Newsletter

IHSG Digoyang Aksi Demo & Ditinggal Asing, Masih Ada Harapan Bangkit?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
02 September 2025 06:17
Massa demonstrasi di depan Polda Metro Jaya, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta pada Jumat (29/8/2025) malam terpantau ricuh.
Foto: Massa demonstrasi di depan Polda Metro Jaya, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta pada Jumat (29/8/2025) malam terpantau ricuh. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Efek demo anarkis yang terjadi pada pekan lalu berimbas kurang baik bagi IHSG pada perdagangan kemarin. Akan tetapi IHSG mampu memangkas penurunannya. IHSG sempat terjun 3,45% di level 7.560,73, sebelum pada akhirnya hanya terkoreksi 1,21% di level 7.736,07.

Demo di Jakarta yang harusnya terjadi pada hari kemarin, ditunda menjadi hari ini Selasa (2/9/2025). Selain itu, demo yang terjadi di beberapa kota pada hari kemarin seperti salah satunya di DIY yang dilakukan oleh Aliansi Jogja ke area Gedung DPRD DIY, berjalan dengan tertib dan damai. Hal ini mendorong sebagian investor kembali masuk ke dalam pasar saham Tanah Air.

Hari ini IHSG diperkirakan akan bergerak di zona positif usai rilisnya beberapa data ekonomi. Akan tetapi masih terdapat tantangan mulai dari aksi demo yang akan terjadi di Jakarta hari ini.

Waspada Demo Jakarta Hari Ini

Demo Jakarta yang seharusnya terjadi pada Senin (1/9/2025) dibatalkan dan beralih ke hari ini. Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) mengonfirmasi rencana aksi unjuk rasa besar-besaran yang akan digelar pada hari ini, Selasa (2/9/2025).

Aksi ini menjadi lanjutan dari gerakan 'Indonesia (C)emas' yang siap menyuarakan 11 tuntutan krusial kepada pemerintah.

Sementara itu lokasi lainnya, aksi demonstrasi di Kabupaten Garut juga dijadwalkan berlangsung pada hari ini Selasa (2/9/2025). Aksi ini akan dipimpin oleh aliansi BEM se-Garut dengan titik tujuan utama menuju Gedung DPRD Garut.

Masih terdapat beberapa kota yang juga akan menggelar aksi demonstrasi.

Unjuk rasa ini sebagai lanjutan aksi sebelumnya di berbagai wilayah yang memprotes soal kinerja DPR dan aksi simpatik terhadap pengemudi ojek online di Jakarta yang tewas dilindas mobil aparat kepolisian.

Aksi demo sejak pekan lalu membuat investor asing memilih untuk meninggalkan pasar saham Indonesia. Asing sudah mencatat net sell sebesar Rp 3,77 triliun dalam empat hari beruntun. 

Konferensi Pers Bursa Efek

Para regulator pasar modal menggelar konferensi pers bersama Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto pada Senin (1/9/2025).

Dalam konferensi pers tersebut, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto didampingi sejumlah pejabat ,di antaranya Sesmenko Perekonomian Susiwijono, Staf Khusus Menko Perekonomian Jusuf Hamka, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, sserta Direktur Utama BEI Iman Rachman.

Pemerintah meminta pengusaha agar tetap tenang menyikapi aksi demonstrasi yang berlangsung sepekan terakhir di Jakarta dan beberapa wilayah Indonesia.

"Kami menghimbau pengusaha tetap tenang dan optimis," ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025).

Secara fundamental, perekonomian nasional masih dalam kondisi baik. Ekonomi mampu tumbuh 5,12% pada kuartal II-2025, inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah yang stabil.

Pemerintah, kata Airlangga telah mengambil berbagai langkah strategis merespons tuntutan demonstran. Begitu juga dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) serta Ketua Umum Partai Politik.

Sementara itu, Pemerintah telah menyiapkan sejumlah program untuk menjaga daya beli serta konsumsi masyarakat sepanjang semester II tahun 2025.

Program-program stimulus akan menyentuh berbagai sektor. Seperti untuk sektor pembiayaan, pemerintah mempercepat implementasi Kredit Investasi Padat Karya untuk revitalisasi mesin produksi.

Sementara stimulus sektor pariwisata melalui penyediaan event nasional dan bundling paket wisata pada libur Nataru 2025-2026.

Dari sektor perumahan, Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang akan ditingkatkan dari 220 ribu unit menjadi 350 ribu unit.

Selain itu, pemerintah melanjutkan implementasi Kredit Program Perumahan, dan melanjutkan Pajak Pertambahan Nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) Pembelian Rumah 100%.

Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yang ditargetkan menyasar 41 ribu rumah ditambah dan adanya Program Perumahan BPJS Naker untuk buruh.

Airlangga pun menjelaskan untuk akselerasi program Makan Bergizi Gratis pemerintah menargetkan 17 ribu SPPG dan 51 juta penerima pada September 2025 akan bertambah menjadi 25 ribu SPPG dan 75 juta penerima di November 2025.

PMI Indonesia Agustus Ekspansi

Aktivitas manufaktur Indonesia akhirnya masuk fase ekspansi di Agustus setelah terkontraksi empat bulan sebelumnya.
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Senin (1/9/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 51,5 pada Agustus 2025 atau mengalami ekspansi. Laju ekspansi ini adalah yang pertama dalam lima bulan setelah PMI terkontraksi empat bulan beruntun sebelumnya.

Sebelumnya, PMI sudah terkontraksi sebesar 46,7 di April, kemudian 47,4 di Mei, berlanjut di Juni (46,9), dan Juli (49,2).

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

S&P menjelaskan PMI Manufaktur ekspansif pada Agustus, didorong oleh peningkatan pada produksi dan volume pesanan baru.

Baik output dan pesanan baru mencatat pertumbuhan pertama dalam lima bulan dengan laju yang solid.

Perusahaan melaporkan peluncuran produk baru dan keberhasilan memenangkan klien. Permintaan pasar juga dilaporkan lebih kuat, baik domestik maupun eksternal. Volume pesanan ekspor baru bahkan meningkat dengan laju tercepat sejak September 2023 atau dua tahun terakhir.

Kenaikan jumlah pesanan dan kebutuhan produksi serta peningkatan permintaan membuat perusahaan mulai menambah tenaga kerja di Agustus.

Meski tipis, kenaikan jumlah tenaga kerja ini merupakan yang pertama dalam tiga bulan.

Kabar ini tentu menjadi hal yang positif bagi Indonesia di tengah derasnya isu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Bisnis di sektor manufaktur Indonesia tetap optimistis di mana kalangan bisnis melihat produksi akan meningkat dalam setahun mendatang. Tingkat optimisme kalangan pengusaha tercatat cukup kuat, meningkat dibanding Juli meski masih di bawah rata-rata jangka panjang.

Sentimen positif ditopang oleh harapan perbaikan kondisi ekonomi, peluncuran produk baru, serta ekspektasi bahwa daya beli konsumen lebih tinggi akan mendorong pertumbuhan output.

RI Deflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2025 turun atau mengalami deflasi 0,08%. Secara tahunan atau year on year, IHK naik atau inflasi terjadi 2,31%.

"Agustus deflasi 0,08%," ungkap Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (1/9/2025).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan naik atau mengalami inflasi 0,09% secara bulanan (month to month/mtm).

Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diperkirakan akan mencapai 2,49%. Inflasi inti diperkirakan menyentuh 2,3% (yoy).

Sebagai catatan, pada Juli 2025, inflasi melonjak hingga 0,30% (mtm) dan 2,37% (yoy). Inflasi inti menembus 2,37%.

Neraca Dagang Kembali Surplus

Badan Pusat Statistik (BPS) menuturkan neraca perdagangan Indonesia Januari-Juli 2025 mengalami surplus US$23,65 miliar yang berasal dari surplus sektor nonmigas US$34,06 miliar, sementara sektor migas defisit senilai US$10,41 miliar.

"Surplus US$23,65 miliar yang dipicu oleh surplus pada sektor nonmigas US$34,06 miliar sementara sektor migas defisit US$10,41 miliar," kata Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa, BPS, Pudji Ismartini, Senin (1/9/2025).

BPS juga mencatat nilai ekspor Indonesia US$ 24,75 miliar pada Juli 2025, atau naik 9,86% dibandingkan Juli 2024.

Sementara impor mencapai US$ 20,57 miliar atau turun 5,96% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Lebih lanjut, Pudji menuturkan 3 negara penyumbang surplus terbesar a.l. Amerika Serikat (AS) US$ 10,49 miliar; India sebesar US$ 8,09 miliar dan Filipina US$ 5,11 miliar. Sebagai catatan, AS masih menduduki peringkat pertama penyumbang surplus neraca perdagangan RI jelang penerapan tarif 19% yang dimulai 5 Agustus 2025.

Adapun, AS memang menduduki posisi ketiga sebagai negara tujuan ekspor terbesar RI. Total ekspor AS pada Januari-Juli 2025 mencapai US$17,89 miliar.

PMI Caixin China Ekspansi

Manufacturing PMI Caixin China naik menjadi 50,5 pada Agustus 2025, di atas level Juli dan konsensus pasar sebesar 49,5, menandai pembacaan tertinggi sejak Maret.

Produksi kembali tumbuh karena pesanan baru dan aktivitas pembelian meningkat, sementara penurunan permintaan asing melonggar. Angka terbaru juga menandai peningkatan kedua dalam produksi dalam tiga bulan terakhir, meskipun kenaikannya hanya sedikit. Arus masuk pesanan baru yang lebih kuat menyebabkan akumulasi kembali pekerjaan tertunda pada Agustus.

Namun, perusahaan tetap berhati-hati mengenai tingkat penempatan, memilih untuk mengurangi jumlah karyawan untuk bulan kelima berturut-turut. Mengenai harga, inflasi biaya input meningkat dengan laju tercepat sejak November 2024, meskipun tetap di bawah rata-rata seri.

.Harga jual tetap tidak berubah, mengikuti penurunan delapan bulan akibat persaingan pasar yang intens. Terakhir, sentimen bisnis menguat menjadi tertinggi dalam lima bulan, didukung oleh optimisme tentang kondisi yang membaik dan penjualan yang didorong ekspansi.

PMI Manufaktur AS

Dari negeri Paman Sam, hari ini Selasa (2/9/2025) terdapat rilis Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur AS S&P Global periode Agustus 2025.

Sebelumnya, Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur AS S&P Global yang disesuaikan secara musiman untuk bulan Juli adalah 49,8, turun 3,1 poin dari Juni dan menandai pembacaan pertama di bawah titik tanpa perubahan 50 pada tahun 2025. Produsen melaporkan peningkatan moderat dalam pesanan baru karena keraguan klien di tengah ketidakpastian ekonomi.

Bulan Juli mencatat penurunan pertama kondisi operasional manufaktur sejak Desember lalu karena kekhawatiran tarif terus mendominasi lingkungan bisnis.

Penurunan di awal kuartal ketiga sebagian mencerminkan berakhirnya periode sibuk akumulasi inventaris terkait tarif pada bulan-bulan sebelumnya. Pabrik-pabrik melaporkan sedikit perubahan dalam arus masuk pesanan baru dan berkurangnya stok bahan baku dan barang jadi pada bulan Juli. Hal ini terjadi setelah perusahaan-perusahaan menumpuk inventaris pada bulan Mei dan Juni di tengah kekhawatiran atas harga impor yang lebih tinggi dan memburuknya ketersediaan pasokan akibat kenaikan tarif.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular