Harga Emas Mengamuk, Logam Mulia Jadi Pemenang di Tengah Kekacauan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Rabu, 15/10/2025 06:43 WIB
Foto: emas gold

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terus mencetak rekor-rekor tertinggi sepanjang masa. Tinggal selangkah lagi, harga emas dunia menyentuh level US$4.200 per troy ons. Harga emas terus melesat di tengah spekulasi pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) dan kekhawatiran tarif perdagangan.

Pada perdagangan Selasa (14/10/2025), harga emas dunia melesat 0,76% di level US$4.141,47 per troy ons. Penutupan ini lagi-lagi menjadi tonggak sejarah baru bagi emas untuk menempati level tertinggi sepanjang masa. Pada perdagangan intraday harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di US$4.179,48 per troy ons. Tinggal selangkah lagi menuju level psikologis baru US$4.200 per troy ons.

Pada perdagangan hari ini Rabu (15/10/2025) hingga pukul 06.30 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,45% di posisi US$4.160,26 per troy ons.

Harga emas memanas lagi di tengah ancaman baru Presiden AS Donald Trump ke China, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve bulan ini serta pelarian investor menuju aset aman (safe haven).

Presiden Donald Trump pada hari Selasa mengatakan bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan untuk menghentikan seluruh hubungan dagang dengan China terkait minyak goreng sebagai bentuk pembalasan (retribution) atas keputusan Beijing yang menolak membeli kedelai dari Amerika Serikat.

Dalam unggahan di Truth Social, Trump menuduh bahwa China melakukan "tindakan bermusuhan secara ekonomi" (Economically Hostile Act) dengan "sengaja tidak membeli kedelai dari AS dan menyebabkan kesulitan bagi para petani kedelai Amerika."

Trump menambahkan bahwa mengakhiri bisnis dengan China dalam perdagangan minyak goreng dan komoditas lain merupakan langkah pembalasan yang sedang dipertimbangkannya.
Namun, di tengah memanasnya perang dagang antara Washington dan Beijing, China belum membeli satu pun kedelai asal Amerika sejak bulan Mei.

Harga emas juga ditopang pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell. 

Pidato Powell

Ketua Federal Reserve Jerome (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral Amerika Serikat sudah mendekati tahap di mana mereka akan menghentikan pengurangan kepemilikan obligasi (balance sheet runoff). Namun, dia tidak memberikan petunjuk jangka panjang mengenai arah suku bunga ke depan.

Powell juga memberikan sinyal halus bahwa penurunan suku bunga tambahan kemungkinan besar akan terjadi dalam waktu dekat.

Powell mengatakan ekonomi berada di posisi yang lebih kokoh, meskipun tren rendahnya perekrutan dan pemecatan karyawan terus berlanjut.

Pasar tenaga kerja AS masih terpuruk dalam kelesuan rendahnya perekrutan dan pemecatan karyawan hingga September, meskipun ekonomi secara keseluruhan "mungkin berada pada lintasan yang sedikit lebih kokoh dari yang diperkirakan," ujar Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, pada hari Selasa.

Ia mencatat bahwa para pembuat kebijakan akan mengambil pendekatan pertemuan demi pertemuan terhadap setiap pemotongan suku bunga lebih lanjut karena mereka menyeimbangkan pelemahan pasar kerja dengan fakta bahwa inflasi masih jauh di atas target 2%.

"Berdasarkan data yang kami miliki, dapat dikatakan bahwa prospek ketenagakerjaan dan inflasi tampaknya tidak banyak berubah sejak pertemuan kami di bulan September empat minggu lalu," di mana The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar seperempat poin persentase, kata Powell dalam pidato yang disiapkan untuk disampaikan pada konferensi National Association for Business Economics.

"Namun, data yang tersedia sebelum penutupan pemerintah menunjukkan bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi mungkin berada pada lintasan yang agak lebih kuat dari yang diperkirakan," ujarnya merujuk pada penutupan pemerintah AS yang telah menunda rilis data ketenagakerjaan dan data lainnya.


(saw/saw)
Pages