Mobil China Mulai Mencengkeram Dunia: dari RI hingga Arab

Rania Reswara Addini, CNBC Indonesia
11 September 2025 16:35
Mobil listrik premium asal China BYD YangWang U9 dipamerkan dalam acara GIIAS 2025 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (23/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Mobil listrik premium asal China BYD YangWang U9 dipamerkan dalam acara GIIAS 2025 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (23/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Melonjaknya ekspor mobil China saat ini mengubah peta pasar otomotif global. Mobil dari negeri Tirai Bambu membanjiri negara lain dengan harga yang terjangkau dan memicu perang harga yang merambat ke penjuru dunia, dari Meksiko hingga Malaysia.

Mobil buatan China mulai mendominasi jalanan di beberapa wilayah Amerika Selatan, sementara kendaraan listrik murah namun berkualitas tinggi dari produsen seperti BYD Co. berhasil menarik ribuan konsumen di Eropa.

Di tengah perekonomian domestik yang melambat dan persaingan yang semakin ketat, banyak eksportir China lainnya secara agresif beralih ke ekspor, mengirimkan mobil mereka ke seluruh penjuru dunia, kecuali AS, di mana Pemerintah Trump sedang menetapkan tarif yang tinggi. China kini menjadi eksportir mobil terbesar di dunia, mengalahkan Jepang dan Jerman.

Data dari Administrasi Umum Bea Cukai China menunjukkan nilai ekspor mobil China hampir melonjak tiga kali lipat menjadi $37,3 miliar pada 2025 dari 2022, dengan mayoritasnya di ekspor ke Timur Tengah dan Amerika Latin.


Skala lonjakan ekspor ini tercermin dari data perdagangan terbaru. Selama lima bulan pertama 2025, ekspor mobil China mencapai rekor baru, dengan pengiriman ke Uni Emirat Arab mencapai US$2,7 miliar, meningkat 551% dari 2022 dan mencerminkan permintaan yang terus meningkat di Timur Tengah terhadap mobil China.

Di luar kawasan Teluk, berbagai negara turut mendorong ekspor China. Meksiko, pemain kunci di industri otomotif Amerika Utara, mengimpor mobil senilai US$2,4 miliar. Rusia, meskipun dihadapkan pada kompleksitas geopolitik, tetap menjadi pasar penting dengan impor senilai US$2,2 miliar.

Produsen mobil China diperkirakan akan menguasai 30% penjualan mobil global pada 2030, naik dari 21% pada 2024, dengan pertumbuhan terbesar diharapkan di pasar emerging seperti Asia Tenggara, Timur Tengah dan Afrika, serta Amerika Selatan, menurut konsultan AlixPartners.

"Produsen mobil China menargetkan margin keuntungan yang lebih tinggi di pasar luar negeri," kata Ron Zheng, mitra di konsultan global Roland Berger GmbH kepada Bloomberg. "Pasar regional akan terkena dampaknya, tetapi persaingan harga tidak akan seintens di China."

Produsen Mobil China Sedang Dalam Kecepatan Tinggi

BYD, produsen kendaraan energi terbarukan terbesar di dunia, telah mempertahankan tingkat produksi yang stabil. BYD secara konsisten memproduksi mobil dan mengoperasikan pabriknya dengan tingkat utilisasi antara 80% hingga 85% dari 2022 hingga 2024.

BYD telah mengukuhkan posisinya sebagai produsen mobil baterai murni dan plug-in hybrid dengan volume produksi tertinggi di dunia dan menjual sekitar 4,3 juta kendaraan tahun lalu.

Karena integrasi vertikal yang luas dalam rantai pasoknya dengan memroduksi baterai dan chip sendiri, BYD telah memangkas harga rata-rata sebesar 32%, menurut data yang dikumpulkan oleh China Automotive Technology and Research Center.

Di sisi lain, beberapa usaha patungan manufaktur asing utama mengalami penurunan produksi secara signifikan, terutama aliansi SAIC-GM, yang merupakan kerja sama antara SAIC Motor Corp. (perusahaan milik negara) dan General Motors Co. (produsen mobil AS), serta GAC-Honda, yang merupakan kerja sama antara Guangzhou Automobile Group Co. dan Honda Motor Co. (Jepang).

Sedangkan Tesla Inc. yang memproduksi sedan listrik Model 3 dan SUV Model Y di pabriknya di Shanghai untuk konsumsi domestik dan ekspor ke Asia dan Eropa, menempati peringkat pertama dalam hal utilisasi kapasitas, yaitu 96%.

Xiaomi Corp. menyusul di peringkat kedua, didorong oleh popularitas besar pada initial offering, ditambah dengan peningkatan pesanan untuk SUV varian YU7 yang baru diluncurkan.

Konsolidasi Pasar Sedang Berlangsung

Seiring dengan gulung tikarnya pemain kecil dan meningkatnya persaingan, merek besar mengambil pangsa pasar, memicu terjadinya konsolidasi di kalangan produsen mobil China. Banyak startup gagal dalam beberapa tahun terakhir dan penghapusan subsidi pemerintah pada 2018 semakin menghambat masuknya pemain baru.

Per Mei, BYD tetap menjadi pemimpin tak terbantahkan, menguasai sekitar 27% sektor ritel EV China, tetapi masih ada sekitar 120 merek lain yang bersaing untuk 37% pasar.

Meskipun begitu, konsolidasi masih menghadapi berbagai tantangan seperti keterlibatan pemerintah daerah yang sering memperpanjang operasi produsen terlepas dari tingkat produksinya yang rendah, karena perusahaan-perusahaan tersebut didukung secara langsung atau tidak langsung oleh otoritas.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

 

(mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation