Harga Emas Bergejolak Ekstrem! Apa Sumber Kekacauannya?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Jumat, 21/11/2025 06:40 WIB
Foto: emas gold

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas melemah usai kenaikan dua hari beruntun. Harga emas turun usai data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat, meredupkan prospek penurunan suku bunga Desember

Pada perdagangan Kamis (20/11/2025), harga emas dunia turun 0,9% ke posisi US$4.076,99 per troy ons. Pelemahan ini mematahkan penguatan harga emas selama dua hari beruntun.

Pada perdagangan hari ini Jumat (21/11/2025) hingga pukul 06.18 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,19% ke posisi US$4.084,84 per troy ons.

Dalam sepekan terakhir, Harga emas bergerak bak roller coaster. Harga emas sempat ambruk 2% pada Jumat pekan lalu kemudian jatuh lagi hampir 1% pada Senin pekan ini. Namun, harganya kemudian melesat pada Selasa dan Rabu tetapi jatuh lagi kemarin. 

Harga emas turun pada perdagangan Kamis karena investor mencerna laporan ketenagakerjaan AS bulan September, yang menunjukkan angka ketenagakerjaan yang lebih kuat dari perkiraan dan meredam prospek penurunan suku bunga Desember. Dolar AS yang bertahan di level 100 juga menjadi faktor pelemahan harga emas.

Pada perdagangan Kamis (20/11/2025), indeks dolar AS (DXY) sedikit melemah 0,01% di level 100,21. Meskipun melemah, indeks dolar mampu bertahan diatas level 100.

Sementara itu, laporan Departemen Tenaga Kerja yang diawasi ketat, masih tertunda efek penutupan pemerintah kemarin, menunjukkan bahwa data penggajian nonpertanian bulan September meningkat sebesar 119.000, lebih dari dua kali lipat perkiraan kenaikan 50.000.

"(Data) ini pada dasarnya mengonfirmasi apa yang dibahas The Fed pada bulan Oktober, pasar tenaga kerja yang melambat namun stabil. Pemangkasan suku bunga pada bulan Desember kini tampaknya semakin tidak mungkin, menambah tekanan pada emas," menurut Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.

Saat ini para pelaku pasar melihat peluang hampir 40% untuk pemangkasan suku bunga bulan depan. Emas, aset yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung berkinerja baik di lingkungan suku bunga rendah.

Karena penutupan pemerintah, Biro Statistik Tenaga Kerja telah membatalkan rilis laporan Oktober, dan malah menggabungkannya dengan angka-angka November. Laporan gabungan tersebut akan dirilis pada 16 Desember, setelah pertemuan The Fed berikutnya.

Sementara itu, risalah rapat The Fed bulan Oktober mengungkapkan pada hari Rabu bahwa para pembuat kebijakan menurunkan suku bunga meskipun ada peringatan bahwa langkah tersebut dapat meningkatkan risiko inflasi dan merusak kepercayaan publik terhadap bank sentral.

Emas, aset safe haven tradisional, telah naik 55% tahun ini, mencapai rekor tertinggi US$4.381,22 per troy ons pada 20 Oktober.

UBS Optimis Harga Emas Tinggi

UBS pada hari Kamis (20/11/2025), menaikkan target harga emas pertengahan tahun 2026 sebesar US$300 menjadi US$4.500 per troy ons karena ekspektasi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), risiko geopolitik yang berkelanjutan, kekhawatiran fiskal, serta permintaan bank sentral dan ETF yang kuat.

"Kami memperkirakan permintaan emas akan terus meningkat pada tahun 2026, dipengaruhi oleh antisipasi penurunan suku bunga The Fed, imbal hasil riil yang lebih rendah, ketidakpastian geopolitik yang berkelanjutan, dan perubahan dalam lingkungan kebijakan domestik AS," menurut catatan UBS.

Bank tersebut menaikkan prediksi kenaikan harga emas sebesar US$200 menjadi US$4.900 per troy ons jika risiko politik dan keuangan meningkat dan mempertahankan prediksi penurunannya di US$3.700 per troy ons.

Prospek fiskal AS yang memburuk kemungkinan akan mendorong pembelian emas oleh bank sentral dan investor, mengingat rendahnya risiko rekanan, menurut UBS, seraya menambahkan bahwa pihaknya memperkirakan permintaan Exchange-Traded Fund (ETF) akan tetap kuat pada tahun 2026.

Emas batangan telah melonjak sekitar 55% tahun ini, didorong oleh ketegangan geopolitik dan perdagangan, pembelian bank sentral yang kuat, dan ekspektasi penurunan suku bunga AS, di antara faktor-faktor lainnya.

Di sisi lain, potensi sikap hawkish The Fed dan risiko penjualan emas oleh bank sentral tetap menjadi tantangan utama bagi prospek bullishnya, menurut UBS.


(saw/saw)
Pages