RI Tunggu Pidato Kenegaraan Pertama Prabowo, Jurus Bangkitkan Ekonomi
Pergerakan pasar keuangan RI pekan lalu cenderung variatif. IHSG sudah tampak kelelahan sementara rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Wall Street kembali moncer pekan lalu, Nasdaq bahkan mencetak rekor selama dua hari beruntun.
Masuk pekan kedua Agustus 2025, sentimen pasar akan datang dari data inflasi AS, sementara dari dalam negeri akan ada Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan RAPBN 2026
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI pada pekan lalu bergerak variatif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai kelelahan, rupiah menguat signifikan, lalu obligasi Tanah Air terus diburu investor.
Pekan ini, pasar keuangan diharapkan kembali bergairah menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-80. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar sepanjang pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Pada sepanjang pekan yang berakhir Jumat kemarin (8/8/2025), IHSG melemah 0,06% dan bertengger di posisi 7.533,38,
Pergerakan IHSG minggu lalu bisa dibilang dalam tren konsolidasi setelah reli kencang selama sebulan lebih.
Khusus pada Jumat kemarin, IHSG berhasil menghijau 0,58% berkat penguatan saham grup Prajogo Pangestu, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Bila ditotal keempat saham tersebut menyumbang 37,73 indeks poin terhadap penguatan IHSG akhir pekan lalu. Salah satu alasan dibalik penguatan ini adalah saham CUAN dan PTRO yang masuk MSCI untuk edisi Agustus 2025. Dengan catatan, PTRO masuk ke small cap indeks.
Beralih ke pasar nilai tukar, rupiah terpantau menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pekan lalu.
Merujuk data Refinitiv, sepanjang pekan lalu mata uang Garuda menguat 1,21% terhadap dolar AS ke posisi Rp16.285/US$. Ini merupakan posisi terkuat secara mingguan sejak Mei 2025.
Penguatan rupiah seiring dengan indeks dolar AS (DXY) yang melemah. CNBC Indonesia memantau sampai Jumat pukul 15.00 WIB, the greenback berada di posisi 98,13, sudah melemah 0,26% secara harian.
Sepanjang pekan, DXY juga masih dalam tren pelemahan. sejak awal tahun, indeks dolar AS ini sudah kontraksi nyaris 10%.
Pelemahan dolar terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mencalonkan Stephen Miran sebagai anggota sementara dewan gubernur The Federal Reserve. Saat ini, Miran menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih. Miran akan menggantikan Adriana Kugler, Gubernur The Fed yang secara mengejutkan mengundurkan diri pekan lalu.
Pasar menilai pencalonan Miran bisa sejalan dengan dorongan Trump untuk menurunkan suku bunga. Dalam catatan analis Danske Bank, Miran dikenal sebagai sosok yang skeptis terhadap independensi The Fed dan mendukung penguatan kontrol presiden atas bank sentral AS. Miran juga merupakan penulis Mar-A-Lago Accord, sebuah rencana untuk mendevaluasi dolar AS.
Beralih lagi ke pasar obligasi Tanah Air masih terpantau diburu investor.
Berdasarkan data Refinitiv, yield oblgiasi acuan RI dengan tenor 10 tahun sudah mengalami penurunan selama tiga hari beruntun pekan lalu.
Pada Jumat terpantau bertengger di posisi 6,42%. Dalam seminggu turun sekitar 1,58 basis poin (bps).
Perlu dipahami, kalau yield dan harga dalam obligasi itu berlawanan arah. Jadi, dengan yield yang terus turun, maka harga sedang naik atau investor sedang ramai membeli.
(tsn/tsn)