Harga Batu Bara Anjlok Lagi, Masa Suram Diramal Sudah Berakhir

mae, CNBC Indonesia
21 October 2025 07:15
batu bara kapal tongkang
Foto: Detikcom

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara jatuh lagi di tengah melemahnya permintaan.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Senin (20/10/2025) ditutup do US$ 106,75 per ton atau anjlok 1,1%. Pelemahan ini memperpanjang tren negative batu bara dengan melemah 1,5% dalam dua hari beruntun.

Harga batu bara terus melemah karena melandainya permintaan.

Pembangkit listrik dari batu bara dan gas di China turun 5,4% seiring meningkatnya produksi listrik tenaga air.

Output pembangkit listrik termal turun menjadi 517,5 miliar kWh pada September dari 627,4 miliar kWh pada Agustus. Namun, produksi pada Agustus terdongkrak oleh permintaan listrik yang tinggi akibat penggunaan pendingin udara (AC) selama musim panas.

Selama Januari-September 2025, pembangkitan listrik dari batu bara dan gas di China turun 1,2%.

Pada September, produksi listrik tenaga air melonjak 31,9% dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga mendorong total pembangkitan listrik nasional naik 1,5% secara tahunan, menjadi 826,2 miliar kWh.

Namun, hanya dua bulan sebelumnya, produksi listrik dari batu bara dan gas sempat melonjak ke level tertinggi dalam setahun, didorong oleh lonjakan permintaan akibat gelombang panas musim panas.

Gabungan output pembangkit batu bara dan gas naik 4,3% pada Juli, menjadi total 602 miliar kWh, karena pembangkit tenaga angin dan surya tidak mampu merespons lonjakan permintaan secepat pembangkit yang dapat dikendalikan (dispatchable power).

 

Dilaporkan Sxcoal, utilitas listrik China mulai meluncurkan tender baru untuk pengadaan batu bara termal impor karena harga impor secara keseluruhan masih lebih menarik dibandingkan beberapa pasokan domestik, meskipun kenaikan harga dan biaya transportasi/logistik juga ikut mempengaruhi.

Salah satu grade yang cukup banyak ditender adalah batu bara impor dari Indonesia dengan nilai kalor (calorific value) sekitar 3.800 Kcal/kg NAR (net as received).

Periode Terburuk Sudah Berlalu?

Perusahaan tambang batu bara Australia, Yancoal, menilai bahwa pasar kemungkinan telah mencapai atau bahkan melewati titik terendah siklus harga batu bara. Kondisi ini terjadi seiring dengan pengurangan pasokan secara bertahap yang mulai menyeimbangkan permintaan yang masih lesu di pasar internasional utama.

"Ada optimisme di antara para pelaku industri bahwa kita telah mencapai, atau bahkan melewati, titik terendah siklus harga batu bara," kata perusahaan itu dalam laporan kuartal September-nya, dikutip dari mining weekly.

Dia menambahkan bahwa pemulihan harga memerlukan permintaan yang lebih kuat atau respons signifikan dari sisi pasokan.

Pasar batu bara internasional tetap menantang, baik untuk batu bara termal maupun kokas, dengan harga rata-rata indeks hanya meningkat sedikit.

Yancoal melaporkan harga batu bara terealisasi rata-rata sebesar A$140 per ton, relatif stabil dibandingkan kuartal sebelumnya.

Yancoal memproduksi 15,8 juta ton batu bara run-of-mine dan 12,3 juta ton batu bara siap jual (saleable coal) selama kuartal itu (berdasarkan 100% kepemilikan). Penjualan batu bara yang dapat diatribusikan mencapai 10,7 juta ton, didukung oleh pemulihan pengiriman yang tertunda dari kuartal sebelumnya.

Perusahaan menutup periode tersebut dengan saldo kas sebesar A$1,8 miliar, mempertahankan likuiditas yang kuat meskipun ada pengeluaran modal, pembayaran pajak, dan pembagian dividen.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation