
Baru Bahagia Sebentar, Harga Emas Sudah Jatuh & Bikin Cemas Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas lagi-lagi terperosok usai terjadi penguatan dalam sekejap. Harga emas turun karena data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang positif mengangkat dolar dan imbal hasil treasury, meredam harapan pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve yang besar.
Pada perdagangan hari ini Jumat (15/8/2025) hingga pukul 06.32 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,04% di posisi US$3.334,52 per troy ons.
Sementara pada perdagangan sebelumnya Kamis (14/8/2025), harga emas dunia turun 0,56% di level US$3.335,7 per troy ons. Penurunan ini mematahkan penguatan emas selama dua hari beruntun.
Harga emas turun pada perdagangan Kamis karena data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan dan penurunan klaim pengangguran mengangkat dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah, memangkas kemungkinan pemangkasan suku bunga yang sangat besar di bulan September.
Pada perdagangan kemarin Kamis (14/8/2025), indeks dolar AS (DXY) naik 0,42% di level 98,25.
Kenaikan ini mematahkan pelemahan DXY selama dua hari beruntun dan naik 0,5% dari level terendah lebih dari dua minggu, membuat emas batangan kurang menarik bagi pembeli non-AS, sementara imbal hasil obligasi acuan 10 tahun naik 1,25% di level 4,29, menguat dari level terendah satu minggu.
Pada Juli 2025, Indeks Harga Produsen (PPI) AS naik 0,9% dibanding bulan sebelumnya (mom). Kenaikan ini melonjak tajam dari posisi stagnan (0,0%) di Juni. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya 0,2% dan merupakan kenaikan bulanan PPI terbesar sejak Juni 2022.
Secara tahunan, inflasi PPI meelsat 3,3% di Juli. Angka ini naik dari 2,4% di Juni (yang direvisi naik) dan menjadi yang tertinggi dalam 5 bulan terakhir.
Â
Data harga grosir AS yang lebih kuat meredam spekulasi penurunan suku bunga yang lebih besar, setengah poin, bulan depan. Departemen Tenaga Kerja melaporkan indeks harga produsen naik 3,3% secara tahunan (yoy) di bulan Juli, melampaui perkiraan 2,5%, sementara klaim pengangguran mingguan lebih rendah dari perkiraan, yaitu 224.000 dibandingkan perkiraan 228.000.
"Emas diperdagangkan lebih rendah karena angka PPI AS yang lebih kuat dari perkiraan dapat menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga karena angka tersebut juga memengaruhi angka inflasi PCE Inti yang lebih tinggi untuk bulan Juli, kemungkinan membuat The Federal Reserve berhati-hati terhadap penurunan suku bunga," ujar kepala strategi komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.
"Secara keseluruhan, angka tersebut tidak mengubah pandangan bullish kami terhadap emas karena The Fed pada akhirnya harus memilih antara melawan inflasi atau mendukung perekonomian." imbuhnya.
Meski data inflasi lebih tinggi, CME FedWatch Tool memperkirakan sekitar 93% peluang pemangkasan suku bunga pada September. Namun, peluang pemangkasan 50 basis poin dihapus sepenuhnya
Emas, yang selama ini menjadi tempat berlindung di tengah tekanan ekonomi atau geopolitik, cenderung diuntungkan oleh suku bunga rendah.
"Kami rasa reli ini tidak terhenti, hanya berkonsolidasi, dengan para investor menunggu katalis baru. Pemangkasan suku bunga akan menjadi pemicu kembali reli," menurut Kiril Kirilenko, analis logam mulia senior di CRU.
Emas kemungkinan akan menguji ulang rekor tertinggi US$3.500 per troy ons pada akhir tahun atau awal tahun depan, tambah Kirilenko.
CNBC INDONESIA RESEARCH
