
Dunia Usaha Tak Lagi Main Aman, Kredit Investasi Mulai Tancap Gas

Jakarta, CNBC Indonesia - Kredit investasi akhirnya mengalami kenaikan pertumbuhan pada periode Agustus 2025.
Momentum ini tidak lepas dari kebijakan moneter longgar Bank Indonesia (BI) yang sepanjang 2025 telah memangkas suku bunga acuan total 125 basis poin ke level 4,75%.
Penurunan suku bunga ini memberi ruang likuiditas lebih longgar bagi dunia usaha, sekaligus menekan biaya pinjaman sehingga mendorong permintaan kredit investasi.
Berdasarkan rilis data Bank Indonesia (BI) pada Selasa (23/9/2025) menunjukkan kredit investasi tercatat sebesar Rp2.224,7 triliun atau tumbuh 13% (year-on-year/yoy) pada Agustus 2025. Angka ini tumbuh dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2.220,6 triliun atau tumbuh 11,8%.
Berbeda dengan Kredit Modal Kerja (KMK) yang umumnya digunakan untuk kebutuhan jangka pendek seperti pembelian bahan baku, biaya operasional, atau untuk menjaga arus kas, Kredit Investasi (KI) bersifat jangka menengah hingga panjang dengan tujuan utama untuk pembiayaan pembangunan aset baru, proyek infrastruktur, sampai ke ekpansi usaha.
Secara tenor, KMK biasanya berjangka waktu hingga 1 tahun, sementara kredit investasi dapat mencapai lebih dari 5 tahun bahkan lebih tergantung dari proyek yang dibiayai.
kenaikan kredit investasi memberi sinyal positif bahwa dunia usaha mulai berani mengambil keputusan strategis jangka panjang, bukan sekadar menjaga keberlangsungan operasional harian.
Sektor Penopang Kenaikan Pertumbuhan Kredit Investasi
Dari sisi sektoral, kredit investasi untuk Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan menjadi salah satu sektor yang mendorong kenaikan pada kredit investasi. Total investasi naik menjadi Rp305,2 triliun atau tumbuh 8,5%(YoY) di Agustus, setelah di Juli pertumbuhannya sebesar 7,7%.
Kenaikan ini tentunya mencerminkan perbaikan aktivitas di bidang pertanian menjelang akhir kuartal III-2025, sekaligus meningkatnya kebutuhan modal untuk distribusi hasil panen.
Selain sektor pertanian, sektor Industri Pengolahan menunjukkan adanya pertumbuhan yang cukup signifikan pada periode Agustus.
Tercatat pertumbuhan di sektor industri pengolahan sebesar 11,2% (YoY) naik dibandingkan Juli yang hanya tumbuh 5,3% (YoY). Nilai nya juga meningkat dari Rp357,3 triliun pada Juli menjadi Rp360 triliun di Agustus.
Kenaikan investasi di sektor ini terjadi seiring dengan industri manufaktur yang mulai kembali berada di zona ekspansi. Hal ini terlihat dari data PMI manufaktur pada Agustus berada di angka 51,50.
Sebagai catatan, PMI manufaktur sebelumnya tengah berada di zona kontraksi sejak April 2025 hingga Juli atau dalam empat bulan beruntun.
Di sektor Konstruksi pertumbuhan di Agustus tercatat naik menjadi 5,8% (YoY), dibandingkan Juli yang pertumbuhannya sebesar 5,6%. Namun, secara nilai justru mengalami sedikit penurunan yakni sebesar Rp171,6 triliun di Agustus, turun dibandingkan Juli yang tercatat sebesar Rp172 triliun.
Meski pertumbuhannya relatif stabil, sektor konstruksi tetap menjadi penopang penting karena berkaitan langsung dengan proyek infrastruktur hingga properti.
Sementara itu, sektor Jasa-jasa juga mencatat kenaikan pertumbuhan menjadi 9,5% (YoY) di Agustus, dari 8,6% (YoY) di periode sebelumnya.
Namun dari nilai investasi nya, pada Agustus 2025 tercatat sebesar Rp116,5 triliun, mengalami penurunan dari Rp115,8 triliun pada Juli.
Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan permintaan pembiayaan di sejumlah subsektor jasa, terutama yang terkait dengan layanan profesional, teknologi, dan bisnis, meski dalam skala nilai masih terbatas.
Secara keseluruhan, kenaikan kredit investasi di Agustus 2025 memperlihatkan bahwa kenaikan kredit investasi ditopang kuat oleh sektor pertanian dan industri pengolahan, dengan konstruksi dan jasa tetap menjaga momentum stabilisasi.
Kombinasi faktor musiman, pemulihan sektor manufaktur, serta keberlanjutan proyek infrastruktur menjadi fondasi penting bagi perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor riil. Ke depan, jika tren ini berlanjut, kredit investasi dapat menjadi motor tambahan dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)