Harga Emas & Perak Meledak Terbakar Perang AS-China, Tembus US$5.000?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Senin, 13/10/2025 06:40 WIB
Foto: emas

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali bangkit dan berhasil kembali di level psikologis US$4.000 per troy ons. Harga emas diramal masih memanas karena ketegangan baru China-Amerika Serikat (AS).

Meningkatnya ketegangan dagang juga mengancam pertumbuhan ekonomi, dan The Federal Reserve (The Fed) mungkin terpaksa menurunkan suku bunga. Langkah ini bisa kembali memicu tekanan inflasi dan memperkuat daya tarik emas.

Pada perdagangan akhir pekan lalu Jumat (10/10/2025), harga emas dunia naik 1,06% di level US$4.017,34 per troy ons. Penutupan ini berhasil mendorong emas meninggalkan level US$3.900 per troy ons dan kembali di level psikologis US$4.000 per troy ons.

Kenaikan emas pekan lalu terjadi usai aksi gila yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menggemparkan pasar saham sehingga investor kembali ke aset safe haven seperti emas.

Pada perdagangan hari ini Senin (13/10/2025) hingga pukul 06.03 WIB, harga emas dunia di pasar spot terbang 0,48% ke posisi US$4.045,49 per troy ons.

Harga emas kembali melonjak di atas level US$4.000 per troy ons pada perdagangan Jumat, mencatat kenaikan mingguan kedelapan berturut-turut, setelah peringatan Presiden AS Donald Trump tentang kemungkinan tarif baru terhadap China mempercepat perpindahan aset ke aset safe haven.

Emas batangan non-imbal hasil, yang mencapai rekor tertinggi US$4.059,05 pada hari Rabu kemarin, secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai selama masa ketidakpastian yang lebih luas.

Risiko geopolitik, bersama dengan pembelian emas yang kuat oleh bank sentral, arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa (ETF), ekspektasi penurunan suku bunga AS, dan ketidakpastian ekonomi akibat tarif, semuanya berkontribusi pada reli emas.

Kenaikan harga emas pada hari Jumat usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan 100% untuk barang-barang dari China, di atas tarif 30% yang sudah berlaku, mulai 1 November atau lebih cepat. Ancaman ini merupakan eskalasi besar-besaran setelah berbulan-bulan gencatan senjata perdagangan antara kedua negara.

"Amerika Serikat akan mengenakan Tarif 100% untuk China, di atas Tarif apa pun yang saat ini mereka bayarkan," ucap Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social, Jumat sore. "Juga pada 1 November, kami akan memberlakukan Kontrol Ekspor untuk semua perangkat lunak penting."

Pengumuman Trump ini terkait dengan peningkatan kontrol ekspor Beijing terhadap logam tanah jarang yang penting, yang dibutuhkan untuk memproduksi banyak barang elektronik.

China mendominasi produksi tanah jarang dan beberapa bahan utama lainnya, yang merupakan komponen utama dalam mobil, ponsel pintar, dan banyak barang lainnya.

Terakhir kali Beijing memperketat kontrol ekspor setelah Trump menaikkan tarif barang-barang Tiongkok awal tahun ini, banyak perusahaan AS yang bergantung pada bahan-bahan tersebut mengecam keras. Produsen mobil Ford bahkan terpaksa menghentikan sementara produksinya.
Selain memperketat aturan ekspor tanah jarang, China telah membuka penyelidikan monopoli terhadap perusahaan teknologi AS, Qualcomm, yang dapat menghambat akuisisi perusahaan pembuat cip lainnya.

Unggahan Trump telah menyebabkan saham anjlok satu persen dalam hitungan menit dan emas melonjak kembali di atas US$4.000, menurut Tai Wong, seorang pedagang logam independen. "Memanasnya perang dagang lagi akan melemahkan dolar dan baik untuk aset safe haven."

Pasar juga memantau dengan cermat risiko terkait potensi keruntuhan pemerintahan Prancis dan penutupan pemerintah yang sedang berlangsung di AS.

Selain itu, investor mengantisipasi The Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin masing-masing pada bulan Oktober dan Desember.

"Secara keseluruhan, terdapat risiko penurunan harga jangka pendek mengingat betapa cepatnya harga emas naik dalam beberapa minggu terakhir. Namun, selama beberapa tahun ke depan, harga emas kemungkinan akan terus menguat," ujar Hamad Hussain, ekonom iklim dan komoditas di Capital Economics.

Emas Diramal Terbang ke US$10.000/ons

Setelah melonjak hampir 54% sepanjang tahun ini, emas bisa meroket 150% paling cepat pada tahun 2028 jika lajunya terus berlanjut.

Pekan ini, harga emas juga diramal masih memanas. Dalam kondisi ekonomi saat ini-utang tinggi, inflasi membandel, dan pertumbuhan lambat-investasi di emas dan sektor defensif dianggap pilihan yang lebih aman. Saham teknologi mahal menjadi kurang menarik, sementara obligasi jangka panjang sebaiknya dihindari.

Logam mulia kembali mencapai US$4.000 per troy ons, usai Presiden Donald Trump mengatakan akan mengenakan tarif tambahan 100% terhadap China dan membatasi ekspor perangkat lunak AS.

Ketegangan perang dagang baru China dan AS adalah "bensin" baru yang bisa membakar harga emas.

AS dan China kini terjebak dalam versi modern dari "Thucydides Trap" - situasi di mana kekuatan dominan dan kekuatan baru cenderung bertabrakan. Meski perang militer langsung tampak tidak mungkin, kedua negara kini menggunakan tekanan ekonomi untuk berebut kendali global.

AS unggul secara militer, tetapi kekuatan manufaktur dan sumber daya alam China memberinya posisi strategis. Gaya transaksional Trump berseberangan dengan perencanaan jangka panjang Beijing, menambah ketidakpastian tentang bagaimana pertarungan ekonomi ini akan berakhir.

Saham mengalami kerugian terburuk sejak puncak kekacauan perang dagang Trump pada April 2025. Dolar melemah sementara emas melonjak 1,5%, memperkuat statusnya sebagai aset safe haven karena investor kehilangan kepercayaan terhadap dolar AS.

Dalam sebuah catatan pada Senin, veteran pasar Ed Yardeni, presiden Yardeni Research, mengulas kembali prediksi bullishnya sebelumnya tentang emas, yang telah berulang kali mencapai perkiraannya lebih cepat dari jadwal.

Selama periode tersebut, ia menyebutkan peran tradisional emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi, de-dolarisasi bank sentral setelah aset Rusia dibekukan, pecahnya gelembung perumahan China, serta perang dagang Trump dan upayanya untuk menjungkirbalikkan tatanan geopolitik dunia.

"Kami sekarang menargetkan US$5.000 per troy ons pada tahun 2026," tambah Yardeni. "Jika terus berlanjut seperti saat ini, harganya bisa mencapai US$10.000 sebelum akhir dekade ini."

Berdasarkan lintasan emas sejak akhir 2023, harga emas bisa mencapai tonggak sejarah US$10.000 per troy ons antara pertengahan 2028 dan awal 2029.

Emas juga baru-baru ini terdorong oleh kembalinya Federal Reserve ke pemangkasan suku bunga bulan lalu, dengan para pembuat kebijakan mengalihkan lebih banyak perhatian ke pasar tenaga kerja yang stagnan dan menjauh dari upaya memerangi inflasi, yang tetap bertahan di atas target 2% mereka di tengah tarif Trump.

Meskipun The Fed belum mengisyaratkan siklus pelonggaran yang agresif, prospek penurunan suku bunga lebih lanjut sementara pertumbuhan PDB tetap kuat telah menambah kekhawatiran inflasi.

Di saat yang sama, melonjaknya utang di antara negara-negara maju terkemuka, termasuk AS, telah membuat investor khawatir terhadap mata uang global. Hal ini memicu apa yang disebut perdagangan debasement yang bertaruh pada logam mulia dan bitcoin dengan asumsi pemerintah membiarkan inflasi meningkat untuk meringankan beban utang.

Dalam sebuah catatan pada hari Rabu kemarin, ekonom iklim dan komoditas Capital Economics, Hamad Hussain, mengatakan "FOMO" sedang merayap ke dalam perdagangan emas, sehingga mempersulit penilaian logam secara objektif. Ia memperkirakan harga akan terus naik, meskipun laju kenaikan akan melambat karena faktor-faktor pendorong utama melemah.

Di sisi bullish, Hussain menyoroti penurunan suku bunga The Fed, ketidakpastian geopolitik, dan kekhawatiran keberlanjutan fiskal. Di sisi lain, ia mencatat reli emas baru-baru ini terjadi ketika dolar stabil dengan imbal hasil obligasi yang dilindungi inflasi lebih tinggi, tanda-tanda kegembiraan pasar.

"Seperti biasa, kurangnya aliran pendapatan membuat penilaian emas secara objektif menjadi sangat sulit," ujarnya. "Secara keseluruhan, kami memperkirakan harga emas kemungkinan akan naik secara nominal dalam beberapa tahun ke depan."


(saw/saw)
Pages