Newsletter

Pesta IHSG & Rupiah Terancam Bubar Karena Serbuan Data AS & China

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
07 November 2025 06:20
Barang bukti pelanggan ekspor produk turunan CPO di Buffer Area MTI NPCT 1, Cilincing, Jakarta, Kamis (6/11/2025).
Foto: Barang bukti pelanggan ekspor produk turunan CPO di Buffer Area MTI NPCT 1, Cilincing, Jakarta, Kamis (6/11/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Pada perdagangan hari ini, Jumat (7/11/2025), pasar keuangan domestik diperkirakan akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri.

Dari dalam negeri, perhatian utama tertuju pada rilis data cadangan devisa dan uang primer (M0) periode Oktober 2025 yang akan diumumkan oleh Bank Indonesia (BI). Kedua data tersebut akan memberikan gambaran terkini mengenai kekuatan eksternal dan likuiditas sistem keuangan nasional. Dari sisi eksternal, pelaku pasar juga mencermati hasil keputusan Bank of England (BoE) yang kembali menahan suku bunga acuannya di level 4%.

Terdapat juga kabar penting mengenai lonjakan PHK Amerika serta akan ada data perdagangan dari China. Keduanya bisa berdampak besar terhadap Indonesia dan dikhawatirkan bisa merusak tren positif IHSG dan rupiah.

Berikut rangkuman sentimen utama yang akan menjadi perhatian pelaku pasar hari ini:

Cadangan Devisa RI Oktober

Pada hari ini, Jumat (6/11/2025) Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan posisi cadangan devisa periode Oktober 2025.

Sebagai catatan, pada akhir September 2025, posisi cadangan devisa tercatat sebesar US$148,7 miliar atau turun sebesar US$2 miliar dibandingkan Agustus 2025 yang sebesar US$150,7 miliar.

Cadev menjadi salah satu indikator penting bagi perekonomian nasional karena berfungsi sebagai penopang stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan bahwa perkembangan cadangan devisa tersebut dipengaruhi antara lain oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.

"Posisi cadangan devisa akhir September 2025 tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," ujar Denny dalam rilis resmi BI, Selasa (7/10/2025).

Di sisi lain, pemerintah dan BI saat ini tengah mengevaluasi efektivitas kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebutkan aturan tersebut akan mengalami sedikit revisi, menyusul hasil evaluasi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Meski begitu, Purbaya mengaku belum bisa mengungkapkan detail dari revisi yang akan dilakukan terhadap PP 8/2025. PP itu sebelumnya meningkatkan kewajiban penempatan DHE SDA dari para eksportir sebesar 100% ke dalam sistem keuangan Indonesia.

Sementara itu, Deputi Gubernur BI Destry Damayanti menilai bahwa meski tingkat kepatuhan eksportir terhadap kewajiban penempatan DHE telah mencapai 95%, dampaknya terhadap peningkatan cadangan devisa masih terbatas.

Pasalnya, mayoritas dolar hasil ekspor yang ditempatkan di rekening khusus (reksus) langsung dikonversi ke rupiah untuk kebutuhan pasar valas domestik, sehingga tidak menambah cadangan devisa secara langsung.

Uang Primer (M0) RI Oktober 2025

Selain cadangan devisa, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan posisi uang primer (M0) adjusted periode Oktober 2025 pada hari ini.

Sebagai catatan, pada September 2025, posisi uang primer tercatat sebesar Rp2.152,4 triliun, tumbuh 18,6% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,3% (yoy).

Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh peningkatan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 37,0% (yoy) serta uang kartal yang diedarkan sebesar 13,5% (yoy).

"Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 37,0% (yoy) dan uang kartal yang diedarkan sebesar 13,5% (yoy)," ujar Denny dalam rilis resmi BI, Selasa (7/10/2025).

Berdasarkan data BI, uang kartal yang beredar di masyarakat per September 2025 mencapai Rp1.204 triliun, sedangkan uang kartal yang disimpan bank umum dan BPR tercatat sebesar Rp1.062,7 triliun.

Uang primer, atau yang juga dikenal sebagai base money, merupakan uang yang diterbitkan oleh bank sentral, terdiri dari uang kartal (koin dan uang kertas) serta simpanan bank umum di BI. Indikator ini berfungsi sebagai fondasi bagi penciptaan uang dan likuiditas dalam sistem keuangan nasional.

Rebalancing MSCI

indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) baru saja melakukan review terhadap daftar saham dalam indeksnya, dan langsung mendapatkan respon pasar berupa volatilitas harga pada sejumlah emiten yang terdampak, baik yang masuk maupun yang dikeluarkan dari indeks MSCI.

Pengumuman hasil rebalancing indeks MSCI periode November 2025 ini sejatinya baru akan efektif berlaku mulai 25 November 2025, setelah dilakukan penyesuaian portofolio pada penutupan perdagangan 24 November 2025. Namun, seperti biasa, pasar sudah lebih dulu merespons hasil pembaruan tersebut.

Hal ini terlihat dari pergerakan harga saham emiten yang masuk dan keluar dari indeks. Dua saham baru yang resmi masuk ke dalam MSCI Global Standard Indexes, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), langsung menunjukkan arah berlawanan.
Saham BRMS terkoreksi tajam 5,88% ke level Rp960 per saham, sementara BREN justru berhasil naik 1,79% ke level Rp9.925 per saham.

Sebaliknya, dua emiten yang dikeluarkan dari daftar indeks global utama, yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), kompak melemah masing-masing 1,44% dan 5,30% pada perdagangan Kamis (6/11/2025).

Dari daftar MSCI Small Cap Indexes, saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) mencatat kenaikan tertinggi sebesar 5,38%, sedangkan PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) menjadi yang terlemah dengan penurunan 4,52%.

Bank Sentral Inggris Tahan Suku Bunga

Bank Sentral Inggris (BoE) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 4% pada pertemuan Kamis (6/11/2025). Keputusan ini diambil dengan suara ketat 5 banding 4, di mana sebagian anggota komite menilai kondisi ekonomi Inggris belum cukup kuat untuk mendukung penurunan suku bunga lebih cepat.

Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan bank sentral lebih memilih menunggu dan melihat perkembangan inflasi sebelum melakukan langkah pelonggaran lebih lanjut.

Ia menegaskan bahwa inflasi Inggris dinilai telah mencapai puncaknya, namun masih berada di atas target bank sentral sebesar 2%, yakni di kisaran 3,8% pada September.

BoE menilai perlambatan pertumbuhan upah dan penurunan harga jasa menjadi alasan utama menahan suku bunga saat ini. Meski demikian, bank sentral memperkirakan inflasi akan turun mendekati 3% pada awal 2026, sebelum kembali menuju target 2% pada 2027.

Keputusan ini melanjutkan kebijakan penahanan suku bunga yang sebelumnya dilakukan pada rapat Oktober 2025, setelah periode pemangkasan bertahap yang dimulai pertengahan tahun lalu.

Dalam pernyataannya, BoE menegaskan bahwa biaya pinjaman kemungkinan besar akan tetap berada pada jalur penurunan bertahap, seiring ekspektasi inflasi yang kian terkendali.

Purbaya Bongkar Dugaan Pelanggaran Ekspor Produk Turunan CPO

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bersama Kementerian Perindustrian dan Kepolisian Republik Indonesia menggelar Konferensi Pers Operasi Gabungan DJBC-DJP Kemenkeu dan Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara Polri, di Buffer Area MTI NPCT 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (6/11/2025).

Dalam konferensi pers tersebut, Purbaya bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, Menteri Perdagangan Budi Santoso, dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap dugaan pelanggaran ekspor produk turunan crude palm oil (CPO) oleh PT MMS di Pelabuhan Tanjung Priok.

Sebanyak 87 kontainer dengan total berat bersih 1.802 ton senilai Rp28,7 miliar dilaporkan dalam tujuh Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Barang-barang tersebut diberitahukan sebagai Fatty Matter, yaitu kategori yang tidak dikenakan bea keluar dan tidak termasuk larangan dan pembatasan ekspor (Lartas).

Namun, hasil pemeriksaan tim gabungan mengindikasikan bahwa barang tersebut sebenarnya tergolong produk turunan CPO, yang semestinya dikenakan bea keluar. Berdasarkan data ekspor 2025, terdapat 25 wajib pajak, termasuk PT MMS, yang melaporkan komoditas serupa dengan nilai PEB mencapai Rp2,08 triliun.

Operasi gabungan ini menjadi langkah nyata pemerintah dalam memperkuat pengawasan penerimaan negara dan menekan potensi kebocoran fiskal, sejalan dengan arahan Kementerian Keuangan untuk mengoptimalkan penerimaan ekspor dan mencegah praktik manipulasi dokumen perdagangan internasional.

PHK AS Melonjak

Perusahaan-perusahaan di AS mengumumkan 153.074 pemutusan hubungan kerja (PHK) pada Oktober 2025, jumlah tertinggi untuk bulan tersebut sejak 2003, dibandingkan 54.064 PHK pada September. Mayoritas PHK terjadi di sektor pergudangan (47.878), teknologi (33.281), makanan (10.662), dan pemerintahan (7.883).

Kecepatan PHK pada Oktober jauh lebih tinggi dibanding rata-rata bulan ini. Beberapa industri sedang menyesuaikan diri setelah lonjakan perekrutan selama pandemi, namun hal ini terjadi bersamaan dengan adopsi AI, melambatnya pengeluaran konsumen dan korporasi, serta meningkatnya biaya yang mendorong penghematan dan pembekuan perekrutan.

Mereka yang terkena PHK sekarang lebih sulit mendapatkan pekerjaan baru dengan cepat, yang bisa semakin melonggarkan pasar tenaga kerja.

Hingga Oktober, perusahaan-perusahaan telah mengumumkan 1.099.500 PHK, jumlah tertinggi sejak pandemi, meningkat 44% dibandingkan 761.358 PHK yang diumumkan sepanjang 2024. Tahun ini, sektor pemerintahan mencatat PHK terbanyak (307.638), disusul sektor teknologi (141.159).

Neraca Perdagangan China
China akan mengumumkan data neraca perdagangan Oktober 2025 pada hari ini Jumat (7/11/2025). Data ini sangat penting bagi Indonesia yang menggantungkan sekitar 27% ekspornya ke China.

Sebagai catatan, ekspor China meningkat 8,3% (yoy) menjadi US$ 328,6 miliar pada September 2025, juga merupakan level tertinggi dalam tujuh bulan, melampaui perkiraan kenaikan 6% dan mempercepat pertumbuhan dari revisi 4,3% pada Agustus. Ini menandai laju pengiriman ke luar negeri tercepat sejak Maret, seiring para produsen berhasil menemukan pasar baru di luar Amerika Serikat, sementara kesepakatan tarif dengan Presiden Donald Trump masih belum tercapai.

Impor China melonjak 7,4% (yoy) pada September 2025, mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan sebesar US$ 238,1 miliar dan jauh melampaui ekspektasi pasar sebesar 1,5%. Data terbaru ini juga menunjukkan percepatan tajam dari pertumbuhan yang direvisi pada Agustus sebesar 1,2%, sekaligus menjadi kenaikan bulanan keempat berturut-turut dan laju ekspansi tercepat sejak April 2024.


(evw/evw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular