80 Tahun Indonesia Merdeka

Ini Peta Kekuatan Mata Uang ASEAN Usai Krisis 1998: Rupiah Kalah Telak

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
18 August 2025 10:00
Karyawan menghitung uang di tempat penukaran uang di money Changer Valuta Artha Mas, Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta, (21/6/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Karyawan menghitung uang di tempat penukaran uang di money Changer Valuta Artha Mas, Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta, (21/6/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, menarik untuk kembali menelusuri perjalanan panjang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan ini mencerminkan kekuatan ekonomi Indonesia dalam menghadapi gejolak global.

Salah satu momen paling krusial dalam perjalanan rupiah adalah pada Krisis 1997/1998. Rupiah saat itu dihantam badai hingga ambruk.Krisis menjatuhkan nilai tukar rupiah dari Rp 2.500 menjadi Rp 16.900 per dolar AS.

Sejak 1998, rupiah telah melewati berbagai fase penting, mulai dari krisis moneter 1998 yang mengguncang Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara, krisis subprime mortgage pada 2008, hingga pandemi Covid-19 pada 2020. Setiap periode membawa tantangan tersendiri bagi stabilitas nilai tukar dan perekonomian nasional.

Perubahan besar ini bukan hanya dialami rupiah. Mata uang negara-negara Asia Tenggara lainnya pun menempuh perjalanan yang penuh dinamika. Ada yang terpuruk dan melemah tajam terhadap dolar AS. Namun, ada pula yang berhasil menjaga bahkan menguatkan nilai tukarnya meski diterpa dinamika global.

Melihat data nilai tukar dari 1998 hingga 2025 memberikan gambaran jelas bagaimana kebijakan moneter, stabilitas politik, dan daya saing ekonomi memengaruhi ketahanan mata uang. Setiap negara memiliki kisah dan pelajaran tersendiri dalam menjaga stabilitas nilai tukar.

Berdasarkan data Refinitiv, terlihat dengan jelas mana yang mengalami pelemahan signifikan dan mana yang justru mencatat penguatan.

Pada awal 1998, satu dolar AS setara dengan Rp6.000. Kini, berdasarkan data dari Refinitiv, nilai tukar rupiah berada di level Rp16.280/US$. Artinya, dalam 27 tahun rupiah telah melemah sekitar Rp10.000, atau setara dengan depresiasi nilai sebesar 171,3%. Perlu diingat, periode 1998 merupakan masa krisis moneter yang mengguncang Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan memuncak pada peristiwa reformasi di dalam negeri.

Tak hanya rupiah, sejumlah mata uang negara Asia Tenggara lain juga mengalami pelemahan signifikan terhadap dolar AS sejak krisis tersebut. Vietnam menjadi salah satu contoh dengan pelemahan cukup besar. Pada awal 1998, dong Vietnam berada di level VND12.291/US$, dan kini mencapai VND26.245/US$ atau terdepresiasi sekitar 113,5%.

Filipina pun mengalami pelemahan, meski tidak sedalam Vietnam atau Indonesia. Pada 1998, satu dolar AS setara PHP40,8, dan saat ini berada di PHP56,88, mencerminkan depresiasi sekitar 39,41%. Malaysia juga mengalami pelemahan tipis, dari MYR3,97/US$ pada 1998 menjadi MYR4,22/US$ saat ini.

Menariknya, tidak semua negara di kawasan ini mengalami pelemahan. Thailand justru mencatat penguatan mata uang terhadap dolar AS. Baht Thailand yang pada awal 1998 berada di THB47,9/US$, kini menguat menjadi THB32,39/US$, atau terapresiasi sebesar 32,38%. Singapura pun menunjukkan tren serupa, dengan dolar Singapura menguat 24,25% dari SGD1,69/US$ pada 1998 menjadi SGD1,28/US$ saat ini.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa daya tahan mata uang negara-negara Asia Tenggara pasca-krisis 1998 sangat bervariasi. Faktor kebijakan moneter, stabilitas politik, dan daya saing ekonomi domestik menjadi kunci yang membedakan arah pergerakan masing-masing mata uang hingga hari ini.

Menjelang HUT ke-80 RI, membandingkan nilai tukar hari ini dengan masa krisis 1998 juga mengingatkan akan ketangguhan bangsa dalam melewati badai ekonomi.

Meski rupiah belum mampu kembali ke level pra reformasi, perjalanan panjang ini menunjukkan kemampuan Indonesia untuk bertahan dan beradaptasi. Tantangan ke depan masih banyak, namun dengan kerja sama seluruh elemen bangsa, rupiah dan perekonomian nasional punya peluang besar untuk melangkah lebih kuat di masa depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation