76 Tahun China Berdiri: Merangkak dari Bawah, Kini Sukses Kuasai Dunia

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
04 October 2025 11:00
A Chinese flag is raised during a medal ceremony for the women's freestyle skiing big air at the 2022 Winter Olympics, Tuesday, Feb. 8, 2022, in Beijing. (AP Photo/Jae C. Hong)
Foto: Bendera China (AP Photo/Jae C. Hong)

Jakarta, CNBC Indonesia - China baru saja merayakan hari jadinya yang ke-76 pada Rabu (1/10/2025). Momen bersejarah ini menandai lebih dari tujuh dekade transformasi luar biasa, dari sebuah negara yang terisolasi menjadi kekuatan global yang mendominasi panggung dunia.

Perayaan Hari Nasional ini sekaligus membuka Golden Week atau Pekan Emas, yakni sebuah periode libur panjang selama seminggu penuh.

Momen ini menjadi tradisi bagi ratusan juta warga China untuk bepergian, pulang ke kampung halaman, dan mendorong roda konsumsi domestik secara masif.

Golden Week bukan hanya sekadar liburan, tetapi juga cerminan dari kemakmuran dan stabilitas ekonomi yang telah dicapai oleh negara tersebut dalam beberapa dekade terakhir.

Di balik kemegahan perayaan dan tradisi liburan, usia ke-76 ini menjadi penegasan atas posisi China yang tak tergoyahkan di kancah internasional.

Selama perjalanannya, China telah berevolusi menjadi pusat gravitasi baru dalam ekonomi, teknologi, dan geopolitik global. Pengaruhnya pun kini terasa di hampir seluruh negara, termasuk di Indonesia.

Kekuatan dan pengaruh ini tidak muncul dalam semalam, melainkan dibangun di atas pilar-pilar dominasi yang strategis. Mulai dari kekuatan teknologi dan kendaraan listrik, kekuatan perdagangan yang tak tertandingi, hingga investasi masif yang menjangkau seluruh benua.

Berikut ini ada keunggulan yang berhasil menguatkan dominasi China di dunia.

1. China Jadi Pusat Perdagangan Global

Transformasi China menjadi kekuatan dagang terbesar dunia berlangsung cepat sejak bergabung dengan World Trade Organization (WTO) pada 2001. Dalam dua dekade, China berhasil membalikkan keadaan dari posisi di mana Amerika Serikat (AS) menjadi mitra dagang dominan bagi 80% negara di dunia, kini Beijing telah menjadi pusat gravitasi baru.

Berdasarkan riset dari Lowy Insititute, menunjukkan pada 2023, sekitar 145 dari 205 negara atau setara 70% dunia memiliki total perdagangan lebih besar dengan China dibandingkan dengan AS.

China juga unggul sebagai mitra dagang bilateral nomor satu bagi 60 negara, jauh melampaui AS yang hanya menjadi pilihan utama bagi 33 negara.

Kekuatan ini tidak hanya soal skala, tetapi juga intensitas. Terdapat 112 negara yang volume dagangnya dengan China bahkan lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan AS, naik dari 92 negara pada 2018.

Fondasi dominasi ini dibangun pada dekade 2000-an melalui ledakan ekspor yang ditopang oleh investasi asing, tenaga kerja murah, dan perannya sebagai pabrik dunia. Meskipun era pertumbuhan dua digit telah berakhir, China berhasil mengubah strateginya. Kini, sekalipun pertumbuhan dagangnya melambat, kualitas dan kedalaman cengkeraman ekonominya di panggung global justru semakin kuat.

2. Produsen Hingga Pengguna Kendaraan Listrik Terbesar Dunia

China kini menjelma sebagai produsen sekaligus pasar kendaraan listrik (EV) terbesar di dunia. Di sektor otomotif, BYD menjadi simbol kebangkitan industri EV Negeri Tirai Bambu.

Berdasarkan data penjualan, BYD berhasil menyalip Tesla sejak kuartal IV-2023 dengan mencatat 526.409 unit, melampaui Tesla yang menjual 484.507 unit pada periode yang sama.

Tren berlanjut hingga 2024-2025, di mana pada kuartal II-2025 BYD mencatat penjualan puncak 606.993 unit, jauh meninggalkan Tesla yang hanya mampu menjual 384.122 unit.

Dengan pangsa pasar global di atas 20% pada 2024, serta ekspansi agresif ke Eropa dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, BYD semakin mengukuhkan posisi China sebagai produsen EV nomor satu dunia.

Dominasi China juga tercermin dari sisi pengguna. Data Rho Motion menunjukkan bahwa sepanjang Januari-Agustus 2025, penjualan EV di China mencapai 7,6 juta unit, setara dengan lebih dari 60% pangsa pasar dunia.

Jumlah ini jauh meninggalkan kawasan lain seperti Eropa (2,6 juta unit), Amerika Utara (1,3 juta unit), dan negara-negara lain (1 juta unit). Capaian tersebut menegaskan bahwa pasar domestik China tidak hanya menjadi penopang industri EV global, tetapi juga memperkuat posisi perusahaan otomotif Tiongkok sebagai pemain utama di pasar internasional.

3. Raksasa Teknologi

China kini menjadi salah satu pusat teknologi dunia. Perusahaan raksasa seperti Huawei, Alibaba, Tencent, dan TikTok (ByteDance) mendominasi pasar global di bidang telekomunikasi, e-commerce, hingga media sosial.

Selain itu, China juga memimpin dalam pengembangan jaringan 5G, kecerdasan buatan (AI), serta teknologi pembayaran digital melalui Alipay dan WeChat Pay yang kini sudah menembus pasar internasional.

Dominasi China dalam teknologi tidak hanya pada level konsumen, tetapi juga di ranah infrastruktur. Huawei, misalnya, menjadi pemain kunci dalam pembangunan jaringan 5G global, sementara perusahaan seperti SenseTime dan Megvii mengembangkan aplikasi AI untuk pengenalan wajah, transportasi pintar, hingga sistem keamanan.

Cengkeraman Erat di Indonesia: Dagang, Investasi, dan Utang

Pengaruh besar China tidak hanya terasa di tingkat global, tetapi juga secara spesifik di Indonesia, di mana hubungan ekonomi kedua negara semakin dalam dan sulit dipisahkan.

1. Ketergantungan Perdagangan yang Makin Kuat

Dalam dua dekade terakhir, hubungan RI dan China melesat makin tajam, terutama di bidang perdagangan dan investasi.

Nilai perdagangan yang pada tahun 2000 tercatat US$7,464 miliar namun melesat cukup signifikan pada 2024 menjadi US$147,99 miliar atau naik 1.882%.

Sejak berlakunya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), China secara konsisten menggeser Jepang sebagai mitra dagang utama Indonesia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari-Juli 2025, ekspor Indonesia ke China tembus US$35,9 miliar atau mencapai 22,4% dari total ekspor nasional, sementara impor dari China mendominasi hingga 35% dari total impor senilai US$47,97 miliar.

2. Investasi yang Menggurita di Berbagai Sektor

Arus investasi China ke Indonesia melonjak signifikan dalam satu dekade terakhir, didorong oleh inisiatif Belt and Road Initiative (BRI) yang dicanangkan Presiden Xi Jinping pada 2013.

Pada 2013, total investasi China hanya menembus US$ 297 juta yang menempatkan mereka pada posisi 12 investor terbesar di Indonesia. Pada 2015, China naik ke peringkat ke-9 dengan investasi US$ 628 juta hingga mencapai posisi ketiga pada tahun 2017.

Investasi Negeri Panda sudah menembus US$ 8,2 miliar pada 2024 dengan jumlah proyek mencapai 9.916. Jumlah tersebut hanya kalah dari Singapura. China kini menempati posisi kedua dari segi jumlah investasi.

Data terbaru menunjukkan investasi China pada Januari-Juni 2025 mencapai US$ 1,8 miliar dan hanya kalah dari Singapura dan Hong Kong.

3. Peningkatan Utang yang Signifikan

Seiring dengan meningkatnya kerja sama, posisi China sebagai pemberi pinjaman kepada Indonesia juga semakin kuat.

Data Bank Indonesia pada 2010-Juni 2025 menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Pada 2010, Jepang adalah pemberi pinjaman terbesar bagi Indonesia dengan nilai US$ 40,47 miliar tetapi angkanya terus turun. Jepang kini hanya menempati urutan ke empat dalam daftar pemberi utang terbesar.

Selain Jepang, Belanda yang pernah menjajah Indonesia seperti Jepang juga terus menurunkan jumlah pinjaman. Bila pada 2010, pinjaman dari Belanda mencapai US$15,37 miliar maka angkanya kini hanya US$4,19 miliar per Juni 2025.

Singapura menempati urutan teratas sejak 2012 dan nilainya juga terus melonjak hingga menembus US$ 56,8 miliar per Juni 2025.
China juga terus mensuplai utang ke Indonesia. Agresivitas China bahkan luar biasa. Bila pada 2010, pinjaman dari China baru mencapai US$2,49 miliar maka per Juni angkanya melesat menjadi US$21,05 miliar pada Juni 2025.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/luc)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation