
Efek Aksi Demo Panas: Ini Ramalan IHSG Hari Ini, Jatuh Seberapa Dalam?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki awal September 2025 di bawah bayang-bayang demonstrasi besar yang melanda berbagai wilayah Indonesia.
Pasar saham domestik dinilai masih rawan terkoreksi pada perdagangan hari ini Senin (1/9/2025), meski sejumlah analis menilai potensi perbaikan bisa muncul apabila stabilitas politik mulai terjaga.
Pergerakan IHSG pada perdagangan perdana September ini diperkirakan akan berlangsung fluktuatif.
Secara historis, kinerja IHSG di bulan September dalam lima tahun terakhir cenderung bearish, namun pola musiman menunjukkan Oktober hingga Desember biasanya justru bergerak lebih bullish.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (29/8/2025), IHSG ditutup melemah 1,53% ke level 7.830,49.
Dalam sehari, kapitalisasi pasar bursa saham Indonesia terpangkas Rp195 triliun. Bahkan, IHSG sempat anjlok lebih dari 2% ke posisi 7.771,28 sebelum memangkas pelemahannya di sesi penutupan. Kejatuhan ini terjadi hanya sehari setelah IHSG mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) pada Kamis (28/8/2025).
![]() Teknikal IHSG |
Teknikal IHSG : Double Top dan Potensi Menutup Gap
Secara teknikal, IHSG kini membentuk pola double top setelah gagal menembus level psikologis 8.000 pada perdagangan Kamis (28/8/2025). Level tersebut sebelumnya sempat dicapai pada 15 Agustus 2025. Gagalnya IHSG menembus kembali level 8.000 justru memunculkan potensi koreksi lebih dalam ke area 7.678 sesuai dengan pola double top tersebut.
Selain itu, IHSG juga baru saja menutup gap teknikal yang terbentuk pada 13 Agustus lalu. Meski begitu, indeks masih meninggalkan enam gap sejak reli penguatan pada Juli. Gap terdekat yang bisa menjadi support selanjutnya berada di area 7.630-7.650.
Proyeksi Analis: Rawan Koreksi, Tapi Bisa Terbatas
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai IHSG masih berada dalam fase rawan koreksi dengan support di area 7.736-7.668.
"Bila IHSG konsisten diperdagangkan di bawah 7.750, maka potensi bearish consolidation phase terbuka lebar," ujarnya.
Nafan menambahkan, secara teknikal IHSG berpotensi breakdown dari pola ascending broadening wedge pattern, didukung sinyal negatif dari indikator Stochastics K_D dan RSI.
Ia pun mengatakan bahwa akumulasi bisa dilakukan untuk saham-saham terpilih yang memiliki prospek solid.
Strategi buy on dip bisa dimanfaatkan, sembari merealisasikan keuntungan jika diperlukan serta disiplin dalam manajemen risiko dinilai krusial di tengah ketidakpastian.
Sementara itu, ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menekankan bahwa pasar keuangan Indonesia sedang mengalami fase risk-off. Hal ini tercermin dari rupiah yang melemah tajam, IHSG yang tertekan intraday, serta imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang naik.
"Pemicu utama bersifat domestik eskalasi demonstrasi di Jakarta yang meningkatkan ketidakpastian kebijakan serta faktor teknikal seperti permintaan dolar AS di akhir bulan dan aksi ambil untung setelah reli sebelumnya," jelas Josua.
Josua memproyeksikan IHSG akan bergerak sideways di kisaran 7.700-7.900 sambil menunggu meredanya tensi sosial. Ia juga menekankan peran BI yang aktif melakukan intervensi di pasar valas maupun SBN untuk menjaga stabilitas.
Adapun Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai koreksi IHSG pada awal pekan masih mungkin terjadi, tetapi skalanya tidak akan sedalam pekan lalu.
"Situasi dan kondisi besok mungkin akan mengalami koreksi namun sifatnya akan jauh lebih terbatas. Kami melihat banyak tindakan baru untuk menjaga stabilitas, dan kondisi politik sudah mulai stabil kembali. Ini menjadi fondasi penting bagi IHSG untuk hari ini," ungkap Nico.
Sementara itu, Mega Capital Sekuritas memperkirakan IHSG breakout dari support 7848 dan ditutup di bawah level tersebut. Dengan perkembangan demonstrasi hingga 31 Agustus 2025, maka IHSG berpotensi kembali mengalami tekanan pada hari ini ke sekitar area 7,700
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)