Pesta 3 Hari Batu Bara Langsung Bubar Gara-Gara Ada Liburan China

mae, CNBC Indonesia
01 October 2025 07:20
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya tumbang setelah terbang tiga hari.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Selasa (30/9/2025) melemah 0,18% ke US$ 108,55 per ton. Pelemahan ini memuu7tus tren positif pasir hitam yang sempat menguat 3,91% dalam tiga hari beruntun.

Sepanjang September 2025, harga batu bara turun 0,95%. Pelemahan ini jauh lebih dalam dibandingkan Agustus yang tercatat minus 0,64%.

Pasar batubara (termal) bergerak "sideways" pada beberapa periode karena pasokan dan permintaan saling berhadap-hadapan.

Penurunan permintaan Asia dan pasokan yang tetap tinggi menjadi faktor utama yang mendorong harga batubara turun di 2025.

Proyeksi World Bank memperkirakan harga batubara bisa turun 27% (year-on-year) di 2025 dibandingkan 2024, kemudian turun lagi 5% pada 2026.

Di pelabuhan perbatasan seperti Ganqimaodu, stok batubara Mongolia melonjak karena ekspor yang melambat dan adanya penumpukan di titik perbatasan.

Impor batubara kokas Mongolia oleh China secara umum mengalami penurunan khususnya pengiriman darat (overland) dari Mongolia ke Tiongkok menyusut sekitar 18 %. Namun jika menghitung total impor kokas Tiongkok tanpa Mongolia, terjadi kenaikan.

Di sisi pembeli China, ada resistensi terhadap kenaikan harga batubara kokas karena kenaikan harga yang berkelanjutan bisa melemahkan margin produsen baja dan menurunkan daya beli mereka.

Menjelang liburan, perdagangan batu bara termal di pelabuhan­-pelabuhan China cenderung melambat, karena pelaku pasar menahan diri dari mengambil posisi baru atau melakukan transaksi aktif.

Pasar batu bara China memilih hati-hati karena kekhawatiran terhadap permintaan yang lemah dan sedikit tekanan dari harga tambang (mine-mouth prices).

Pembeli utilitas mendorong kembali terhadap tawaran harga tinggi dan beberapa trader mencoba merealisasikan keuntungan sebelum momentum melemah.

Jika stok batubara di pelabuhan meningkat saat aktivitas impor dan perdagangan melambat, perusahaan-perusahaan bisa berhenti atau menahan pembelian lebih lanjut sampai setelah liburan atau jangka waktu tertentu.

China akan memasuki liburan nasional besar yaitu Golden Week Oktober yang menyatukan perayaan Hari Nasional dan Festival Tengah Musim Gugur (Mid-Autumn Festival). Liburan berlangsung 1 Oktober hingga 8 Oktober 2025.

Selain di China, secara keseluruhan pasar batu bara thermal di Asia tetap bearish karena kelebihan pasokan dan permintaan yang lemah, yang membebani harga.

Penjual menghadapi tekanan untuk melepas kargo spot dengan diskon agar bisa bergerak, menghambat kenaikan harga.

Di sisi lain, produksi global batu bara diperkirakan tetap tinggi, sehingga tekanan pasokan akan terus ada meskipun permintaan stagnan.

Meski China adalah konsumen utama, konsumsi batu bara mereka mulai melemah seiring pertumbuhan energi terbarukan dan perlambatan permintaan listrik.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation