Mata Uang Asia Ramai-Ramai Kebakaran: Rupiah Paling Parah

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
19 August 2025 10:30
Petugas menhitung uang asing di penukaran uang DolarAsia, Blok M, Jakarta, Senin, (26/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menhitung uang asing di penukaran uang DolarAsia, Blok M, Jakarta, Senin, (26/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar mata uang Asia terpantau mayoritas mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (19/8/2025). Melansir dari Refinitiv, rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terbesar di Kawasan Asia.

Pada pukul 09.36 WIB, nilai tukar rupiah tercatat melemah cukup dalam sebesar 0,56% ke posisi Rp16.245/US$. Pelemahan rupiah ini menjadikannya sebagai mata uang dengan kinerja terburuk di Asia pada pagi hari ini.

Pelemahan rupiah terjadi di tengah sentiment pasar yang menanti jelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini hingga esok hari, serta dinamika global terkait arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve.

Sementara itu, yen Jepang justru menjadi mata uang utama Asia yang menguat terhadap dolar AS, dengan kenaikan tipis 0,07% ke level JPY 147,76/US$.

Sebaliknya, mayoritas mata uang Asia lain cenderung mengalami pelemahan. Won Korea koreksi 0,06% ke level KRW 1,389/US$, diikuti yuan China yang terkoreksi tipis 0,02$ ke CNY 7,186/US$, dan dolar Taiwan melemah 0,12% ke TWD 30,067/US$.

Mata uang Asia Tenggara juga tak luput dari tekanan. Dong Vietnam turun 0,06%, rupee India turut melemah 0,07%, baht Thailand turun 0,03% dan ringgit Malaysia melemah 0,09%. Hanya dolar Singapura yang relative stagnan di level SGD 1,284/US$.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 09.48 WIB, tercatat menguat tipis 0,05% ke level 98,21. Setelah pada perdagangan Senin (18/8/2025) ditutup naik 0,32% di posisi 98,16.

Penguatan dolar terjadi seiring dengan sikap hati-hati pasar yang tengah menantikan sejumlah agenda penting pekan ini. Salah satunya adalah rilis risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC Minutes) pada Kamis (21/8/2025) dini hari waktu Indonesia. Dokumen ini akan membeberkan secara detail pandangan para anggota The Fed dalam rapat 31 Juli lalu, sekaligus memberi gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter ke depan.

Selain itu, perhatian pasar global juga akan tertuju pada Jackson Hole Economic Symposium yang digelar di Wyoming, AS, pada Jumat (22/8/2025). Acara tahunan yang diselenggarakan oleh The Kansas City Fed di Jackson Lake Lodge, Grand Teton National Park ini kerap menjadi panggung penting bagi bank sentral AS dalam memberikan sinyal kebijakan moneter yang berpotensi menggerakkan pasar secara signifikan.


Simposium ini kerap identik dengan "maut"" karena bisa mengubah arah pasar secara drastis. Salah satunya adalah pada 2022 di mana simposium itu menjadi momen dramatis di pasar keuangan global. Saat itu, pidato Jerome Powell (Ketua The Fed) benar-benar bikin pasar "berdarah" karena lebih hawkish dari ekspektasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation