Takhta RI Raja Cengkih Dunia Terancam Terjegal Isu Radioaktif di AS

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
01 October 2025 19:20
Ilustrasi Cengkeh. (Dok. Freepik)gh quality photo
Foto: Ilustrasi Cengkeh. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indonesia kembali menjadi sorotan global. Di saat RI jadi produsen cengkih terbesar di dunia, kabar kurang sedap menghantam. Otoritas pangan dan obat Amerika Serikat (AS), Food and Drug Administration (FDA), baru-baru ini menemukan indikasi kontaminasi radioaktif cesium-137 pada cengkih asal Indonesia.

Kasus ini muncul setelah sebelumnya produk udang dari Tanah Air juga ditarik dari pasaran AS karena dugaan serupa.

Cengkih memang komoditas strategis. Dari dapur Nusantara hingga industri rokok kretek, rempah satu ini tak tergantikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Indonesia memproduksi lebih dari 130 ribu ton cengkeh per tahun.

Puncaknya pada 2019 mencapai 139 ribu ton, sementara pada 2022-2023 stabil di kisaran 134-136 ribu ton. Dengan volume itu, Indonesia menguasai sekitar 70% produksi cengkih global, menjadikannya penentu hidup-matinya pasokan dunia.

Namun, dominasi ini kini diuji. PT Natural Java Spice, eksportir cengkih ke AS, masuk daftar blokir FDA setelah inspeksi menemukan cesium-137 dalam satu sampel kiriman cengkih ke California. Perusahaan ini tercatat telah mengekspor sekitar 440 ribu pon (200 ribu kg) cengkeh ke AS sepanjang 2025. Walaupun belum ada produk yang terjual di pasar ritel AS, langkah penghentian impor jelas menekan reputasi ekspor RI.

Amerika Serikat sendiri merupakan pasar penting bagi cengkih Indonesia. Berdasarkan data Trading Economics, nilai impor cengkih AS dari RI melonjak hampir dua kali lipat dalam lima tahun terakhir.

Pada 2020 tercatat hanya US$7,02 juta, namun pada 2024 tembus US$13,7 juta. Lonjakan ini menunjukkan permintaan tinggi meski komoditas tersebut sebagian besar digunakan untuk industri makanan dan minuman di Negeri Paman Sam.

Sementara itu, dugaan sumber kontaminasi cesium-137 belum jelas.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menduga kontaminasi bisa berasal dari limbah logam industri dekat fasilitas pengolahan udang di Indonesia, atau dari peralatan medis lama yang didaur ulang.

Namun, rantai pasok yang kompleks mulai dari kontainer, kapal, hingga gudang transit membuat investigasi semakin pelik.

Meski level cesium-137 yang ditemukan disebut "rendah" dan tidak langsung membahayakan kesehatan, paparan jangka panjang tetap berisiko meningkatkan kanker.

FDA menegaskan, tidak ada produk yang positif terkontaminasi sudah masuk ke rak supermarket. 

Di sisi lain, Indonesia tidak bisa tinggal diam. Reputasi sebagai raja cengkeh dunia harus dibarengi dengan pengawasan mutu yang ketat.

Apalagi, RI bukan hanya penyuplai rempah untuk pasar global, tapi juga penyedia bahan utama bagi industri kretek domestik yang bernilai miliaran dolar. Jika isu ini berlarut-larut, bukan mustahil negara lain seperti Madagaskar yang menyumbang 27% produksi global akan mencuri momentum.

Ke depan, pemerintah dan pelaku industri perlu berkolaborasi memastikan rantai pasok cengkih bebas dari potensi kontaminasi.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation