Ramai-Ramai Perusahaan Jual Obligasi, Nilai Tembus Rp 91 Triliun

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
03 September 2025 08:35
Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penerbitan surat utang korporasi nasional menunjukkan lonjakan signifikan pada semester pertama 2025. Nilai emisi yang tembus Rp 90,90 triliun tidak hanya mencerminkan kebutuhan pendanaan ulang atau refinancing, tetapi juga menggambarkan pergeseran tren pembiayaan yang kini semakin condong ke pasar obligasi seiring penurunan suku bunga.

Nilai penerbitan surat utang korporasi nasional naik 48,31% (yoy) pada semester I 2025, mencapai Rp 90,90 triliun. Kenaikan dipicu oleh kebutuhan refinancing surat utang jatuh tempo yang mencapai Rp 161,2 triliun sepanjang tahun ini.

Sementara penerbitan surat utang korporasi pada awal semester II 2025 juga telah naik signifikan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama yakni pemangkasan suku bunga yang membuat pembiayaan melalui obligasi lebih atraktif, serta jatuh tempo sejumlah besar surat utang pada Juli.

Dari total utang jatuh tempo tahun ini, sebesar Rp 96 triliun akan jatuh pada semester II. Pefindo memperkirakan sebagian besar dari utang tersebut akan dibiayai kembali melalui penerbitan obligasi baru.

Penerbitan obligasi korporasi pada Juni tercatat mencapai Rp30,95 triliun, tertinggi sepanjang sejarah penerbitan bulanan. Pada Maret 2025 juga terpantau tinggi mencapai Rp 25,14 triliun. Hal ini didorong oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin sejak awal 2025, yang membuat biaya pendanaan lewat obligasi lebih efisien dibandingkan pinjaman bank.

Hal ini menunjukkan, dari sisi biaya, obligasi kini lebih kompetitif dibandingkan pinjaman bank.

Pasar kini lebih berpihak pada penerbit, karena kupon obligasi untuk perusahaan dengan peringkat AAA hingga A cenderung lebih rendah daripada suku bunga dasar kredit bank.

Kebutuhan modal kerja dan pembiayaan ulang utang korporasi menjadi faktor utama pendorong tingginya penerbitan terutama pada semester kedua ini.

Pada semester I, sektor industri yang paling aktif menerbitkan obligasi antara lain pulp dan kertas (Rp 20 triliun), multifinance (Rp 17,83 triliun), perbankan (Rp 15,50 triliun), pertambangan (Rp 11,85 triliun), dan pembiayaan non-multifinance (Rp 8,32 triliun).

Total obligasi korporasi yang masih outstanding hingga akhir semester I 2025 mencapai Rp 550 triliun. Namun, jumlah perusahaan penerbit menurun dari 282 emiten pada 2020 menjadi 249 emiten, dan hanya 58 perusahaan yang menerbitkan obligasi baru di paruh pertama tahun ini.

Pefindo memperkirakan total penerbitan obligasi tahun ini akan melebihi titik tengah proyeksi sebesar Rp 144 triliun. Pada semester kedua, tingkat penerbitannya bisa berkisar antara Rp 60 triliun hingga Rp 70 triliun.

Beberapa institusi merilis informasi mengenai obligasi berkelanjutan dan sukuk selama semester I 2025:


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation