PR Besar Purbaya Jabat Menteri Keuangan, Pengganti Sri Mulyani!

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
09 September 2025 06:30
Purbaya Yudhi Sadewa saat mengucapkan sumpah janji jabatan menjadi menkeu. (Tangkapan Layar Youtube)
Foto: Purbaya Yudhi Sadewa saat mengucapkan sumpah janji jabatan menjadi menkeu. (Tangkapan Layar Youtube)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto resmi melakukan perombakan pada kabinet merah putih nya hari ini, Senin (8/9/2025). Salah satu yang terkena pergantian adalah Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati yang resmi digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Perhatian ini menjadi perhatian utama pelaku pasar, mengingat peranan penting Kementerian Keuangan dalam menjaga disiplin fiskal dan kredibilitas kebijakan ekonomi nasional. Menteri sebelumnya yakni Sri Mulyani sudah dikenal luas bahkan di kancah global sebagai figur dengan reputasi sangat bagi dalam pengelolaan keuangan negara.

Sejumlah ekonom menilai, langkah-langkah awal Purbaya akan sangat menentukan apakah transisi ini dapat menjaga stabilitas fiskal sekaligus mengembalikan kepercayaan investor. Pasar akan menilai bukan hanya isi kebijakan, tetapi juga kejelasan komunikasi serta konsistensi pemerintah dalam menjalankan agenda konsolidasi fiskal, khususnya dalam konteks RAPBN 2026.

Menurut Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, pergantian menteri keuangan akan diuji oleh pasar pada dua aspek utama yakni, kesinambungan kebijakan fiskal dan kualitas komunikasi publik.

"Pasar sangat sensitif terhadap sinyal melemahnya disiplin fiskal. Hal itu sudah terlihat dari pelemahan rupiah dan gejolak saham sejak 2024 hingga awal 2025," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (8/9/2025).

Josua juga menilai dalam jangka pendek, dampak utama adalah kenaikan volatilitas rupiah, yield SBN, dan pelemahan saham, setidaknya sampai ada pernyataan tegas dari Menteri Keuangan baru. Target RAPBN 2026, defisit 2,48% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), kurs Rp16.500/US$ dan yield SBN 6,9% hanya akan tercapai jika Purbaya mampu memastikan jalur konsolidasi fiskal, strategi pembiayaan yang prudent, serta koordinasi erat dengan Bank Indonesia (BI).

Ia juga menekankan pentingnya komunikasi publik yang singkat, berbasis data dan disertai rencana 100 hari untuk meredam gejolak pasar.

Senada dengan Josua, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin menilai bahwa pergantian Sri Mulyani adalah sebuah kehilangan besar bagi Indonesia, mengingat kredibilitasnya sangat tinggi di mata investor. Namun, ia pun tetap optimis bahwa pasar akan memaklumi transisi ini.

"Kalau menteri keuangan baru bisa menunjukkan ketegasan menjaga disiplin fiskal dan rencana yang solid dalam beberapa hari ini, saya kira market akan rebound," tegasnya.

Wijayanto turut menyebut tantangan utama Purbaya sebagai menteri keuangan adalah memastikan APBN tetap optimal bagi pertumbuhan dan pemerataan, sekaligus menjaga Indonesia terhindar dari krisis fiskal dalam beberapa tahun mendatang.

Sementara itu, Ekonom Ronny Sasmita menilai pasar tetap menyambut positif Purbaya meski profilnya belum sekuat Sri Mulyani. Menurutnya Purbaya bukan orang baru di dunia keuangan.

"Beliau punya pengalaman di perbankan dan lembanga non-bank, dari LPS hingga Danareksa, sehingga dipandang mampu mendukung kebijakan fiskal yang cukup agresif namun tetap menjaga stabilitas makroprudensial," Ujar Ronny kepada CNBC Indonesia.

Ronny pun juga menilai arah fiskal pemerintah tidak akan banyak berubah. Purbaya diyakini akan melanjutkan kebijakan Sri Mulyani, dalam menjaga defisit tetap di bawah 3% meski dapat mendekati ke batas tersebut akibat dari kebutuhan belanja untuk program-program unggulan Presiden Prabowo.

"Pasar akan wait and see, tapi tidak akan terlalu reaktif, karena Purbaya relatif predictable dan dipandang tidak jauh berbeda dengan Sri Mulyani dalam hal konsistensi kebijakan," tambah Ronny.

Adapun Rully Wisnubroto, Ekonom senior Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menekankan pergantian ini memberi sinyal adanya pergeseran arah kebijakan ekonomi pemerintah Presiden Prabowo.

"Hal ini akan sangat berpengaruh karena merupakan sebuah sinyal pergeseran arah kebijakan ekonomi untuk memperkuat kendali dan menekankan prioritas baru," ujar Rully.

Rully pun memperkirakan akan ada tren pelemahan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, dan Obligasi dalam beberapa hari ke depan. Menurutnya, pesan penting dari Presiden Prabowo adalah jelas yakni mencapai pertumbuhan ekonomi 8% secepatnya.

Dengan tantangan besar di depan mata, mulai dari menjaga disiplin fiskal, meredam volatilitas pasar, hingga memastikan belanja negara tetap produktif, Purbaya dituntut menunjukkan kepemimpinan tegas dan komunikasi yang menenangkan. Respons awalnya dalam beberapa pekan ke depan akan menjadi kunci dalam menentukan arah kepercayaan pasar dan stabilitas ekonomi Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation