China, AS Hingga Rumania Ramai-Ramai Bantu Harga Batu Bara Terbang

mae, CNBC Indonesia
24 October 2025 07:35
Batu bara kokas. (Dok. Pertamina)
Foto: Batu bara kokas. (Dok. Pertamina)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali menguat dalam dua hari beruntun.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Kamis (23/10/2025) ditutup di US$ 108 per ton atau terbang 1,22%. Penguatan ini memperpanjang tren positif batu bara yang menguat 1,3% dalam dua hari beruntun.

Harga batu bara terus membaik karena kabar baik dari China dan Rumania serta mendidihnya harga minyak.

Harga minyak mentah melonjak lebih dari 5% ke level tertinggi dalam dua minggu, menyusul pengumuman sanksi AS terhadap perusahaan-perusahaan minyak utama Rusia.


AS melarang dua raksasa milik negara, Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC, dalam langkah yang bertujuan menambah tekanan terhadap Kremlin terkait kurangnya komitmen Moskow terhadap perdamaian di Ukraina.

Batu bara adalah substitusi minyak sehingga harganya saling mempengaruhi.

Harga batu bara juga ditopang kabar positif dari China.  Survei Sxcoal terhadap 160 tambang menunjukkan tingkat pemakaian (utilisation) naik sedikit ke 91% dan stok menyusut 2,9% dalam seminggu.

Dari sisi impor, harga batubara termal mengalami tekanan naik karena kurangi pasokan domestik ongkos pengiriman maritim yang meningkat.

Persediaan batu bara kokas di tambang-tambang utama di China menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh pengiriman yang lancar ke pengguna hilir dan output yang relatif terbatas.

Karena stok yang rendah dan permintaan yang kuat, harga batu bara menguat.

Adanya output yang dibatasi atau mungkin tantangan produksi juga ikut menyokong kondisi stok rendah. Penurunan stok di dalam negeri China bisa berarti bahwa harga batu bara kokas global akan menjadi lebih tinggi jika permintaan terus kuat dan pasokan tidak melonggar.

Untuk eksportir seperti Australia, stabilitas aliran kargo ke China berarti mereka bisa tetap menjadi pemasok penting. Namun, mereka juga harus waspada terhadap regulasi dan bea/cukai yang bisa menghambat.

 

Produsen dan konsumen hilir (misal industri baja) di China sedang berada di posisi yang lebih "tertekan" dalam hal penyediaan bahan bakar/kokas, yang bisa berdampak pada biaya produksi mereka.

Tak hanya kokas, harga batu bara termal di lokasi tambang ("mine-mouth") di China terus naik, didorong oleh kombinasi ketatnya pasokan dan permintaan yang tetap kuat.

Namun, meskipun kenaikan kuat, mulai muncul sinyal hati-hati dari pelaku pasar. Pembeli menjadi lebih waspada terhadap harga yang sudah tinggi dan kemungkinan koreksi atau penurunan permintaan.

Pada 17 Oktober, indeks Sxcoal untuk batubara domestik 5.500 kcal/kg NAR spot di pelabuhan utara Tiongkok tercatat sekitar CNY 745/t FOB.

Rumania Perpanjang Usia Pembangkit Batu Bara

Rumania akan mempertahankan tiga unit pembangkit listrik tenaga batu bara agar tetap beroperasi hingga tahun 2029, setelah melakukan renegosiasi dengan Komisi Eropa terkait jadwal dekarbonisasi produksi listrik nasional.

Menteri Energi Bogdan Ivan.Menteri tersebut sebelumnya telah memperingatkan potensi terjadinya pemadaman listrik besar-besaran atau blackout yaitu kehilangan pasokan listrik secara luas dan sementara. Dengan tetap mengoperasikan unit-unit tersebut, risiko itu dapat dihindari.

"Ini mungkin merupakan kemenangan terbesar yang dapat dicapai Rumania dalam hal sistem energi," ujar Ivan yang dikutip oleh News.ro.

Dia menambahkan melalui perubahan pada PNRR (Rencana Pemulihan dan Ketahanan Nasional) yang sangat rumit ini, Rumania telah memastikan bahwa skenario terburuk yakni potensi blackout pada kondisi tertentu musim dingin ini akan 100% dapat dihindari.

Unit pembangkit listrik tenaga batu bara yang sebelumnya akan ditutup memiliki kapasitas 1.755 megawatt. Jika ditutup pada akhir tahun ini, Rumania akan kehilangan pasokan energi dalam jumlah besar, melemahkan keamanan energi nasional, serta memicu impor listrik dengan harga tinggi.

Dengan mempertahankan operasi unit batu bara tersebut, harga energi di Rumania juga diperkirakan akan stabil.

Selain itu, unit-unit ini juga mempekerjakan sekitar 4.500 orang, yang akan tetap mempertahankan pekerjaannya untuk sementara waktu.

Sebelum dilakukan negosiasi ulang, Rumania terancam dikenai denda hingga € 1,8 miliar jika tidak menutup pembangkit listrik tenaga batu bara. Jumlah tersebut merupakan bagian dari dana yang diterima negara empat tahun lalu untuk membangun pembangkit listrik tenaga gas baru, taman surya, dan fasilitas penyimpanan energi.

Untuk menghentikan penutupan, Bogdan Ivan menyampaikan studi independen setebal 6.000 halaman kepada Komisi Eropa.

"Inti dari studi itu menyebutkan bahwa, dalam kondisi musim dingin yang sangat ekstrem, jika kita tidak memiliki unit-unit batu bara di Kompleks Energi Oltenia, Rumania berisiko kehilangan pasokan listrik selama 52 jam dalam kondisi tertentu," ujar Ivan.

Skenario tersebut juga akan menyebabkan kenaikan tagihan listrik hingga 30% bagi masyarakat.

Ivan menambahkan bahwa lima tahun lalu Rumania telah berkomitmen untuk mencapai target dekarbonisasi paling agresif di Uni Eropa, dengan jangka waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan negara lain.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation