Hancur Lebur! Harga Batu Bara Ambles 3 Hari Beruntun

mae, CNBC Indonesia
24 September 2025 07:30
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melemah dalam tiga hari beruntun meski dihujani sentiment positif.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara kontrak Oktober ditutup di posisi US$ 105,4 atau melandai 0,8%. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif harga batu bara menjadi tiga hari beruntun dengan melemah 2,32%.

Batu bara tetap melemah meski dihujani banyak kabar baik, termasuk kenaikan permintaan.

Reuters melaporkan impor batu bara termal ke Asia berbalik arah di Agustus 2025 setelah sembilan bulan berturut-turut melemah, naik ke level tertinggi dalam hampir setahun. Kenaikan ini bisa berlanjut selama bulan-bulan musim dingin mendatang.

Mengutip data dari penyedia analitik komoditas Kpler, impor batu bara termal Asia melonjak menjadi 85,34 juta ton di Agustus, naik 6,4 juta ton dari Juli dan untuk pertama kalinya melampaui 81 juta ton sejak Desember 2024.

Kenaikan tersebut dipicu oleh kebijakan pembatasan produksi batu bara di China untuk mengurangi kelebihan pasokan domestik, yang menyebabkan output turun 3% pada Agustus.

Pemulihan aktivitas industri di Asia Timur juga ikut mendukung peningkatan impor bulan lalu. Pembeli batu bara terbesar di Asia pada Agustus adalah China, Korea Selatan, dan Jepang. Ke depan, kekuatan permintaan batu bara akan tetap ditopang oleh kebutuhan pemanas, kecuali musim dingin di Asia ternyata lebih hangat dari biasanya.

Kabar ini muncul seiring laporan tentang rebound harga batu bara internasional berkat meningkatnya permintaan dari China yang dipublikasikan awal bulan ini.

Harga utama batu bara termal kembali naik pada September setelah sempat jatuh ke level terendah empat tahun pada Juni dan Juli, didorong penguatan permintaan serta penurunan produksi China.

Namun, jika aktivitas manufaktur kembali melemah dan suhu di Asia tetap sejuk hingga 2026, hal itu dapat menekan konsumsi serta impor batu bara, sehingga volume ekspor global tetap berada di jalur penurunan pada 2025.

Jika pembatasan produksi batu bara China tetap berlanjut di musim dingin, utilitas kemungkinan meningkatkan impor untuk menutup kebutuhan stok. Ini bisa menjaga momentum kenaikan permintaan global. Persaingan dengan China juga bisa memicu Jepang, Korea Selatan, dan negara lain menambah impor, sehingga mendorong total permintaan lebih tinggi lagi.

Dari Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menangguhkan sementara kegiatan operasional 190 perusahaan tambang batu bara dan mineral atau pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Keputusan ini tertuang di dalam surat Ditjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM dengan Nomor T-1533/MB.07/DJB.T/2025, dan ditandatangani pada 18 September 2025.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation