
Rahasia 8 Perusahaan Tertua RI Bertahan dari Era Kolonial ke Digital

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama hampir delapan dekade kemerdekaan, Indonesia telah menjadi rumah bagi ribuan perusahaan di berbagai sektor. Mulai dari manufaktur, perdagangan, hingga jasa.
Sebagian besar lahir dari ide dan investasi anak bangsa, sementara sebagian lainnya datang dari luar negeri. Namun, tak banyak yang menyadari bahwa di tengah maraknya bisnis modern, masih ada perusahaan-perusahaan yang telah hadir memberikan kontribusi bagi masyarakat sebelum Indonesia merdeka dan tetap bertahan hingga kini.
Perusahaan-perusahaan ini bukan hanya bertahan dari gempuran zaman, tetapi juga terus berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia, baik melalui penciptaan lapangan kerja, pembayaran pajak, maupun transfer pengetahuan.
Lalu, siapa saja perusahaan tersebut?
1. Unilever
Awal 1930-an, Unilever lahir dari merger Margarine Unie (Belanda) dan Lever & Co (Inggris) pada 1 Januari 1930. Tiga tahun kemudian, 5 Desember 1933, Lever Zeepfabrieken N.V. membuka pabrik di Angke, Jakarta Utara, sebagai perusahaan Belanda-Inggris dengan pusat kendali di Rotterdam.
Pabrik ini menjadi titik awal kehadiran Unilever di Tanah Air. Hari ini, Unilever bukan sekadar bertahan, namun produk-produknya menempel dalam keseharian orang Indonesia.
Merek-merek Unilever bahkan menjadi kata ganti untuk fungsi tertentu. Orang menyebut "Sunlight" untuk semua sabun cuci piring, "Rinso" untuk semua sabun cuci baju, "Lifebuoy" untuk semua sabun mandi batangan, dan "Pepsodent" sebutan untuk pasta gigi. Padahal itu semua adalah merek dagang, bukan jenis produk.
![]() Pabrik PT Unilever Indonesia |
Dari pabrik sabun di Angke pada 1933 hingga rak-rak supermarket, minimarket, warung, dan took online hari ini, Unilever telah menjadi bagian dari perjalanan sejarah sekaligus rutinitas sehari-hari dan hadir di setiap sudut rumah. Di meja makan lewat Bango, Royco, Buavita, SariWangi. Saat merawat kulit ada Vaseline, Citra, POND'S. Di kamar mandi melalui Clear, Sunsilk, Lifebuoy. Di ruang cuci dan bersih-bersih lewat Molto, Wipol, Super Pell.
Kehadiran Unilever di Indonesia tidak hanya fokus menghadirkan produk berkualitas, namun juga penerapan bisnis yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dan bertumbuh bersama masyarakat.
![]() Unilever Indonesia |
Mengutip dari Annual Report tahun 2024, Unilever Indonesia turut meningkatkan taraf hidup jutaan orang, termasuk 4,266 karyawan, 80,000 warung dan toko, 35 ribu petani kedelai hitam dan gula kelapa di Indonesia, serta jutaan stakeholders dalam rantai pasok Perusahaan.
Selain terdepan dalam hal produk berkualitas, Unilever Indonesia juga terdepan dalam mengimplementasikan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) sejak 31 tahun lalu, sementara implementasi Undang-Undang tentang Jaminan Produk Halal Sendiri baru berjalan sejak Oktober 2019. Selain itu, Unilever Indonesia adalah perusahaan Indonesia pertama yang diketahui secara resmi menerbitkan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) pada 2001.
![]() Unilever Indonesia |
2. PT Pos Indonesia
Besarnya arus perdagangan di Indonesia mendorong Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem Baron van Imhoff, mendirikan lembaga pengantaran barang melalui sistem pos. Tujuannya supaya arus kegiatan dagang bisa lancar.
Maka, pada 26 Agustus 1746 berdiri kantor pos pertama di Indonesia yang berada di Batavia. Mengutip dari The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and the Local Institutions in Batavia (2007), sejarah kemudian mencatat bahwa tujuan pendirian pos berhasil.
![]() Warga mengambil dana bantuan subsidi upah (BSU) di Kantor Pos Indonesia Dharmawangsa, Jakarta, Rabu, (9/7/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) |
Seiring waktu, keberadaan lembaga pos (Posten Telegrafdienst) membuat aksesibilitas perdagangan bisa terjaga. Apalagi usai kantor pos di Semarang dan rute perjalanan berupa Jalan Raya Pos buatan Daendels tercipta.
Dinamika politik dan ekonomi di masa kolonial tak membuat kantor pos berhenti. Malah makin eksis hingga era kemerdekaan. Di era kemerdekaan, berdiri kantor-kantor pos di seluruh kota Indonesia. Semuanya saling terkoneksi.
Sampai sekarang, kantor pos masih eksis dan berkontribusi positif dalam bidang logistik, keuangan, dan pengembangan masyarakat. Mereka berperan penting dalam penyaluran bantuan sosial, mendukung UMKM, dan menyediakan layanan keuangan yang inklusif
3. Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank terbesar di Indonesia. Bank pelat merah ini hampir tidak pernah tergeser dari jajaran big four dan salah satu bank dengan kapitalisasi pasar atau market cap paling besar.
BRI termasuk salah satu bank dengan sejarah panjang dan tertua di Indonesia. Buku One Hundred Years Bank Rakyat Indonesia, 1895-1995 (1995:5-6) mencatat sejarah BRI bermula dari kas masjid.
Pada 1894, ada guru sekolah yang ingin mengadakan pesta sunatan. Namun, guru itu tak punya uang dan terpaksa ngutang ke rentenir. Kabar ini kemudian terdengar oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Dia prihatin sebab sudah pasti gaji guru yang kecil bakal bergelut dengan tagihan rentenir.
Kebetulan, dia diberikan amanah mengelola uang kas masjid Kota Purwokerto sebesar 4.000 gulden. Dia punya ide untuk menjadikan uang kas itu sebagai sarana menolong guru supaya tak lagi meminjam ke rentenir. Selain guru, para pegawai dan petani juga bisa meminjam.
Langkah Wiriaatmadja semakin maju pada tahun berikutnya. Pada 16 Desember 1895, upaya Wirjaatmadja itu kemudian berhasil membentuk bank simpan pinjam De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Dia membentuk bank bersama Raden Atma Soepradja, R. Atma Soebrata dan R. Djaja Soemitra.
Berdasar Staatsblad No. 82 tahun 1934, bank ini menjadi bank umum kredit rakyat alias Algemene Volkscrediet Bank (AVB) sejak 19 Februari 1934. Lalu, di zaman pendudukan Jepang, AVB diubah menjadi Syomin Ginko.
![]() Dok BRI |
Setelah Indonesia merdeka, namanya lalu berganti menjadi Bank Rakjat Indonesia (BRI). Di tangan pemerintah Indonesia pula, BRI diambil alih menjadi bank milik negara. BRI kini lekat dengan bisnis wong cilik dengan berkontribusi kepada negara lewat pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta penguatan inklusi keuangan.
Hingga semester I-2025, sekitar 44,67% kredit BRI adalah dari sektor UMKM. Layanan BRI juga jauh menjangkau pelosok dengan memberdayakan 1,2 juta agen BRILink. Keberadaan mereka adalah salah satu tombak bagi perluasann inklusi keuangan.