ini bukan sekadar stimulus biasa. Tujuannya jelas yaitu melonggarkan likuiditas secara masif di pasar, "memaksa" perbankan untuk kembali agresif dalam menyalurkan kredit ke sektor riil, dan secara langsung meningkatkan money supply di mesin perekonomian.
Logikanya sederhana adalah likuiditas yang melimpah ini akan menjadi bensin murah bagi korporasi untuk ekspansi. Kredit yang mengalir akan menggerakkan roda ekonomi riil, yang pada gilirannya akan mendongkrak kinerja emiten di lantai bursa dan memperkuat pasar obligasi.
Bagi investor, ini adalah bahan bakar roket untuk potensi terhadap kenaikan investasi pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) di masa depan pada Reksa Dana.
Sinyal bahwa mesin ekonomi telah dinyalakan ini tampaknya sudah ditangkap oleh nasabah di BNI, dapat dilihat bahwa data internal BNI per Oktober 2025 secara YoY menunjukkan pertumbuhan jumlah nasabah di segmen tertinggi BNI sangat solid, yaitu pertumbuhan jumlah Nasabah BNI Private naik 21% YoY, serta jumlah Nasabah BNI Emerald naik 7% YoY.
Pertumbuhan ini didorong oleh kepercayaan nasabah dalam mengelola aset mereka di BNI, yang tercermin dari pertumbuhan Aset Kelolaan (AUM). Total AUM (DPK, Investasi, dan Bancassurance) BNI tercatat tumbuh 11% YoY, dengan AUM Investasi spesifik tumbuh 13% YoY.
Lantas, ke mana 'smart money' ini berlabuh untuk menyambut era likuiditas baru ini? Jawabannya adalah:
Produk Reksa Dana Pada BNI
Produk ini menjadi best-seller di BNI sepanjang tahun ini, dengan pertumbuhan signifikan per Oktober 2025 (YoY) pada AUM Reksa Dana sebesar 147%, Fee Based Income (FBI) Transaksi Reksa Dana sebesar 220%, dan FBI Reksa Dana (Saja) sebesar 102%.
Peningkatan AUM Reksa Dana 147% ini menjadi kontributor utama kenaikan total FBI Investasi BNI (naik 20% YoY). Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah BNI Emerald dan BNI Private yang didominasi profesional, pemilik usaha, dan self-employed, secara agresif memposisikan aset mereka untuk menangkap sinyal dari kebijakan fiskal ekspansif Menkeu Purbaya.
Melihat antusiasme yang luar biasa ini, BNI bekerjasama dengan Manajer Investasi rekanan dikabarkan telah mempersiapkan berbagai produk Reksa Dana yang diprediksi akan sesuai dengan kondisi pasar terkini demi mengakomodir permintaan nasabah yang terus meningkat dari sisi AUM serta memberikan return yang optimal bagi nasabah untuk bisa menjaga kekayaan nasabah di masa yang akan datang.
BNI 'Menyalip' Tren Nasional, AUM Reksa Dana di BNI tumbuh di atas rata-rata industri Reksa Dana
Pertumbuhan AUM Reksa Dana BNI sebesar 147% YoY (Oktober 2025) bukanlah sebuah anomali. Ini adalah cermin, sekaligus akselerasi, dari tren terbesar yang melanda pasar modal Indonesia sepanjang tahun. Pertumbuhan AUM ini ditopang utamanya oleh pertumbuhan jenis produk Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Data mengkonfirmasi hal ini. Laporan menyebutkan bahwa total dana kelolaan (AUM) industri reksa dana nasional naik menjadi Rp554,2 triliun (per Agustus 2025). Peningkatan AUM Reksa Dana ini ditopang dengan pertumbuhan tertinggi di jenis produk Reksa Dana Pendapatan Tetap sebesar 27,22%.
Data ini menunjukkan dua hal, yaitu:
Pertanyaannya, bagaimana BNI melakukannya?
Jawabannya terletak pada pemahaman mendalam atas "Feeling Secure" dan profil nasabah mereka. BNI tidak hanya memasarkan RDPT biasa. Dengan Kerjasama yang baik dengan Manajer Investasi terbaik, RDPT yang dipasarkan oleh BNI dilengkapi dengan Pembagian Hasil Investasi (PHI). Ini adalah 'Jalan Tengah Cerdas' yang dicari pasar:
Langkah BNI ini sukses mengubah RDPT dari sekadar 'produk investasi' menjadi 'solusi finansial', dan pertumbuhan 147% adalah buktinya.
-
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)