Lagi Ganas, Ini Ramalan Terbaru Rupiah

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
25 August 2025 13:40
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan kekuatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah pidato ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam Simposium Jackson Hole, Jumat (22/8/2025). 

Sinyal dovish dari Powell yang membuka sinyal peluang pemangkasan suku bunga memberi angin segar bagi aset beresiko serta perpindahan aliran dana ke emerging market termasuk Indonesia, dalam hal ini rupiah diuntungkan. 

Powell dalam pidatonya menegaskan kebijakan moneter AS masih berada di wilayah restriktif, namun keseimbangan risiko mulai bergeser. 

"Prospek dasar dan pergeseran keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian sikap kebijakan kami," ujar Powell. 

Powell turut menyoroti risiko pelemahan pasar tenaga kerja sekaligus potensi tekanan inflasi baru akibat tarif impor dan kebijakan perdagangan Trump. 

Pada hari ini, Senin (25/8/2025) pukul 12.27 WIB, nilai tukar rupiah ada di posisi Rp 16.255/US$1 atau terbang 0,5%. 

Proyeksi Nilai Tukar Rupiah Menurut Para Ekonom dan Institusi

Penguatan rupiah diperkirakan masih akan berlanjut dengan adanya potensi pemangkasan suku bunga. 

Keputusan pemangkasan akan membuat investasi di AS kurang menarik sehingga investor menjual dolarnya da mengalihkan ke instrumen lain. Rupiah bisa menjadi alternatif bagi investor sehingga kondisi tersebut akan membuat rupiah menguat.

Ekonom BCA David Sumual, menilai rupiah akan tetap bergerak stabil meski ada potensi pemangkasan suku bunga The Fed.

"Sudah dalam ekspektasi ya September ada penurunan Fed rate dan BI pun sudah front loading turunkan duluan. Jadi rupiah tidak ada perubahan signifikan, bergerak di kisaran Rp16.150-Rp16.400/US$ dalam jangka pendek," jelas David, kepada CNBC Indonesia.

Pandangan serupa disampaikan Mega Capital Sekuritas yang menilai target rupiah masih akan berada di kisaran Rp16.100-Rp16.200/US$. Sementara Bank Mandiri memproyeksikan penguatan rupiah bisa menuju Rp16.100/US$ seiring meningkatnya aliran dana asing ke aset berisiko.

Sementara itu,Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai rupiah masih akan bergerak stabil, dengan rentang pergerakan jangka pendek di kisaran Rp16.225 - Rp16.375/US$.

Josua menjelaskan, pasar global merespons cepat pidato Ketua The Fed Jerome Powell di Simposium Jackson Hole yang memberi sinyal dovish.

"Keseimbangan risiko antara tekanan inflasi dan pelemahan pasar tenaga kerja mulai bergeser, membuka peluang pemangkasan suku bunga pada September serta meningkatkan ekspektasi pelonggaran lebih lanjut di kuartal II-2025," jelas Josua.

Ia menambahkan, peluang pemangkasan suku bunga 25 bps pada Federal Open Market Committee (FOMC) September naik menjadi 91%, dengan potensi tambahan dua kali pemangkasan lagi hingga akhir 2025.

Menurutnya, kondisi ini mendorong risk appetite investor global, tercermin dari penguatan bursa saham AS serta turunnya yield obligasi Treasury AS tenor 10 tahun ke level 4,25%.

Josua juga menyoroti faktor aliran modal asing di pasar obligasi domestik.

Hingga 20 Agustus 2025, kepemilikan asing di SBN mencapai Rp951,8 triliun atau 14,93% dari total outstanding, mencatatkan inflow bersih Rp16,1 triliun (month-to-date) dan Rp75,1 triliun (year-to-date).

Menurutnya, tren inflow asing ini tetap menjadi penopang penting bagi stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation