Ini 10 Raksasa Tekstil di Dunia, Perusahaan Gak Ada Lawan!
Jakarta, CNBC Indonesia - Peta kekuatan industri manufaktur global telah bergeser secara drastis. Jika satu dekade lalu negara-negara Barat masih memegang kendali, data terbaru tahun 2024 menunjukkan bahwa hegemoni produksi dunia kini mutlak berada di tangan Asia.
Terlihat dari data volume produksi terbaru yang dihimpun. Data menunjukkan, 10 perusahaan terbesar di dunia kini didominasi pemain Asia, yang mencatatkan angka output yang mencengangkan, menciptakan jurang pemisah yang lebar dengan pemain-pemain konvensional lainnya.
Berikut adalah daftar 10 raksasa manufaktur tekstil terbesar di dunia berdasarkan volume produksi tahun 2024:
Hegemoni Mutlak China
Data di atas menyingkap realitas keras: China tidak terkalahkan.
Dari 10 besar dunia, enam posisi dikuasai oleh perusahaan asal China. Tongkun Group berdiri sebagai anomali pasar dengan volume produksi menembus 13,5 juta ton. Skala ini menciptakan gap yang sangat masif.
Bahkan jika volume produksi peringkat kedua (Hengli) dan ketiga (Xinfengming) digabungkan, totalnya baru bisa menyaingi output Tongkun sendirian. Ini mengindikasikan bahwa satu entitas ini memiliki daya tawar (bargaining power) yang luar biasa dalam menentukan arah suplai global.
'Asian Century' dan Runtuhnya Dominasi Barat
Daftar ini juga mengonfirmasi fenomena "Asian Century" dalam sektor riil. Dengan hanya menyisakan Alpek (Meksiko) sebagai satu-satunya wakil dari benua Amerika, praktis 90% kekuatan produksi dunia dikendalikan oleh raksasa Asia (China, India, Thailand, dan Indonesia melalui afiliasi Sateri).
Eropa dan Amerika Serikat tampaknya telah kehilangan kendali atas volume produksi massal, menyerahkannya kepada efisiensi dan skala ekonomi yang dibangun di Asia Timur dan Selatan.
Selain itu, terlihat adanya stratifikasi pasar yang tajam. Perbedaan volume antara peringkat 1 dengan peringkat 10 mencapai lebih dari 10 kali lipat.
Ini menjadi sinyal bagi pasar global bahwa ketergantungan dunia pada rantai pasok Asia-khususnya China-bukanlah sesuatu yang mudah digeser dalam waktu dekat, mengingat skala infrastruktur yang sudah terbangun begitu masif dan terkonsolidasi.
-
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)