Sentimen Pekan Depan

Waspada! IHSG & Rupiah Rawan Bergejolak karena Kabar dari AS dan China

ras, CNBC Indonesia
28 September 2025 18:45
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (10/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (10/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia akan menghadapi pekan penuh data pada pekan depan dengan modal yang kurang baik. Pertama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rawan profit taking karena harganya yang sudah tinggi dan kondisi mata uang rupiah yang terpuruk pekan ini. Berdasarkan Refinitiv, IHSG tercatat di 8.099,33 pada akhir perdagangan Jumat (26/9/2025) dengan kinerja selama sepekan menguat 0,6%. 

Namun di sisi lain, rupiah tak berdaya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Melansir Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (26/9/2025), rupiah menguat tipis 0,06% ke posisi Rp 16.725/US$. 

Sepanjang pekan ini, rupiah melemah 0,84% secara point-to-point dengan sang greenback. Sejatinya, rupiah sudah mulai melemah sejak perdagangan Senin awal pekan ini. Namun di perdagangan Kamis lalu, pertama kalinya sejak April 2025, rupiah melemah ke level psikologis Rp 16.700/US$.

Jika dibandingkan mata uang Asia lainnya, kinerja rupiah bukan menjadi yang terburuk sepanjang pekan ini. Ada beberapa mata uang Asia lainnya yang justru ambles hingga 1%, bahkan 2% saat melawan dolar AS.

Peso Filipina menjadi yang terburuk pada pekan ini, di mana mata uang Negeri Mutiara Laut dari Timur ini ambruk 2,09% melawan dolar AS. Selain peso Filipna, ada baht Thailand yang juga ambruk hingga 1,19% dan yen Jepang yang ambles 1,05%.

Rilis data yang perlu diperhatikan oleh investor atau trader adalah aktivitas manufaktur yang tercermin dari PMI Manufaktur oleh China untuk September 2025. Data ini rilis pada Selasa, 30 September 2025.

Berdasarkan konsensus Trading Economics, PMI Manufaktur China yang surveynya dibuat oleh Biro Statistik China diperkirakan masih ada di zona kontraksi. Tepatnya di 49,6, sedikit lebih baik dari bulan sebelumnya 49,4.

Adapun batas antara zona kontraksi dan ekspansi adalah 50. Saat berada di bawah 50, manufaktur suatu negara sedang mengalami kontraksi. Sementara saat di atas 50, maka sedang ekspansi.

Selanjutnya, pada hari yang sama akan rilis data pembukaan lowongan pekerjaan Amerika Serikat untuk Agustus 2025. Berdasarkan konsensus Trading Economics, tidak ada perubahan signifikan dibanding bulan sebelumnya.

Pembukaan pekerjaan di Paman Sam pada Agustus 2025 diperkirakan sejumlah 7,1 juta dibandingkan pada Juli 2025 sejumlah 7,18 juta. Data pembukaan pekerjaan ini patut dicermati karena memiliki pengaruh terhadap kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal reserve atau The Fed.

Keesokan harinya, pada Rabu (1/10/2025) akan ada paket rilis data dari dalam negeri. Akan rilis data ekspor, impor, neraca perdagangan, kedatangan turis, PMI manufaktur, dan inflasi. 

Sementara malamnya, giliran Amerika Serikat yang akan mengumumkan data aktivitas manufakturnya. Trading Economics berdasarkan konsensus memperkirakan aktivitas manufaktur AS akan bergerak lebih cepat pada September, namun tetap di zona kontraksi, yakni di 49,2.

Selanjutnya, pada Kamis (2/10/2025) AS akan merilis data klaim awal pengangguran untuk pekan berjalan 22-26 September 2025. 

Menurut konsensus Trading economics, klaim awal data pengangguran AS diperkirakan meningkat menjadi 220 ribu dari pekan sebelumnya 218 ribu.

Peningkatan ini merupakan angin segar bagi pasar karena dapat menjadi penyokong penurunan suku bunga The Fed pada Oktober 2025.

Setelahnya pada Jumat (3/11/2025) yang sama ada rilis data penggajian non pertanian AS dan tingkat pengangguran AS. Konsensus Trading Economics mencatat untuk data penggajian non pertanian sebesar 39 ribu pada September 2025 atau tumbuh dari Agustus 22 ribu.

Kemudian tingkat pengangguran AS diperkirakan oleh konsensus Trading Economics tetap 4,3% pada September 2025.

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation