
Raksasa Eropa - Negeri Fir'aun Doyan Kelapa RI, Nilainya Fantastis

Jakarta, CNBC Indonesia- Kelapa Indonesia (HS 08011100) kembali menorehkan kesegarannya di pasar global. Dalam delapan bulan pertama 2025, nilai ekspor kelapa dan turunannya menembus US$163,2 juta atau Rp 2,71 triliun (US$1=Rp 16.600), melonjak sekitar 55% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Di saat yang bersamaan, impor produk sejenis justru melandai, mencatat nilai sekitar US$136,5 juta atau turun lebih dari 10% dibanding tahun sebelumnya. Neraca dagang pun berpihak pada Indonesia, mencetak surplus sekitar US$57 juta.
Permintaan global terhadap kelapa Indonesia meningkat tajam, terutama untuk kategori desiccated coconut (kelapa parut kering) dan kelapa kering tanpa kulit, yang digunakan secara luas di industri pangan, kosmetik, hingga farmasi.
Pasar-pasar utama seperti Jerman, Singapura, Rusia, Mesir, dan Thailand mencatat lonjakan pembelian signifikan.
Bahkan Jerman yang dikenal sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Eropa kini menjadi importir terbesar kelapa RI. Nilai ekspor ke Jerman mencapai US$19,45 juta, tumbuh lebih dari 157% dibanding tahun lalu.
Bukan hanya Eropa yang sedang jatuh cinta pada kelapa Indonesia.
Negara-negara Timur Tengah seperti Mesir, Turki, dan Irak juga memperlihatkan tren permintaan yang meningkat pesat.
Mesir yang dikenal sebagai Negeri Fir'aun mencatat kenaikan lebih dari dua kali lipat, sementara ekspor ke Irak naik hingga 134%. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya konsumsi produk pangan dan minyak nabati di kawasan tersebut, di tengah fluktuasi harga komoditas global dan upaya diversifikasi pasokan bahan baku non-petroleum.
Menariknya, lonjakan ekspor ini juga bersamaan dengan penurunan impor kelapa dari berbagai negara.
China masih tercatat sebagai pemasok terbesar ke Indonesia dengan nilai mencapai US$47,97 juta, namun sebagian besar negara lain justru menunjukkan tren menurun.
Impor dari Singapura merosot 23,7%, dari Australia turun hampir 26%, sementara Malaysia dan Thailand masing-masing terkoreksi sekitar 12% dan 18%. Penurunan ini mengindikasikan adanya peningkatan substitusi produk impor oleh hasil produksi dalam negeri, terutama untuk kebutuhan industri makanan olahan dan kosmetik.
Kementerian Perdagangan juga mencatatkan bahwa pergeseran ini menandai kembalinya Indonesia pada kekuatan lamanya di sektor perkebunan tropis.
Setelah sempat tertinggal oleh tren ekspor minyak sawit dan kopi, kelapa kini kembali menjadi komoditas bernilai strategis. Dengan permintaan tinggi dari Eropa dan Timur Tengah, serta pasar baru di Rusia dan Polandia, produk kelapa Indonesia perlahan menegaskan kembali reputasinya di rantai pasok global.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)