Harga Batu bara Akhirnya Jatuh, Kebijakan China Mulai Diragukan

mae, CNBC Indonesia
22 August 2025 06:32
A rotary dredge loads wagons with coal at Borodinsky opencast colliery, owned by the Siberian Coal Energy Company (SUEK), near the Siberian town of Borodino east of Krasnoyarsk, Russia February 26, 2019. Picture taken February 26, 2019. REUTERS/Ilya Naymushin
Foto: Kapal keruk memuat gerbong dengan batu bara (REUTERS/Ilya Naymushin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara jatuh setelah terbang tinggi tiga hari.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan kemarin, Kamis (21/8/2025) ditutup di US$ 110 per ton atau menguat 1,25%.

Pelemahan ini memutus tren positif batu bara yang menguat tiga hari dengan penguatan mencapai 2,2%.

Harga batu bara melemah karena China sebagai penopang harga utama mulai menurunkan permintaan. Dilansir dari Sxcoal, harga batu bara termal di wilayah penghasil utama Tiongkok mulai melemah karena penyerapan (offtakes) yang menurun serta pengadaan dari pengguna akhir yang lebih hati-hati.

Beberapa laporan menunjukkan bahwa permintaan domestik melemah sementara cadangan di tambang dan pelabuhan meningkat. Hal ini menyebabkan pembeli, termasuk pembangkit listrik, menunda pembelian untuk meredam risiko harga.

Harga batu bara termal baik secara domestik maupun impor terus turun. Pasar mencatat harga spot berada di level terendah dalam empat tahun, mencerminkan lemahya permintaan dan melimpahnya pasokan lokal.

Pemerintah, melalui NDRC (National Development and Reform Commission), telah mendorong pembangkit domestik untuk meningkatkan stok batu bara sebesar 10% dan mengurangi ketergantungan impor agar harga stabil dan keuntungan penambang terjaga.

Namun, para pedagang meragukan efektivitas kebijakan ini, mengingat tingginya inventaris di seluruh rantai pasok.

Dengan harga spot yang lebih rendah dibanding harga kontrak, banyak pembeli mencoba menegosiasi ulang atau menghindari kontrak jangka panjang agar bisa mengambil manfaat dari harga pasar yang lebih kompetitif.

China menghadapi tekanan berlapis dalam sektor batu bara termal: permintaan yang melemah, pasokan lokal melimpah, inventaris tinggi, dan pembeli yang tidak mau terikat kontrak lama. Upaya pemerintah untuk menstabilkan pasar belum membuahkan hasil yang signifikan sejauh ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation