Kembali Jadi Buruan Investor, Deretan Saham "Darah Biru" RI Ini Ngacir
Jakarta, CNBC Indonesia - Rebalancing dan shifting dari saham-saham konglomerasi ke saham-saham blue chip tengah dilakukan banyak investor, khususnya di sektor konsumer dan perbankan.
Upaya ini merupakan pengelolaan profil risk-reward portofolio. Pergeseran tersebut didorong oleh kenaikan harga saham-saham konglomerasi yang telah sangat signifikan dalam beberapa bulan terakhir, serta mulai munculnya indikasi aksi profit taking pada kelompok saham tersebut.
Sektor konsumer dan perbankan dapat menjadi alternatif yang relevan bagi investor mengingat valuasi keduanya saat ini berada pada level yang relatif rendah secara historis.
Secara rata-rata, valuasi emiten konsumer telah terdiskon lebih dari -1 standar deviasi di bawah rerata historis, sedangkan valuasi emiten perbankan saat ini mendekati -2 standar deviasi di bawah rerata historis.
Dengan demikian, risiko penurunan lanjutan pada kedua sektor tersebut relatif terbatas. Risiko utama yang perlu diperhatikan adalah potensi keberlanjutan arus keluar investor asing (foreign outflow). Namun demikian, apabila aksi profit taking pada saham-saham konglomerasi berlanjut, maka upside relatif yang ditawarkan sektor konsumer dan perbankan berpotensi semakin menarik.
Pada bulan lalu, saham-saham blue chip mencatat kenaikan harga yang cukup kuat, terefleksi pada penguatan indeks LQ45 sebesar +8% dalam periode yang sama, dibandingkan dengan kenaikan IHSG sebesar +1,26%.
Berikut daftar Top 10 kontributor kenaikan indeks LQ45 dalam periode tersebut, beserta metrik valuasi serta proyeksi pertumbuhan laba bersih berdasarkan estimasi konsensus.
Terlihat bahwa tren penguatan saham-saham blue chip masih berada pada fase awal dan berpotensi berlanjut setidaknya hingga akhir 2025.
Secara umum, hasil kinerja emiten pada kuartal III-2025 tidak seburuk kuartal II-2025 jika dilihat dari sisi pencapaian terhadap ekspektasi pasar. Meskipun masih terdapat emiten yang membukukan kinerja di bawah ekspektasi, jumlahnya tidak sebesar ketika publikasi kinerja kuartal II-2025.
Sebagai ilustrasi, sejak rilis kuartal II-2025. konsensus telah menurunkan estimasi laba bersih 225 big banks sekitar 1-10%. Namun dalam earnings call 3Q25, sebagian besar manajemen big banks menyampaikan pandangan yang lebih konstruktif terhadap prospek pertumbuhan mulai kuartal Iv-2025 seiring percepatan pertumbuhan kredit dan penurunan berkelanjutan pada Cost of Fund (CoF).
Oleh karena itu, risiko pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) estimasi lanjutan pasca rilis 3Q25 relatif terbatas, bahkan berpotensi berbalik menjadi upward revision sejalan dengan ekspektasi pemulihan ekonomi yang lebih kuat.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)