
Hujan RI Gagal Selamatkan Batu Bara, Harga Ambruk ke Terendah 4 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus tenggelam dan menuju level di bawah US$ 100 per ton.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara ditutup di posisi US$ 102 per ton atau melemah 1,7% pada perdagangan Kamis (11/9/2025).
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif harga batu bara dengan melemah 7,15% selama enam hari beruntun. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 1 Mei 2025 atau empat bulan lebih.
Harga batu bara terus melemah karena permintaan yang terus turun. Harganya terus jeblok meski produksi dari Indonesia diperkirakan akan menekan pasokan dunia.
Harga batu bara termal di China diperkirakan akan terus turun karena permintaan yang lemah dan kondisi fundamental (fundamentals) yang tidak mendukung kenaikan harga.
Penurunan harga ini dipicu oleh pasokan domestik yang tetap tinggi, stok yang menumpuk di pelabuhan dan tambang, serta produksi yang tidak turun meski permintaan melemah.
Impor batu bara termal ke China juga turun karena harga domestik lebih rendah dan utilitas pembangkit listrik lebih memilih pasokan lokal.
Pemerintah China telah meminta pembangkit listrik termal untuk memperbanyak stok lokal agar mendukung harga lokal. Namun upaya ini dianggap kurang efektif oleh beberapa pelaku pasar karena stok yang menumpuk membuat ruang untuk kenaikan harga sangat terbatas.
Karena kondisi pasokan yang masih agresif dan permintaan tidak bergerak naik signifikan, para analis memperkirakan harga batu bara termal akan terus mengalami tekanan ke bawah.
Kemungkinan pemulihan harga bisa muncul hanya jika ada faktor eksternal seperti cuaca ekstrem, pemangkasan produksi, atau lonjakan mendadak dalam kebutuhan listrik (misalnya cuaca panas ekstrem).
Harga internasional batu bara termal juga terpengaruh, menurun seiring melemahnya permintaan dari Asia dan kelebihan pasokan global.
RI Hujan Lebat, Produksi Terganggu
Hujan lebat yang tidak biasa (unseasonably heavy rains) mengguyur wilayah‐tambang utama di Kalimantan, Indonesia.
Kondisi cuaca ini memperlambat produksi batu bara dan mengganggu logistik, khususnya pengangkutan dan pengiriman dari tambang ke pelabuhan.
Para pedagang dan penambang memperingatkan bahwa waktu pengiriman menjadi lebih lama karena gangguan logistik tersebut. Karena gangguan produksi dan transportasi, stok (inventori) batu bara menjadi lebih terbatas untuk sementara.
Dengan pasokan yang terganggu, para penjual bisa menahan penurunan harga atau setidaknya memperlambat kejatuhan harga.
Dalam situasi seperti ini, harga batu bara termal cenderung mendapat dukungan (terjaga atau bahkan naik) karena adanya kekhawatiran bahwa pasokan tidak akan bisa segera mengejar kebutuhan.
Sementara gangguan cuaca ini memperburuk waktu pengiriman dan produksi, efeknya dipandang sementara.
Begitu hujan mereda dan logistik kembali normal, tekanan pada pasokan bisa meredup.
India Memangkas Pajak Batu Bara
Pemerintah India pada Kamis menyatakan bahwa reformasi GST (Goods and Services Tax) akan menurunkan beban pajak keseluruhan atas batu bara dan mengurangi biaya pembangkitan listrik.
Sebelumnya, batu bara dikenakan GST sebesar 5% ditambah dengan cess kompensasi sebesar INR 400 per ton. Dewan GST merekomendasikan penghapusan GST Compensation Cess serta kenaikan tarif GST atas batu bara dari 5% menjadi 18%.
Coal Cess (sering disebut Clean Energy Cess atau GST Compensation Cess) adalah pungutan tambahan di luar GST yang dikenakan pada batubara, lignit, dan peat.
Reformasi baru ini menurunkan beban pajak keseluruhan atas batu bara dengan grade G6 hingga G17, yang berkisar antara INR 13,40 per ton hingga INR 329,61 per ton.
Rata-rata pengurangan bagi sektor listrik adalah INR 260 per ton, yang akan menurunkan biaya pembangkitan sebesar 17-18 paise/kWh.
Reformasi ini juga membantu merasionalisasi beban pajak batu bara dibandingkan dengan harganya. Sebelumnya, tarif tetap INR 400 per ton dikenakan sebagai GST Compensation Cess tanpa mempertimbangkan kualitas batu bara. Hal ini secara tidak proporsional merugikan batu bara dengan kualitas rendah dan harga murah.
Dengan dihapusnya cess, beban pajak di seluruh kategori batu bara kini dirasionalisasi menjadi tarif seragam 39,81%. Reformasi ini juga akan mendorong kemandirian melalui substitusi impor.
Sebelumnya, karena adanya cess tetap sebesar INR 400 per ton, biaya batu bara impor dengan nilai kalor tinggi justru lebih murah dibandingkan batu bara domestik dengan kualitas rendah. Hal ini menempatkan batu bara domestik pada posisi yang kurang menguntungkan.
Penghapusan cess menciptakan level playing field, memperkuat kemandirian India, dan menekan impor yang tidak perlu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
