Newsletter

Asing Kabur, Jalanan Memanas: Mampukah IHSG Tembus Rekor?

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
28 August 2025 06:15
ilustrasi trading
Foto: Aksi demo buruh Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) di Jakarta. (Dok. KSPN)
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan kemarin, IHSG menguat sementara rupiah melemah
  • Wall Street pesta pora, S&P kembali rekor
  • Demo buruh hingga data ekonomi AS akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan hari kemarin. Bursa saham menghijau sementara rupiah masih melemah.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa kompak menguat pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di zona hijau pada penutupan perdagangan Rabu (27/8/2025). IHSG menguat 0,38% atau naik 30 poin ke 7.936,17.

Harga penutupan kemarin bertaut 7 poin dari harga penutupan tertinggi (all time high/ATH) IHSG yang berada di level 7.943,82 pada Rabu (20/8/2025).

Sebanyak 335 saham naik, 327 turun, dan 142 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 21,6 triliun. Sebanyak 41,2 miliar saham tercatat berpindah tangan hingga 2,30 juta kali transaksi.
Namun, asing berbalik arah mencatat net sell sebesar Rp 212,58 miliar pada perdagangan kemarin, memutus tren positif net buy selama 11 hari sebelumnya,

Beralih ke pasar valuta asing, mata uang garuda mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (27/8/2025).

Melansir dari Refinitiv, sejak pembukaan perdagangan kemarin, rupiah sudah mengalami pelemahan hingga akhirnya harus ditutup koreksi cukup dalam 0,40% di posisi Rp16.355/US$ sekaligus menjadikan level terlemah rupiah sejak 6 Agustus 2025.

Di saat yang bersamaan, indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB kemarin terpantau menguat 0,34% di level 98,55.

Pelemahan rupiah hari kemarin seiring dengan penguatan indeks dolar AS. Penguatan dolar AS terjadi meski pasar sempat diguncang isu politik AS setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan memecat Gubernur The Fed Lisa Cook terkait dugaan pelanggaran hipotek.

 

Dari pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melemah tipis ke 6,342% kemarin, dari 6,348% pada Selasa.

Pelemahan imbal hasil menandai harga SBN tengah naik karena diburu investor.

Dari pasar saham Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Indeks S&P 500 ditutup naik 0,24% ke level 6.481,40, mencetak rekor penutupan tertinggi baru. Nasdaq Composite berakhir menguat 0,21% ke 21.590,14, sementara Dow Jones Industrial Average menanjak 147,16 poin atau 0,32% ke 45.565,23.

Pelaku pasar dalam mode wait and see menunggu kinerja keuangan Nvidia.

Saham Nvidia, yang memiliki bobot sekitar 8% dalam S&P 500 dan merupakan komponen terbesar menurut data FactSet, bergerak relatif stagnan.

Pasar tampak mengabaikan langkah mengejutkan Presiden AS Donald Trump yang memecat Gubernur Dewan Fed Lisa Cook dari jajaran bank sentral. Saham AS sebelumnya ditutup nyaris tak berubah pada Selasa setelah sesi perdagangan yang lesu.

"Suku bunga berada di ambang penurunan, dan tren laba mengarah lebih tinggi. Secara keseluruhan, inflasi, suku bunga, dan tren laba mendukung bias risk-on," ujar Terry Sandven, Kepala Strategi Ekuitas di U.S. Bank Asset Management, kepada CNBC International.

Beberapa saham individu mencatatkan lonjakan tajam meski aksi di pasar lebih luas cukup terbatas. MongoDB naik sekitar 38% setelah platform data pengembang tersebut melampaui ekspektasi Wall Street. Okta melonjak lebih dari 1% usai laporan kuartalan dan proyeksi setahun penuh mengalahkan perkiraan konsensus.

Kedua perusahaan menyoroti tingginya permintaan dari perusahaan yang mengembangkan platform kecerdasan buatan sebagai pendorong hasil kuat tersebut. Hal ini menjadi sinyal positif bagi Nvidia, yang akan merilis laporan keuangan setelah penutupan perdagangan Rabu.

Wall Street menaruh harapan besar pada Nvidia, yang dianggap sebagai barometer pasar lebih luas sekaligus indikator utama perkembangan AI.

Hasil labanya bisa menjadi penekan atau justru pendorong reli tahun ini, khususnya ketika "Magnificent Seven" berupaya pulih dari aksi jual pekan lalu.

Produsen chip itu telah melampaui ekspektasi laba di 11 dari 12 laporan kuartalan terakhir, meski empat kali di antaranya saham justru bereaksi negatif pasca-rilis.

"Arah paling mudah bagi ekuitas tetap naik, sebagian didorong oleh sentimen positif dari banyak perusahaan teknologi, termasuk Nvidia Ekspektasi kami, Anda akan melihat laporan yang umumnya positif dari Nvidia," tambah Sandven.

Kinerja Nvidia di Atas Ekspektasi
Nvidia melaporkan laba dan pendapatan yang lebih tinggi dari perkiraan pada Rabu, serta menyatakan pertumbuhan penjualan kuartal ini akan tetap di atas 50%, memberi sinyal kepada Wall Street bahwa permintaan untuk infrastruktur kecerdasan buatan (AI) masih sangat kuat.

Saham Nvidia, yang telah naik 35% tahun ini setelah hampir tiga kali lipat pada 2024, justru melemah pada perdagangan setelah jam bursa karena pendapatan dari bisnis pusat data kembali meleset dari perkiraan untuk kedua kalinya berturut-turut.

Berikut hasil kinerja Nvidia dibandingkan estimasi analis yang disurvei oleh LSEG:

  • Laba per saham (EPS): US$1,05 (disesuaikan) vs. US$1,01 (perkiraan)
  • Pendapatan: US$46,74 miliar vs. US$46,06 miliar (perkiraan)

Laba bersih naik 59% menjadi US$26,42 miliar atau US$1,05 per saham, dari US$16,6 miliar atau 67 sen per saham pada periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan Nvidia terutama ditopang oleh bisnis pusat data, yang berfokus pada prosesor grafis (GPU) dan produk pelengkap untuk menghubungkan serta mengoperasikan GPU dalam jumlah besar.

Pendapatan divisi ini naik 56% dari tahun lalu menjadi US$41,1 miliar, meski sedikit di bawah perkiraan StreetAccount sebesar US$41,34 miliar.

Nvidia memperkirakan pendapatan kuartal ini sebesar US$54 miliar, plus minus 2%, meskipun angka ini tidak memasukkan potensi pengiriman chip H20 ke China. Analis sebelumnya memperkirakan pendapatan sebesar US$53,1 miliar (LSEG).

Hasil kuartal ini menegaskan bahwa bisnis pusat data Nvidia tetap menjadi tulang punggung ekspansi AI global. CFO Nvidia, Colette Kress, mengatakan dalam panggilan dengan analis bahwa perusahaan memperkirakan investasi infrastruktur AI global akan mencapai antara US$3-4 triliun pada akhir dekade ini.

Secara keseluruhan, pendapatan perusahaan naik 56% menjadi US$46,74 miliar dari US$30,04 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan pendapatan tahunan Nvidia kini sudah melampaui 50% selama sembilan kuartal berturut-turut sejak pertengahan 2023, ketika ledakan AI generatif mulai terlihat dalam kinerja keuangan perusahaan. Namun, kuartal kedua ini menjadi periode pertumbuhan paling lambat dalam rentang tersebut.

Pagi ini pasar kembali dibayangi deretan isu dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, sorotan jatuh pada aksi buruh nasional yang akan memadati Jakarta. Sementara itu, dari Washington, dunia menunggu rilis PDB kuartal II Amerika Serikat, yang akan jadi barometer kekuatan ekonomi terbesar dunia.

IHSG sendiri kini tengah mengejar rekor penutupan tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) IHSG yang berada di level 7.943,82 pada Rabu (20/8/2025). Namun, di tengah upaya ini, asing justru mulai meninggalkan pasar keuangan Indonesia.

Asing Berbalik Arah Net Sell
Investor asing mencatat net sell pada perdagangan kemarin dengan nilai Rp212,5 miliar. Net sell ini adalah yang pertama dalam 11 hari terakhir.

Beberapa saham yang dijual adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Elang Mahkota Internasional Tbk (EMTK).

Net sell ini diharapkan tidak berlanjut pada hari ini mengingat peran besar investor asing dalam mendongkrak kinerja IHSG sekaligus kepercayaan pasar.

Demo Buruh Nasional

Ribuan buruh dari berbagai daerah bersiap turun ke jalan pada Kamis (28/8/2025). Aksi ini dipimpin oleh Partai Buruh dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), serta didukung sejumlah serikat pekerja lain.

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menegaskan, ada enam tuntutan utama yang akan disuarakan. Pertama, penghapusan sistem outsourcing yang dinilai membuat buruh tidak memiliki kepastian kerja. Kedua, penolakan terhadap kebijakan upah murah. Ketiga, desakan agar upah minimum 2026 naik 8,5-10,5%.

Keempat, pencabutan PP Nomor 35 Tahun 2021 tentang aturan outsourcing. Kelima, pembentukan satgas khusus untuk menghentikan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang marak belakangan ini. Dan terakhir, keenam, reformasi sistem pajak, termasuk menaikkan batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dari Rp4,5 juta menjadi Rp7,5 juta per bulan.

Aksi buruh akan dipusatkan di dua titik utama ibu kota Gedung DPR RI, Senayan, dan Istana Kepresidenan Jakarta. Massa diperkirakan masuk melalui berbagai jalur, dari Cikarang lewat tol arah DPR, dari Cikupa Balaraja lewat tol menuju Jakarta, dari Bogor-Depok via Jalan Raya Bogor, serta dari Pulo Gadung-Sunter melewati jalur arteri menuju Senayan.

Lifting Minyak 2026

Rabu kemarin (27/8/2025), kabar penting datang dari Senayan. Dalam rapat bersama Komisi VII DPR, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengetuk palu kesepakatan mengenai asumsi harga minyak Indonesia (ICP) serta target lifting minyak tahun 2026. Keputusan ini menjadi salah satu fondasi RAPBN 2026 yang sedang dibahas pemerintah dengan legislatif.

"Target harus realistis, tidak muluk-muluk, agar fiskal kita tetap aman," tegas Bahlil dalam rapat tersebut. Ia menyebut penentuan angka ICP mengacu pada dinamika harga global, sementara target lifting minyak menyesuaikan kapasitas produksi domestik yang belakangan stagnan.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto menambahkan bahwa angka lifting migas krusial karena berhubungan langsung dengan penerimaan negara dan kebijakan subsidi energi. Ia mengingatkan bahwa penurunan lifting bisa memperbesar beban impor BBM.

Kesepakatan ini datang di tengah harga minyak global yang masih volatil. Dengan ICP yang ditetapkan hati-hati, pemerintah berharap APBN 2026 tidak terlalu rentan terhadap gejolak harga energi dunia.

Sawit, Kakao & Karet Bebas Tarif AS

Sementara itu, kabar menggembirakan datang dari Washington. Pemerintah Amerika Serikat memutuskan tidak mengenakan tarif 19% pada ekspor sawit, kakao, dan karet asal Indonesia. Keputusan yang diumumkan Selasa (26/8/2025) ini disambut lega oleh pelaku usaha, mengingat ketiga komoditas tersebut menyumbang devisa besar dan menyerap jutaan tenaga kerja.

"Kami menunggu tanggapan mereka (AS), tetapi dalam pertemuan itu pada dasarnya (pengecualian tarif 19 persen) telah disepakati untuk produk-produk yang tidak diproduksi di AS, seperti minyak sawit, kakao, dan karet akan nol atau mendekati nol (persen)," kata Airlangga dalam wawancara dengan Reuters, Selasa (26/8).

Seperti diketahui, tanpa tambahan bea masuk, produk Indonesia bisa tetap kompetitif di pasar AS.

Namun, kabar baik ini dibayangi ketegangan lain. Hubungan dagang AS dan India memanas akibat saling tuding soal tarif dan akses pasar. Kondisi ini tetap bisa menekan sentimen global, terutama bagi negara-negara eksportir komoditas.

Bagi Indonesia, terbebasnya sawit, kakao, dan karet dari tarif tinggi adalah angin segar, dengan PR ke depan menjaga keberlanjutan produksi dan memperkuat posisi tawar di tengah ketidakpastian geopolitik.

Data PDB Amerika Serikat

Dari global, sorotan pasar malam ini (28/8/2025, pukul 19.30 WIB) adalah rilis estimasi kedua (second estimate) Produk Domestik Bruto AS kuartal II-2025 oleh Bureau of Economic Analysis (BEA).

Produk Domestik Bruto (PDB) riil Amerika Serikat pada kuartal II-2025 tercatat tumbuh 3,0% secara tahunan (annualized). Kinerja ini membalikkan kontraksi -0,5% yang terjadi pada kuartal pertama, menandakan adanya perbaikan momentum ekonomi di tengah ketidakpastian global. Mengutip rilis resmi Biro Analisis Ekonomi AS (BEA), lonjakan ini sebagian besar didorong oleh penurunan impor yang secara teknis menambah perhitungan GDP serta peningkatan konsumsi rumah tangga.

Dari sisi nominal, currentdollar GDP atau PDB harga berlaku naik lebih tajam, yakni 5,0% pada kuartal II.

BEAFoto: BEA
BEA

Kenaikan ini mencerminkan kombinasi pertumbuhan output dan harga yang masih terjaga. Namun, bila melihat indikator permintaan domestik murni, final sales to private domestic purchasers hanya tmbuh 1,2%, yang menunjukkan daya dorong ekonomi AS masih cukup terbatas ketika faktor perdagangan internasional dikeluarkan dari perhitungan.

Tekanan harga juga tercatat lebih moderat. Gross domestic purchases price index hanya naik 1,9%, lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Sementara itu, indeks belanja konsumsi pribadi (PCE price index) naik 2,1%, sedangkan versi inti tanpa pangan dan energi (core PCE) masih berada di level 2,5%. Angka ini menunjukkan inflasi memang melandai, tetapi masih sedikit di atas target jangka panjang The Fed sebesar 2%.

BEA menekankan bahwa meski headline GDP melonjak, kekuatan domestik masih bercampur antara sinyal positif dari konsumsi dan sinyal hati-hati dari investasi swasta. Penurunan laju inflasi khususnya pada core PCE memberi ruang tambahan bagi bank sentral AS untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter pada rapat-rapat berikutnya.

Rilis malam ini penting karena memperhitungkan data perdagangan dan inventori terbaru. Jika revisinya lebih tinggi dari 3,0%, pasar akan melihat AS masih tangguh meski suku bunga The Fed tinggi. Namun bila lebih rendah, sentimen resesi kembali mencuat.

Pasar global, termasuk mata uang garuda dan IHSG, cenderung reaktif terhadap data ini karena PDB AS jadi acuan utama arah suku bunga The Fed berikutnya.

 

Agenda ekonomi hari ini:

  • Media Briefing bersama Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional (Djatmiko Bris Witjaksono)
  • Peluncuran Program Rasa Rempah Indonesia (S'RASA) oleh Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian BUMN, Kementerian Pariwisata, Kementerian UMKM, dan Kementerian Ekraf
  • Peluncuran Program Sapi Merah Putih, Kementerian PPN/Bappenas bersama PT Moosa Genetika Farmindo dan IPB University akan menyelenggarakan Media Briefing Peluncuran dan Pengembangan Sapi Merah Putih
  • Economic Outlook Q3 2025 dari Tim Office of Chief Economist Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas

Agenda emiten hari ini:

  • RUPS PT Indomobil Multi Jasa Tbk.
  • RUPS PT Indomobil Multi Jasa Tbk.
  • RUPS PT Platinum Wahab Nusantara Tbk.


Indikator ekonomi terbaru:

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(emb/emb) Next Article Trump, BI Hingga Danantara Beri Kabar Gembira, IHSG-Rupiah Menguat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular