Newsletter

RI Tunggu Pidato Kenegaraan Pertama Prabowo, Jurus Bangkitkan Ekonomi

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
11 August 2025 06:20
Presiden Prabowo Subianto memberikan sambutan usai pengambilan sumpah jabatan presiden, di DPR RI, Jakarta (20/10/2024).
Foto: Presiden Prabowo Luncurkan Logo dan Tema Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan RI, 23 Juli 2025
  • Pergerakan pasar keuangan RI pekan lalu cenderung variatif. IHSG sudah tampak kelelahan sementara rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

  • Wall Street kembali moncer pekan lalu, Nasdaq bahkan mencetak rekor selama dua hari beruntun.

  • Masuk pekan kedua Agustus 2025, sentimen pasar akan datang dari data inflasi AS, sementara dari dalam negeri akan ada Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan RAPBN 2026

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI pada pekan lalu bergerak variatif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai kelelahan, rupiah menguat signifikan, lalu obligasi Tanah Air terus diburu investor.

Pekan ini, pasar keuangan diharapkan kembali bergairah menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-80. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar sepanjang pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Pada sepanjang pekan yang berakhir Jumat kemarin (8/8/2025), IHSG melemah 0,06% dan bertengger di posisi 7.533,38,

Pergerakan IHSG minggu lalu bisa dibilang dalam tren konsolidasi setelah reli kencang selama sebulan lebih.

Khusus pada Jumat kemarin, IHSG berhasil menghijau 0,58% berkat penguatan saham grup Prajogo Pangestu, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).

Bila ditotal keempat saham tersebut menyumbang 37,73 indeks poin terhadap penguatan IHSG akhir pekan lalu. Salah satu alasan dibalik penguatan ini adalah saham CUAN dan PTRO yang masuk MSCI untuk edisi Agustus 2025. Dengan catatan, PTRO masuk ke small cap indeks.

Beralih ke pasar nilai tukar, rupiah terpantau menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pekan lalu.

Merujuk data Refinitiv, sepanjang pekan lalu mata uang Garuda menguat 1,21% terhadap dolar AS ke posisi Rp16.285/US$. Ini merupakan posisi terkuat secara mingguan sejak Mei 2025.

Penguatan rupiah seiring dengan indeks dolar AS (DXY) yang melemah. CNBC Indonesia memantau sampai Jumat pukul 15.00 WIB, the greenback berada di posisi 98,13, sudah melemah 0,26% secara harian.

Sepanjang pekan, DXY juga masih dalam tren pelemahan. sejak awal tahun, indeks dolar AS ini sudah kontraksi nyaris 10%.

Pelemahan dolar terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mencalonkan Stephen Miran sebagai anggota sementara dewan gubernur The Federal Reserve. Saat ini, Miran menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih. Miran akan menggantikan Adriana Kugler, Gubernur The Fed yang secara mengejutkan mengundurkan diri pekan lalu.

Pasar menilai pencalonan Miran bisa sejalan dengan dorongan Trump untuk menurunkan suku bunga. Dalam catatan analis Danske Bank, Miran dikenal sebagai sosok yang skeptis terhadap independensi The Fed dan mendukung penguatan kontrol presiden atas bank sentral AS. Miran juga merupakan penulis Mar-A-Lago Accord, sebuah rencana untuk mendevaluasi dolar AS.

Beralih lagi ke pasar obligasi Tanah Air masih terpantau diburu investor.

Berdasarkan data Refinitiv, yield oblgiasi acuan RI dengan tenor 10 tahun sudah mengalami penurunan selama tiga hari beruntun pekan lalu.

Pada Jumat terpantau bertengger di posisi 6,42%. Dalam seminggu turun sekitar 1,58 basis poin (bps).

Perlu dipahami, kalau yield dan harga dalam obligasi itu berlawanan arah. Jadi, dengan yield yang terus turun, maka harga sedang naik atau investor sedang ramai membeli.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu kembali menunjukkan performa gemilang. Nasdaq bahkan sukses menorehkan rekor penutupan tertinggi selama dua hari berturut-turut.

Pada penutupan perdagangan Jumat (8/8/2025), Nasdaq Composite mengakhiri sesi di 21.450,02, menguat 207,32 poin atau 0,98%. S&P 500 ikut terkerek 49,45 poin atau 0,78% menjadi 6.389,45, sementara Dow Jones Industrial Average naik 206,97 poin atau 0,47% ke level 44.175,61.

Reli ini banyak ditopang saham-saham teknologi, dengan Apple Inc. (AAPL) sebagai bintang utama. Saham Apple melesat 4,2% pada Jumat dan membukukan lonjakan mingguan 13,3%, rekor terbaik sejak 2020.

Sentimen positif bagi Apple muncul setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana tambahan investasi US$100 miliar di AS, sehingga total komitmen perusahaan mencapai US$600 miliar dalam empat tahun.

Sektor teknologi dan layanan komunikasi dalam indeks S&P 500 juga ikut menguat, keduanya mencatat rekor penutupan baru.

Dari sisi makro, pasar semakin optimistis terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve setelah rilis data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang penurunan suku bunga acuan sebesar minimal 25 basis poin (bps) pada pertemuan September kini mencapai 89,4%, naik dari 80,3% sepekan sebelumnya. Pasar juga mulai memperkirakan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun.

Di sisi politik moneter, Trump menunjuk Stephen Miran, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi, sebagai calon pengganti sementara Adriana Kugler di Dewan Gubernur The Fed. Miran dikenal sejalan dengan pandangan Trump dan sempat menilai Jerome Powell terlambat memangkas suku bunga.

Namun, di tengah optimisme tersebut, pasar masih mencermati dampak kebijakan tarif impor baru AS terhadap puluhan negara. Tarif 50% untuk ekspor India yang mulai berlaku pekan lalu memicu New Delhi menunda pembelian pesawat dan peralatan militer dari AS.

Sepanjang pekan, Nasdaq mencatat kenaikan 3,9%, S&P 500 menguat 2,4%, dan Dow Jones naik 1,3%. Nasdaq kini sudah membukukan 18 rekor penutupan tertinggi sepanjang 2025 dengan kenaikan sekitar 11% sejak awal tahun, sedangkan S&P 500 berada sedikit di bawah rekor all-time high-nya.

 

Dari kabar korporasi, Gilead Sciences (GILD) melompat 8,3% usai menaikkan proyeksi kinerja tahunan, sementara Expedia (EXPE) menguat 4,1% berkat revisi naik prospek pertumbuhan pemesanan dan pendapatan. Hingga saat ini, lebih dari 450 perusahaan di S&P 500 telah merilis kinerja kuartal II, dengan pertumbuhan laba rata-rata diperkirakan 13,2%, jauh di atas ekspektasi 5,8% pada awal Juli.

Investor kini menantikan rilis data inflasi konsumen (CPI) pada Selasa mendatang. Angka inflasi tersebut akan menjadi ujian penting bagi reli pasar saham AS, dengan risiko koreksi jika inflasi kembali menunjukkan tren naik.

 

Masuk pekan kedua Agustus 2025, pelaku pasar mengalihkan fokus pada sejumlah data da agenda penting yang akan berlangsung pada pekan ini.

Dari eksternal, data terpenting adalah inflasi Amerika Serikat (AS).

Sementara dari dalam negeri pasar memantau pergerakan IHSG jelang perayaan kemerdekaan yang akan jatuh pada hari Minggu (17/8/2025).

Agenda paling penting pekan ini adalah Sidang Bersama sampai Nota Keuangan 2026 yang akan diselenggarakan lebih dulu pada Jumat (15/8/2025).

Berikut beberapa sentimen yang akan mempengaruhi gerak pasar keuangan RI pada pekan ini :

Sidang Bersama, Pidato Kenegaraan, dan Nota Keuangan 2026

Semua perhatian masyarakat, pelaku usaha, hingga investor pekan ini akan tertuju pada event tahunan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Jumat (15/8/2025).

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana Sidang Bersama dilakukan pada 16 Agustus maka tahun ini digelar pada Jumat pekan ini, 15 Agustus 2025, karena 16 Agustus bertepatan dengan Sabtu.

Event ini akan menjadi momen yang sangat Istimewa karena ini akan menjadi Sidang Bersama dan Pidato Kenegaraan yang pertama bagi Presiden Prabowo Subianto sebagai Presiden RI.

Sebagai catatan, Prabowo mengambilalih jabatan pada 23 Oktober 2024 sehingga Sidang Bersama tahun lalu Presiden Joko Widodo masih memimpin Indonesia.
Prabowo akan menyampaikan Pidato Kenegaraan pada pagi hari dan Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-undang (RUU) Tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2026 dan Nota Keuangan pada siang harinya.

Melalui Pidato Kenegaraan, Presiden Prabowo akan menyampaikan focus pemerintahannya ke depan. Menarik ditunggu apakah Prabowo akan lebih membahas sisi pertahanan sesuai latar belakangnya atau tetap mengedepankan soal ekonomi. Menarik ditunggu pula seberapa besar perhatian Prabowo terhadap program prioritasnya, seperti Makanan Bergizi Gratis (MBG).

Presiden Prabowo jugai akan menyampaikan Pidato Pengantar RAPBN 2026. Pidato ini menjadi perhatian besar baik dari pelaku pasar ataupun pengusaha karena akan menjadi arah bagi pembangunan Indonesia ke depan. Prabowo akan membeberkan target makro ekonomi mulai dari pertumbuhan, inflasi, nilai tukar rupiah, lifting minyak mentah dan gas, serta harga minyak mentah Indonesia/ICP untuk 2026.

Masyarakat, pelaku usaha, dan investor akhirnya akan mengetahui arah kebijakan Prabowo-Gibran, mulai dari belanja hingga pendapatan negara pada tahun kedua pemerintahannya. 
Kebijakan ini sangat ditunggu di tengah melemahnya ekonomi Indonesia tahun ini.

Sebelumnya, pada Juli 2025, pemerintah dan DPR RI menyepakati angka Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Target Pembangunan sebagai dasar penyusunan RAPBN 2026. Berkiut targetnya:

Penjualan ritel di Indonesia

Bank Indonesia hari ini, Senin (11/8/2025) akan mengumumkan data penjualan eceran Juni 2025.

Sebagai catatan, penjualan ritel tumbuh 1,9% (yoy) pada Mei 2025, bangkit dari penurunan 0,3% di April-yang merupakan penurunan tahunan pertama sejak April 2024. Pemulihan ini terutama didorong oleh peningkatan penjualan makanan, minuman, dan tembakau (4,0% vs 1,2% di April), serta barang-barang budaya dan rekreasi (4,7% vs 3,6%).

Sementara itu, pertumbuhan penjualan melambat untuk suku cadang dan aksesori kendaraan bermotor (1,6% vs 8,7%) serta bahan bakar (5,3% vs 8,3%). Penurunan penjualan juga berkurang untuk peralatan rumah tangga (-5,8% vs -10,5%) dan pakaian (-0,3% vs -5,4%). Namun, penjualan peralatan informasi dan komunikasi terus mengalami kontraksi (-27,4% vs -25,1%).

Penjualan ritel pada Juni diperkirakan tumbuh 2,0%, terutama didukung oleh peningkatan penjualan bahan bakar, suku cadang dan aksesori kendaraan, serta pakaian. Secara bulanan, penjualan ritel turun 1,3% pada Mei, setelah penurunan lebih tajam sebesar 5,1% di April. Kontraksi bulanan yang lebih ringan ini sebagian disebabkan oleh peningkatan belanja selama beberapa libur di bulan Mei.

Inflasi AS

Pada Selasa (12/8/2025), dari negeri Paman Sam akan merilis data inflasi periode Juli 2025. Sebelumnya, inflasi AS kembali meningkat di bulan Juni, mencapai tingkat tahunan 2,7%.

Harga-harga konsumen naik di bulan Juni seiring tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump mulai perlahan-lahan memengaruhi perekonomian AS.

Indeks harga konsumen, ukuran biaya barang dan jasa yang berbasis luas, naik 0,3% pada bulan tersebut, sehingga tingkat inflasi 12 bulan mencapai 2,7%, Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan pada hari Selasa. Angka-angka tersebut sejalan dengan konsensus Dow Jones, meskipun tingkat tahunan tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari dan masih di atas target Federal Reserve sebesar 2%.

Tidak termasuk harga pangan dan energi yang fluktuatif, inflasi inti naik 0,2% pada bulan tersebut dan tingkat tahunan sebesar 2,9%, dengan tingkat tahunan sesuai dengan perkiraan. Tingkat bulanan tersebut sedikit di bawah proyeksi kenaikan 0,3%.

Sebelum Juni, inflasi secara umum menurun sepanjang tahun, dengan IHK utama berada pada tingkat tahunan 3% pada bulan Januari dan melambat secara bertahap pada bulan-bulan berikutnya meskipun ada kekhawatiran bahwa perang dagang Trump akan mendorong harga lebih tinggi.

Meskipun bukti pada bulan Juni beragam tentang seberapa besar pengaruh tarif terhadap harga, terdapat tanda-tanda bahwa bea masuk tersebut berdampak.

Harga kendaraan turun pada bulan tersebut, dengan harga kendaraan baru turun 0,3% dan mobil dan truk bekas turun 0,7%. Namun, harga pakaian jadi yang sensitif terhadap tarif naik 0,4%. Perabotan rumah tangga, yang juga dipengaruhi oleh tarif, naik 1% pada bulan tersebut.

Harga tempat tinggal hanya naik 0,2% pada bulan tersebut, tetapi BLS mengatakan kategori tersebut masih menjadi kontributor terbesar terhadap kenaikan IHK secara keseluruhan. Indeks tersebut naik 3,8% dari tahun lalu. Dalam kategori tersebut, pengukuran tentang apa yang dirasakan pemilik rumah dapat mereka terima jika mereka menyewakan properti mereka naik 0,3%. Namun, penginapan di luar rumah turun 2,9%.

Trump menggunakan laporan tersebut untuk memulai seruan lain agar The Fed menurunkan suku bunga.

Indeks Harga Produsen AS

Pada Kamis (14/8/2025), AS juga akan merilis indeks harga produsen (IHP) periode Juli 2025. Sebelumnya, inflasi grosir alias indeks harga produsen tetap stabil pada periode Juni.

Inflasi grosir tidak menunjukkan perubahan pada bulan Juni, memberikan indikasi yang saling bertentangan mengenai apakah tarif mengancam akan meningkatkan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.

Indeks harga produsen tetap stabil, menurut angka yang disesuaikan secara musiman dari Biro Statistik Tenaga Kerja yang dilaporkan pada hari Rabu. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan sebesar 0,2%.

Hal yang sama berlaku untuk PPI inti, yang juga diperkirakan akan menunjukkan kenaikan sebesar 0,2%.

Dikombinasikan dengan rilis indeks harga konsumen pada hari Selasa, data tersebut menunjukkan bahwa tarif Presiden Donald Trump hanya menunjukkan dampak yang kecil terhadap ekonomi AS dan harga barang dan jasa.

Meskipun angka inflasi inti dan inflasi grosir utama rendah, harga barang permintaan akhir naik 0,3%, tetapi diimbangi oleh penurunan 0,1% pada sektor jasa. Dalam kategori barang, peralatan komunikasi yang sensitif terhadap tarif mencatat kenaikan sebesar 0,8%. Harga barang inti juga naik 0,3%.

Pada saat yang sama, level IHP untuk bulan Mei, yang awalnya dilaporkan naik 0,1%, mengalami revisi naik menjadi 0,3%. Kenaikan 0,3% untuk barang merupakan kenaikan terbesar sejak Februari, lapor BLS.

Secara tahunan (yoy), IHP utama naik 2,3%, dibandingkan dengan 2,7% pada bulan Mei dan merupakan level terendah sejak September 2024. PPI inti berada di 2,6% secara tahunan, kenaikan terkecil sejak Juli 2024.

Kontrak berjangka pasar saham naik setelah laporan tersebut, sementara imbal hasil obligasi Treasury turun.

BLS pada hari Selasa melaporkan bahwa indeks harga konsumen, yang mengukur apa yang dibayar konsumen untuk barang dan jasa, menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 0,3% dan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,7%. Inflasi inti berada di 2,9% per tahun.

Semua ukuran inflasi tahunan BLS berada di atas target 2% Federal Reserve. Namun, Trump pada hari Selasa mengulangi tuntutannya agar The Fed mulai menurunkan suku bunga acuannya sebagai cara untuk membantu mengurangi biaya pinjaman bagi AS.

Namun, pasar memperkirakan hampir tidak ada peluang penurunan suku bunga ketika The Fed bertemu pada akhir Juli, dan telah mengurangi peluang untuk langkah pada bulan September. Para pejabat The Fed mengatakan mereka tetap berhati-hati tentang dampak tarif terhadap inflasi dan yakin bahwa ekonomi AS berada dalam posisi yang cukup kuat sekarang sehingga mereka dapat menunggu untuk melihat dampaknya sebelum mengambil tindakan terkait suku bunga.

Data China


China Akan Mengumumkan data produksi manufaktur mereka untuk Juli pada Jumat pekan ini. Sebagai catatan, Produksi industri China  tumbuh sebesar 6,8% year-on-year pada Juni 2025, meningkat dari level terendah enam bulan di Mei yang sebesar 5,8% dan melampaui ekspektasi pasar sebesar 5,6%.

Ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak Maret, didorong oleh serangkaian kebijakan pemerintah untuk mengangkat perekonomian. Aktivitas manufaktur meningkat (7,4% vs 6,2% di Mei), begitu pula output pertambangan (6,1% vs 5,7%). Sementara itu, produksi listrik, panas, gas, dan air tetap tumbuh meski dengan laju yang lebih lambat (1,8% vs 2,2%).

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Retail Sales Indonesia periode Juni 2025

  • Lelang US Treasury tenor 3 bulan dan 6 bulan

  • Penjualan mobil Indonesia periode Juli 2025

  • TelkomGroup akan menyampaikan informasi terkini terkait Kinerja Perseroan Periode Semester I 2025

  • Seremoni Pembukaan Perdagangan dan konferensi pers HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia

  • Kementerian ESDM kembali mengundang rekan media untuk hadir meliput "Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor ESDM Semester I Tahun 2025 oleh Menteri ESDM

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Cum date dividen TAPG

  • Ex date dividen MARK

  • Pembayaran Tender offer DATA di harga Rp974

  • RUPS PART pukul 10.00 WIB

  • Public Expose IRSX pukul 14.00 WIB

 

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(tsn/tsn) Next Article IHSG Diramal Bullish Sampai Lebaran, Ini Alasannya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular