
Warga RI Banyak yang Haji & Plesiran ke Luar Negeri, RI Tekor Rp 70 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga Indonesia makin gemar bepergian ke luar negeri, terutama untuk ibadah haji dan umroh. Besarnya warga RI yang pelesiran membuat neraca perdagangan jasa travel tekor.
Hari ini, Bank Indonesia merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2025. Dari data tersebut, terlihat dari neraca perdagangan jasa perjalanan wisatawan nasional (wisnus) ke luar negeri.
Data Bank Indonesia mencatat impor pembayaran jasa perjalanan warga Indonesia mencapai US$ 4,3 miliar atau setara dengan Rp70 triliun (asumsi kurs Rp16.278/US$) pada kuartal II- 2025, lebih tinggi dibandingkan impor sebesar US$2,8 miliar dolar AS pada triwulan I 2025.
Nilai impor pembayaran jasa perjalanan warga Indonesia ke luar negeri adalah yang tertinggi sepanjang sejarah, setidaknya dari data yang dirilis BI.
Sebagai catatan, data pembayaran jasa perjalanan warga Indonesia ke luar negeri dicatat sebagai negatif/defisit impor.
Peningkatan impor didorong oleh naiknya jumlah dan pengeluaran wisnus, terutama untuk kunjungan ke luar negeri, termasuk pelaksanaan ibadah haji.
Seperti diketahui, musim haji pada tahun ini jatuh pada Mei-Juni 2025. Kuota haji tahun 2025 untuk Indonesia mencapai221.000 jemaah.
Selain musim haji pada periode April-Juni juga terdapat beberapa libur panjang yang dimanfaatkan warga Indonesia untuk bepergian ke luar negeri.
Di sisi lain, penerimaan jasa perjalanan dari wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia pada triwulan II 2025 juga meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Ekspor perjalanan jasa triwulan-II mencapai US$ 4,4 miliar.
Jumlah kunjungan wisman pada periode tersebut naik 22,8% secara kuartalan (qtq), menjadi 3,9 juta orang. Angka ini mencerminkan pemulihan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pasca pandemi Covid-19.
Berdasarkan rilis Berita Resmi Statistik milik Badan Pusat Statistik (BPS), wisatawan dari Malaysia, Australia, Singapura, Tiongkok, Timor Leste, dan India menjadi penyumbang jumlah wisman terbesar ke Indonesia selama triwulan II 2025.
Adapun kunjungan wisman masih terkonsentrasi di tiga pintu masuk utama, yaitu Bali, Jakarta, dan Batam.
Neraca jasa perjalanan merupakan salah satu komponen dari neraca transaksi berjalan yang mencatatkan ekspor dan impor yang dilakukan Indonesia pada kuartal ini, baik berupa barang maupun jasa.
Sebagaimana diketahui, defisit transaksi berjalan melebar dibandingkan kuartal lalu. Pada kuartal II-2025, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 3,0 miliar (0,8% dari PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan defisit 0,2 miliar dolar AS (0,1% dari PDB) pada triwulan I 2025.
Hal ini mempengaruhi peningkatan defisit pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). NPI tercatat defisit US$ 6,7 miliar pada kuartal II-2025. Defisit ini meningkat dibandingkan kuartal I-2025, yakni defisit US$800 juta.
CNBC Indonesia Research
(mae/mae)