
Ada Aliran Dana Rp 32 T, Sekuat Apa Modal DSSA Tembus Rp150.000/Saham?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dari awal tahun jadi primadona investor. Harga saham-nya diramal bisa tembus Rp150.000, bahkan baru-baru ini ada crossing jumbo sampai Rp32,4 triliun dalam sehari.
Saham DSSA sampai perdagangan Rabu hari ini (24/9/2025) sekitar pukul 09.30 WIB berada di posisi Rp114.075 per lembar, menguat tipis 0,07% sejak pembukaan pagi ini. Adapun sejak awal tahun, saham ini sudah melesat lebih dari 200%.
Reli saham DSSA tak lepas dari minat beli investor yang tinggi karena story ekspansi besar-besaran di industri telekouminasi, digital, dan energi terbarukan.
Asing pun ikutan melirik saham grup Sinarmas ini, terbukti dengan masuk sebagai konstituen MSCI dan FTSE, bahkan baru-baru ini ada crossing jumbo sampai Rp32,4 triliun. Kira-kira gimana prospek saham DSSA? masih menarik dilirik atau sudah ketinggian?
Bukti Saham DSSA Ramai Diakumulasi : Ada Crossing Rp32,4 T di Saham DSSA - Masuk FTSE dan MSCI
Transaksi jumbo terjadi pada Jumat pekan lalu (19/9/2025) di saham DSSA mencapai Rp32,4 triliun di pasar nego.
Sinarmas Sekuritas diketahui menjadi fasilitator penjualan 298,9 juta saham dengan rata-rata harga Rp108.000, terdiskon 5,4% dari harga penutupan Jumat lalu di Rp114.150 per lembar.
Broker asing dengan kode sekuritas YU, CGS-CIMB Sekuritas Indonesia menjadi pihak perantara pembeli.
Manajemen DSSA mengatakan transaksi tersebut bukan dilakukan oleh pemegang saham utama atau bagian dari penjualan saham treasuri perusahaan. Perusahaan menyatakan tidak memiliki informasi mengenai pihak lain yang terlibat dalam transaksi tersebut.
Kalau melihat pernyataan perusahaan di sini, artinya murni ini dilakukan oleh investor retail yang memegang saham DSSA.
Adapun, dari nilai transaksi Rp32 triliun, jika dibandingkan dengan total saham beredar DSSA, ini baru mewakili kepemilikan sekitar 3,6%. Sesuai aturan, ini masih di bawah batas minimal 5% kewajiban melaporkan ke regulator.
Crossing jumbo ini menjadi salah satu bukti kalau saham DSSA ramai diakumulasi investor.
Menariknya, asing juga melirik saham DSSA, terbukti dari big fund global populer, MSCI dan FTSE kompak memasukkan saham ini ke konstituen large cap mereka. Meskipun MSCI sempat ada penyesuaian bobot FIF dengan menurunkan porsi.
Prospek Bisnis DSSA : Serius Garap EBT - Data Center
Reli harga saham DSSA belakangan ini tak lepas dari ekspansi bisnis yang agresif ke sektor-sektor strategis, terutama Energi Baru Terbarukan (EBT), Data Center, hingga investasi di media digital.
Transformasi ini menggeser citra DSSA yang dulunya lekat dengan batu bara menuju portofolio yang lebih beragam dan berkelanjutan.
1. Ekspansi EBT: Geothermal & Surya
DSSA serius menancapkan posisi di bisnis energi hijau. Tahun lalu, mereka memenangkan tiga Wilayah Kerja Panas Bumi (Cipanas, Cisolok, dan Nage) dengan kapasitas 140 MW. Terbaru, DSSA menggandeng FirstGen Geothermal Indonesia (bagian dari Energy Development Corp, Filipina) untuk menggarap enam lapangan geothermal dengan target kapasitas 440 MW. Jika terealisasi, DSSA bisa langsung masuk tiga besar pemain panas bumi di Indonesia, menyalip Medco.
Selain itu, DSSA bersama Trina Solar dan PLN Indonesia Power Renewables membangun pabrik panel surya di Kendal, Jawa Tengah. Kapasitas awal 1 GW/tahun ditargetkan naik menjadi 3 GW pada 2030.
2. Ekspansi Digital: Data Center
Di ranah digital, DSSA bersama Korea Investment Real Asset Management (KIRA) membangun data center "SMX01" di Jakarta Selatan, dengan total investasi Rp4,9 triliun. DSSA sudah mengamankan lahan 8.516 m² dari BSDE senilai Rp617 miliar. Proyek ini ditargetkan beroperasi pada pertengahan 2026, mempertegas ambisi DSSA masuk ke infrastruktur digital yang tengah booming.
3. Investasi di Media & Telekomunikasi
DSSA juga memperkuat eksposurnya di sektor media digital. Lewat PT DSST Video Gemilang, perusahaan menambah investasi Rp32,8 miliar ke Vidio pada Mei 2025, setelah sebelumnya injeksi USD 25 juta pada 2022.
Dengan potensi IPO Vidio (syarat 8 juta pelanggan berbayar), DSSA berpeluang ikut terdorong bersama grup EMTK (SCMA, Vidio).
Secara ringkas begini story utama dari ekspansi bisnis DSSA :
Lantas, Bagaimana Kinerja Keuangan DSSA?
Meskipun DSSA punya story yang ciamik dari diversifikasi bisnis-nya, tetapi kinerja keuangan-nya, terutama profitabilitas tak dipungkiri dalam lima tahun terakhir cenderung dalam tren turun.
Untuk periode sampai akhir Juni 2025, DSSA mencatat US$ 171 juta, dari nilai ini yang bisa diatribusikan ke pemilik induk hanya US$ 97,09 juta, anjlok 48,88% secara tahunan (yoy), dari sebelumnya US$ 189,92 juta.
Merinci laporan keuangan-nya yang berakhir pada periode 30 Juni 2025, pendapatan usaha tercatat sebesar US$1,32 miliar, turun 13% yoy.
Tercatat, pendapatan usaha terbesar disumbang dari lini pertambangan dan perdagangan batu bara sebesar US$1,18 miliar, turun 15,75% yoy. Lini pendapatan usaha terbesar kedua berasal dari penyedia TV kabel, internet, dan teknologi sebesar US$96,25 juta, naik 50,37% yoy.
Ringkasnya, sampai setengah tahun ini, laba DSSA paling banyak didukung sektor batu bara. Dan, tidak menampik penyebab dari turun-nya laba adalah efek penurunan harga batu bara yang terjadi dalam beberapa tahun ini ikut menggerus harga jual batu bara perusahaan.
Maka dari itu, kami melihat story utama yang menjadi katalis penggerak harga saham DSSA, di luar kinerja keuangan yang terus turun, masih datang dari ekspansi bisnis-nya di luar batu bara.
Harapannya, dalam dua sampai tiga tahun mendatang ekspansi ini benar-benar bisa menjadi motor utama pendapatan perusahaan.
Harga Saham Diramal Bisa Sampai Rp150.000, Agresif atau Wajar?
Harga saham DSSA yang sudah melejit lebih dari 200% sejak awal tahun tentu membuat valuasi-nya sudah mahal.
Sampai harga Rp114.000, nilai ini setara dengan price to book value (PBV) lebih dari 30 kali dan price to earning ratio (PER) di 250 kali.
Namun, dengan valuasi yang mahal, ada ramalan kalau saham DSSA masih bisa terbang, bahkan targetnya ke Rp150.000 per lembar.
Target tersebut direkomendasikan oleh Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) dari saat riset ditulis saham DSSA masih di Rp96.250 per lembar.
Kalau dibandingkan dari harga saat ini maka masih ada potential upside sekitar 31,58%. Menurut kami, terlepas dari story yang menarik dari DSSA, target ini bisa dibilang cukup agresif.
Agar kita lebih manage ekspektasi, lebih baik kita menilai saham DSSA menggunakan analisis teknikal juga. Harga saat ini sudah dekat area All Time High (ATH). Artinya, resistance-nya ibarat sky is the limit.
Ruang kenaikan memang masih terbuka, tapi tak menutup kemungkinan dalam jangka pendek volatilitas semakin tinggi dan aksi profit taking juga rawan terjadi.
Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan dari sisi asset allocation agar lebih bijak. Jangan sampai terlalu terpapar pada satu saham, meskipun prospeknya menarik.
Strategi diversifikasi tetap penting untuk menjaga keseimbangan portofolio dan meminimalisasi risiko jika terjadi koreksi mendadak.
Dengan kombinasi analisis teknikal, fundamental, dan manajemen risiko yang baik, kita bisa menentukan level masuk maupun keluar dengan lebih disiplin, serta memastikan porsi investasi di DSSA tidak mengganggu keseluruhan strategi portofolio.
CNBC INDONESIA RESEARCH
