Kinerja Perak Selama Sepekan Mengalami Koreksi, Ini Dia Penyebabnya!

Gelson Kurniawan,  CNBC Indonesia
09 November 2025 11:15
silver perak
Foto: silver perak

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak (XAG/USD) menjalani pekan pertama November 2025 dengan pergerakan roller-coaster, terjepit di antara dua kekuatan besar. Aset ini menjadi cerminan pertarungan sengit antara kekhawatiran jangka pendek akan perlambatan ekonomi dan ekspektasi jangka panjang akan era uang longgar dari bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve.

Dolar AS Perkasa & Suramnya Manufaktur

Data pergerakan harga 3-7 November menceritakan semuanya. Perak dibuka di level US$ 48,07 pada Senin, namun tiba-tiba anjlok tajam ke level terendah mingguan di US$ 47,10 pada Selasa (4/11).

Kejatuhan ini bukan tanpa alasan dan selaras sempurna dengan data eksternal. Seperti yang terkonfirmasi pada grafik Indeks Dolar AS (DXY), greenback mengalami lonjakan kekuatan signifikan pada 4 November. Sebagai komoditas yang diperdagangkan dalam Dolar AS, penguatan tajam DXY secara otomatis menekan harga perak, memicu aksi jual.

Tekanan ini diperparah oleh rilis data ISM Manufacturing PMI AS untuk bulan Oktober. Dengan angka 48,7, data ini mengkonfirmasi bahwa sektor manufaktur AS masih berada dalam zona kontraksi (di bawah 50). Ini adalah sentimen negatif bagi perak, yang lebih dari separuh permintaannya bergantung pada aplikasi industri.

Fokus Beralih ke 'Bensin' Likuiditas The Fed

Namun, kejatuhan perak tidak berlangsung lama. Harga berhasil rebound kuat di sisa pekan dan ditutup menguat di level US$ 48,30 pada Jumat (7/11). Ini menunjukkan bahwa pasar dengan cepat mengalihkan fokusnya dari data ekonomi yang suram ke gambaran yang lebih besar yaitu kebijakan moneter The Fed.

Pasar telah mencerna sinyal The Fed selama berminggu-minggu bahwa narasi The Fed akan memulai program Quantitative Easing (QE) terbarunya mulai 1 Desember 2025. Prospek disuntikkannya likuiditas besar-besaran ini adalah bensin fundamental bagi logam mulia.

Selain itu, adanya ketidakpastian global yang semakin nyata di pasar membuat racikan sempurna untuk investor berbondong-bondong menginvestasikan aset mereka ke dalam instrumen hedging seperti perak dan emas yang secara historikal mengalami kenaikan ketika ketidakpastian melanda.

Dalam skenario ini, data ekonomi yang buruk seperti PMI justru dipandang sebagai validasi bahwa The Fed harus segera bertindak. Investor melihat kejatuhan ke level US$ 47 sebagai peluang beli (bargain hunting), menciptakan lantai (support) yang solid. Ke depan, janji QE dari The Fed tampaknya menjadi faktor dominan yang akan menopang harga perak.

-

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation