Harga Batu Bara Makin Membara, Semua Karena China

mae, CNBC Indonesia
02 September 2025 07:05
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus menguat ditopang perkembangan dari China.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Senin (1/9/2025) ditutup di posisi US$ 110,8 per ton atau meelsat 1,09%. Harga pasir hitam sudah menguat dalam dua hari beruntun dengan penguatan 1,1%.

Penguatan harga batu bara masih ditopang oleh kabar dari China.

Dikutip dari Reuters, China telah memberlakukan pembatasan produksi batu bara setelah adanya lonjakan pasokan tak terduga pada paruh pertama tahun ini yang menekan harga. Pembatasan produksi ini diharapkan bisa membuat harga batu bara ikut naik.

Produksi batu bara China pada Juli turun ke level terendah dalam lebih dari setahun. Sebelumnya, output sempat naik lebih dari 5% secara tahunan pada Januari-Juni 2025, yang menyebabkan harga di beberapa wilayah negara itu merosot hampir 30% secara tahunan pada akhir Juni.

Analis mengatakan bahwa pemerintah meningkatkan inspeksi pada Juli untuk memastikan tambang beroperasi sesuai kapasitas produksi yang disetujui.

"Kenaikan (pasokan) telah melampaui ekspektasi dan itu membuat harga turun. Jadi kami melihat adanya regulasi terkait produksi dan pembatasan produksi yang diberlakukan," kata seorang pejabat dari China Coal Energy, perusahaan tambang batu bara terbesar ketiga di China.

Konsultan komoditas berbasis di Shanghai, Mysteel, menyebutkan bahwa dari 153 tambang kokas yang disurvei di Shanxi, 54 tambang dengan kapasitas produksi total 61,1 juta metrik ton per tahun telah menghentikan atau memangkas produksinya.

Shanxi merupakan provinsi penghasil batu bara terbesar di China.

Mysteel mengaitkan kondisi ini dengan kampanye "anti-involution" dan inspeksi lintas provinsi.

"Involution" menggambarkan persaingan yang dianggap tidak berkelanjutan di antara perusahaan-perusahaan China. "Anti-involution" kemudian menjadi slogan untuk mengurangi kelebihan kapasitas industri.

Analis dari Galaxy Futures pada Kamis pekan lalu menambahkan, ketika harga jatuh di bawah tingkat biaya, tambang akan memangkas investasi dan peningkatan fasilitas, yang pada akhirnya menimbulkan kekhawatiran soal keselamatan.

Badan perencana negara, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), serta regulator energi tidak segera menanggapi pertanyaan terkait hal ini.

Belakangan, regulator juga membatasi produksi karena khawatir sebuah kecelakaan akan menimbulkan citra buruk menjelang parade militer 3 September untuk memperingati berakhirnya Perang Dunia II, kata analis.

Shenhua Energy (601088.SS), anak usaha terdaftar dari China Energy Investment Corp., memperkirakan pertumbuhan produksi batu bara di China akan melambat dan impor terus turun secara tahunan pada paruh kedua tahun ini.

Jika harga batu bara pulih, keuntungan impor akan semakin terpangkas, karena kenaikan harga domestik akan menggerus daya saing batu bara impor yang sudah turun sebesar 13% pada paruh pertama tahun ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation