NEWSLETTER

Siaga 1: RI Tunggu Putusan Purbaya-KSSK di Tengah Hujan Kabar Genting

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
03 November 2025 06:15
Ilustrasi Trading (Stok Market)
Foto: Ilustrasi Trading (Stok Market)
  • Pasar keuangan Tanah Air ditutup beragam pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG melemah sementara rupiah justru menguat
  • Wall Street masih kompak menguat pada pekan lalu
  • Pelaku pasar bersiap mencermati sederet rilis data ekonomi penting pada peka ini, mulai dari inflasi, PMI manufaktur, hingga PDB kuartal III-2025.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air akan kembali dibuka pada perdagangan hari ini, Senin (3/10/2025) yang sekaligus menjadi perdagangan pertama di November 2025.

Sebelumnya, pasar keuangan Tanah Air ditutup bervariasi pada perdagangan terakhir pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta pasar obligasi pemerintah tercatat melemah, sementara rupiah mampu menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pasar keuangan Indonesia diharapkan mampu kembali bergerak di zona positif pada perdagangan awal pekan ini. Selengkapnya mengenai pergerakan pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG ditutup melemah 0,25% atau 20,19 poin ke level 8.163,88 pada perdagangan Jumat (31/10/2025). Sepanjang sesi, IHSG sempat bergerak di kisaran 8.144-8.215 dengan total nilai transaksi sebesar Rp19,18 triliun dan volume 28,09 miliar saham dari 1,98 juta kali transaksi.

Sebanyak 272 saham menguat, 377 melemah, dan 161 stagnan, sementara investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp1,13 triliun di seluruh pasar. Secara mingguan, IHSG terkoreksi 1,30%

Dari sisi sektoral, sektor utilitas menjadi penopang utama dengan kenaikan 0,84%, diikuti teknologi yang naik 0,79% dan konsumer non-siklikal menguat tipis 0,09%.

Sebaliknya, tekanan terbesar datang dari bahan baku terkoreksi 0,83%, properti turun 0,70%, serta energi 0,67%.

Dari sisi emiten, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi kontributor penguatan terbesar dengan tambahan 11,59 indeks poin, disusul PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) 4,72 poin dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) 2,81 poin.

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menjadi pemberat utama IHSG dengan penurunan masing-masing 7,03 poin.

Beralih ke nilai tukar, mata uang Garuda berhasil menutup perdagangan di penghujung pekan dengan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Namun, secara akumulatif sepanjang sepekan rupiah tercatat melemah 0,21% terhadap dolar AS, di tengah tren penguatan greenback secara global.

Merujuk data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (31/10/2025), rupiah terapresiasi 0,06% ke level Rp16.625/US$. Rupiah sempat menguat sejak awal sesi perdagangan di posisi Rp16.620/US$, namun laju penguatannya mulai terbatas menjelang penutupan.

Penguatan rupiah terjadi di tengah tren global yang masih didominasi oleh pergerakan dolar AS. Kenaikan greenback terjadi setelah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu.

Namun, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell menjadi sorotan utama pasar. Powell menegaskan bahwa peluang pemangkasan lanjutan pada Desember belum dapat dipastikan, terutama di tengah masih berlanjutnya shutdown pemerintahan AS yang menunda publikasi sejumlah data ekonomi penting.

"Jika penutupan pemerintahan terus berlangsung, tidak mudah bagi The Fed untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga," tulis ekonom Jefferies, Mohit Kumar, dalam catatannya.



Kondisi tersebut membuat pelaku pasar cenderung mengurangi proyeksi terhadap pemangkasan lanjutan. Meski begitu, ketahanan rupiah di tengah volatilitas eksternal menunjukkan stabilitas domestik yang masih terjaga menjelang rilis data-data ekonomi di awal November.

Adapun dari pasar obligasi Tanah Air, imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik 0,66% ke level 6,099% pada akhir pekan lalu Jumat (31/10/2025). Secara akumulatif sepanjang sepekan, yield SBN tenor 10 tahun tercatat naik 1,75%. Kenaikan yield tersebut menandakan investor tengah melakukan aksi jual di pasar sekunder, yang menyebabkan harga obligasi turun.

Pasar saham Amerika Serikat (Wall Street) kompak ditutup menguat pada perdagangan Jumat (31/10/2025), yang didorong oleh lonjakan saham-saham teknologi, terutama Amazon. Setelah berhasil membukukan kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi pasar.

Indeks Nasdaq Composite naik 0,61% ke level 23.724,96, diikuti S&P 500 yang menguat 0,26% ke 6.840,20. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 40,75 poin atau 0,09% ke posisi 47.562,87.

Kenaikan ini didorong oleh saham Amazon yang melesat 9,6% setelah perusahaan e-commerce raksasa itu melaporkan lonjakan pendapatan dari bisnis komputasi awan (AWS) sebesar 20% pada kuartal III-2025, melampaui perkiraan analis Wall Street.

CEO Amazon Andy Jassy mengatakan bahwa layanan AWS saat ini,tumbuh dengan kecepatan yang belum pernah kami lihat sejak 2022, dan permintaan terhadap infrastruktur inti serta layanan AI kami sangat kuat.

Analis juga menilai peningkatan belanja modal di sektor kecerdasan buatan (AI) menjadi sinyal kuat bagi pertumbuhan jangka panjang.

"Adopsi AI meningkat pesat, sehingga investasi untuk memperluas daya komputasi dan fungsionalitas menjadi sangat layak. Ini akan menjadi metrik penting ke depan, karena kami kini memiliki lebih dari US$600 miliar belanja modal yang sudah dialokasikan untuk tahun depan," ujar Brian Mulberry, Client Portfolio Manager di Zacks Investment Management, dikutip dari CNBC International.

Selain Amazon, saham-saham lain yang terkait AI turut mengalami reli. Palantir Technologies naik 3%, sedangkan Oracle menguat 2,2%. Mulberry menambahkan bahwa, Investor kini akan mencermati bagaimana belanja besar-besaran itu kembali ke perusahaan dalam bentuk penjualan produk berbasis AI.

Dukungan tambahan bagi Nasdaq datang dari Netflix, yang melonjak 2,7% setelah mengumumkan kebijakan stock split 10 banding 1. Sementara itu, Tesla juga menguat 3,7% di tengah rebound saham sektor kendaraan listrik.

Secara mingguan, S&P 500 naik 0,7%, sedangkan Nasdaq dan Dow Jones masing-masing menguat 2,2% dan 0,8%.

Khusus untuk Oktober, S&P 500 melonjak 2,3%, Nasdaq naik 4,7%, dan Dow Jones menanjak 2,5%, mencatatkan kenaikan bulanan keenam beruntun sekaligus rekor pertama sejak 2018.

Memasuki pekan pertama November, pelaku pasar akan mencermati sederet rilis data ekonomi penting baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Dari domestik, fokus utama akan tertuju pada inflasi Oktober, PMI manufaktur, neraca dagang, serta pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (5/11/2025).

Rangkaian data tersebut akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah pemulihan ekonomi nasional menjelang akhir tahun. Selain itu, data ini juga akan menjadi acuan bagi Bank Indonesia (BI) dalam menentukan langkah kebijakan moneter pada sisa 2025.

Berikut rangkuman sentimen utama yang akan membentuk arah pergerakan IHSG hingga rupiah sepanjang pekan ini:

Inflasi Oktober RI

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Oktober 2025 pada hari ini, Senin (3/11/2025).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan institusi memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mengalami inflasi 0,02% (mtm), sementara secara tahunan (yoy) inflasi diperkirakan mencapai 2,6%. Inflasi inti diperkirakan stabil di 2,2%.

Sebagai perbandingan, pada September 2025 inflasi tercatat 0,21% (mtm) dan 2,65% (yoy), dengan inflasi inti 2,19%. Secara historis, inflasi di Oktober cenderung rendah dengan rata-rata 0,07% (mtm) dalam lima tahun terakhir. Artinya, tekanan harga bulan ini berpotensi lebih kecil dari tren biasanya.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan tekanan inflasi menurun karena harga sejumlah komoditas utama terkoreksi, seperti beras (-0,8% mom), bawang merah (-7,6% mom), dan cabai rawit (-6,2% mom).

"Penurunan harga pangan menjadi faktor utama yang menahan inflasi, sementara harga telur masih mencatatkan kenaikan moderat sekitar 2,6% mom," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang menambahkan, inflasi inti berpotensi sedikit menguat karena lonjakan harga emas dan perhiasan.

"Imported inflation dari depresiasi rupiah masih tertahan karena efek pass-through yang lambat dan adanya diskon ritel, sehingga ekspektasi inflasi tetap terjaga," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Neraca Perdagangan RI September

Masih di hari ini juga, BPS juga akan merilis data neraca perdagangan September 2025.

Berdasarkan polling CNBC Indonesia diperkirakan surplus perdagangan akan berada di kisaran US$3,9 miliar, turun dari US$5,49 miliar pada Agustus 2025.

Secara keseluruhan, ekspor diproyeksikan tumbuh 7,22%, sementara impor meningkat 4,95%. Penurunan surplus ini menandakan ekspor yang melandai secara bulanan, sementara impor mulai menguat menjelang akhir tahun.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan bahwa meski surplusnya menurun, tren positif masih berlanjut selama 65 bulan berturut-turut.

"Penopang ekspor tetap datang dari hilirisasi, terutama besi dan baja, sementara kenaikan harga minyak sawit mentah juga memberi dorongan tambahan," ujar Josua kepada CNBC Indonesia.

Impor diperkirakan naik karena pelaku usaha mulai mengamankan stok untuk menghadapi Natal dan Tahun Baru, yang secara musiman memang mendorong permintaan barang konsumsi.

"Surplus September berpeluang turun sejalan dengan impor yang mulai menguat, dan faktor persiapan akhir tahun kemungkinan ikut mendukung arus barang masuk,"
tambah Josua.

PMI Manufaktur RI Oktober

Pada hari ini juga, akan ada rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Oktober 2025.

Sebagai catatan, data PMI yang dirilis oleh S&P Global untuk bulan September berada di level 50,4, turun dari 51,5 pada Agustus 2025. Meski menurun, angka ini tetap menunjukkan sektor manufaktur masih berada di zona ekspansi selama dua bulan berturut-turut.

Sebelumnya, PMI sempat terkontraksi sejak April hingga Juli 2025 di kisaran 46-49, sebelum akhirnya kembali menembus level ekspansif pada Agustus. Kinerja manufaktur yang mulai pulih didorong oleh kenaikan pesanan baru (new orders) dari pasar domestik, meski permintaan ekspor masih melambat.

"Pesanan baru terus tumbuh di akhir kuartal ketiga, meski lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan ini sebagian besar dikaitkan dengan permintaan pasar domestik yang lebih kuat," tulis S&P Global dalam laporannya.

Perusahaan manufaktur juga mulai meningkatkan pembelian bahan baku dan stok barang jadi untuk mengantisipasi kenaikan permintaan di akhir tahun, di tengah kenaikan biaya input ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.

Sementara itu, waktu pengiriman bahan baku membaik dan menjadi yang tercepat dalam hampir dua tahun terakhir berkat efisiensi distribusi.

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2025

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2025 pada Rabu (5/11/2025). Data ini akan menjadi indikator penting untuk melihat kinerja perekonomian nasional pada paruh kedua tahun ini.

Dalam laporan terakhir BPS, ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 tercatat tumbuh 5,12% (year-on-year/yoy) atau tertinggi sejak kuartal II-2023.
Secara kuartalan (quarter-to-quarter/qoq), pertumbuhan mencapai 4,04%, juga tertinggi sejak kuartal III-2022.

Sektor industri pengolahan masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan, dengan kontribusi terbesar terhadap PDB mencapai 18,67%. Industri ini tumbuh 5,68% (yoy), ditopang subsektor makanan dan minuman (mamin), termasuk CPO, minyak goreng, serta produk olahan lainnya.

Secara historis, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III cenderung lebih rendah dibandingkan kuartal II. Dalam 10 tahun terakhir (2015-2024), sebanyak tujuh kali laporan pertumbuhan di kuartal III tercatat lebih rendah dari kuartal sebelumnya.

Hal ini disebabkan karena kuartal II biasanya menjadi puncak aktivitas ekonomi tahunan, yang didorong oleh periode Ramadan dan Lebaran serta libur sekolah yang meningkatkan konsumsi rumah tangga. Setelah momentum itu berlalu, pertumbuhan di kuartal III umumnya mengalami perlambatan musiman.

Cadangan Devisa RI Oktober

Pada akhir pekan Jumat (7/11/2025), Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa (cadev) periode Oktober 2025. Sebelumnya, berdasarkan data BI, cadev pada akhir September 2025 tercatat sebesar US$148,7 miliar atau lebih rendah dibandingkan Agustus 2025 yang sebesar US$150,7 miliar atau mengalami penurunan sekitar US$2 miliar dalam sebulan.

Penurunan tersebut mencerminkan langkah aktif BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah volatilitas pasar keuangan global yang cukup tinggi.

Dengan level tersebut, cadangan devisa masih berada pada tingkat yang aman dan memadai untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian RI. Level tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 impor atau 6,0 bulan impor ditambah dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan masih jauh dia tas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

ISM Manufacturing PMI AS Oktober

Dari eksternal, pada hari ini akan ada rilis data Institute for Supply Management (ISM) Manufacturing PMI Amerika Serikat periode Oktober 2025. Sebelumnya, PMI AS untuk September 2025 tercatat sebesar 49,1 poin, naik dari 48,7 poin di Agustus namun masih berada di zona kontraksi ( kurang dari 50).

Indeks tersebut menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS masih dibayangi tantangan meski perlahan menunjukan perbaikan. Menurut data, produksi memperluas menjadi 51,0 poin di September, naik dari 47,8 poin bulan sebelumnya, sementara sub-indikator pesanan baru (new orders) menurun menjadi 48,9 poin dari 51,4 poin.

Dengan latar tersebut, pelaku pasar kini mengamati angka PMI Oktober sebagai sinyal penting apakah sektor manufaktur AS mulai keluar dari fase kontraksi atau justru masih melemah. Jika angka di atas 50 poin tercapai, maka dapat menjadi katalis positif global, jika tetap di bawah 50 maka bisa memperkuat sentimen kehati-hatian di pasar Asia dan domestik.

Konferensi Pers KSSK

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan menggelar rapat tiga bulanan sekaligus konferensi pers pada hari ini, Senin (3/11/2025). 

Konferensi pers akan dihadiri Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, serta Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Anggito Abimanyu.

Rapat KSSK ini adalah yang pertama di mana Purbaya menjabat sebagai Menteri Keuangan sekaligus Ketua KSSK di mana sebelumnay dia adalah Ketua LPS.

Anggito juga akan hadir pertama kali sebagai Ketua LPS. Ini juga menjadi rapat pertama sejak pemerintah menyalurkan likuditas senilai Rp 200 triliun kepada bank Himbara.

Menarik disimak apa saja perkembangan terbaru dan kebijakan yang akan disampaikan pemangku kepentingan di bidang keuangan, termasuk efektivitas penyaluran likuiditas hingga pemangkasan bunga secara agresif.

Neraca Perdagangan China

China akan mengumumkan data neraca perdagangan Oktober 2025 pada Jumat (7/11/2025). Data ini sangat penting bagi Indonesia yang menggantungkan sekitar 27% ekspornya ke China.

Sebagai catatan, ekspor China meningkat 8,3% (yoy) menjadi US$ 328,6 miliar pada September 2025, juga merupakan level tertinggi dalam tujuh bulan, melampaui perkiraan kenaikan 6% dan mempercepat pertumbuhan dari revisi 4,3% pada Agustus. Ini menandai laju pengiriman ke luar negeri tercepat sejak Maret, seiring para produsen berhasil menemukan pasar baru di luar Amerika Serikat, sementara kesepakatan tarif dengan Presiden Donald Trump masih belum tercapai.

Impor China melonjak 7,4% (yoy) pada September 2025, mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan sebesar USD 238,1 miliar dan jauh melampaui ekspektasi pasar sebesar 1,5%. Data terbaru ini juga menunjukkan percepatan tajam dari pertumbuhan yang direvisi pada Agustus sebesar 1,2%, sekaligus menjadi kenaikan bulanan keempat berturut-turut dan laju ekspansi tercepat sejak April 2024.

Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di kantor Kementerian Dalam Negeri, Kota Jakarta Pusat

  • Coffee Session Danantara Indonesia bersama Managing Director Investment di Pappa Jack, Wisma Danantara Indonesia, Kota Jakarta Selatan. Tema: Proyek Waste to Energy (WtE)

  • PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mengadakan Seremoni Peluncuran 3 Indeks Co-brand BEI dengan S&P Dow Jones Indices LLC di Main Hall BEI, Kota Jakarta Selatan

  • Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sejumlah indikator antara Indeks Harga Konsumen di kantor pusat BPS, Kota Jakarta Pusat

  • Konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan dengan narasumber antara lain Menteri Keuangan dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.

  • Hands-on "Fun to the Max Experience with Redmi Pad 2 Pro" di Perpustakaan Jakarta, PDS H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Kota Jakarta Pusat

  •  PMI Manufaktur RI Periode Oktober
  •  Neraca Dagang RI Periode September
  •   ISM Manufaktur PMI AS
  • S&P Global Manufaktur

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

- Rencana RUPS : ITMG, TOTL, KAEF,

- Cum HMETD : BUVA

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(evw/evw) Next Article Israel vs Iran Siap Gencatan Senjata, The Fed & China Masih Buat Cemas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular