
Mayday, Mayday, Mayday! Harga Batu bara Ambruk 5 Hari

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus anjlok di tengah melemahnya permintaan dari China.
Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Kamis (7/8/2025) ditutup di posisi US$ 115 per ton, atau turun 0,95%. Pelemahan ini memperpanjang derita batu bara yang sudah melemah lima hari beruntun dengan pelemahan mencapai 2,05%.
Penurunan lima hari beruntun ini adalah yang pertama sejak pertengahan Maret (11-18 Maret 2025).
Sepanjang tahun ini, penurunan lima hari hanya terjadi lima kali yakni awal dan akhir Januari, awal Februari, awal Maret dan Agustus ini.
Pelemahan ini tentu menjadi kabar buruk bagi Indonesia yang mengandalkan 15-16% penerimaan ekspornya dari batu bara.
Pelemahan harga batu bara utamanya disebabkan China. Impor batu bara China pada Juli 2025 tercatat 35,61 juta ton, anjlok 23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meski secara tahunan turun, angka Juli lebih tinggi dibandingkan Juni yang sempat merosot ke level terendah dalam dua tahun terakhir. Lonjakan dari bulan sebelumnya terjadi akibat cuaca panas yang memicu lonjakan penggunaan pendingin udara, sehingga mendorong konsumsi listrik.
Analis LSEG, Toby Hassall, mengatakan penurunan besar impor dibandingkan tahun lalu mencerminkan kemandirian pasokan yang lebih kuat.
"Produksi domestik tahun ini melampaui konsumsi batu bara, yang tertekan oleh pertumbuhan pembangkitan listrik dari energi terbarukan," ujarnya, kepada Reuters.
Pasokan Lokal Melimpah, Ekspor Ikut Naik
Produksi batu bara domestik China melonjak ke rekor tertinggi pada Januari-Mei 2025 dan diperkirakan naik 5% sepanjang tahun. Pasokan yang berlimpah mendorong ekspor batu bara naik 13% dalam lima bulan pertama tahun ini.
China Coal Transportation and Distribution Association memperkirakan impor batu bara tahun ini bakal 50-100 juta ton lebih rendah dibandingkan 2024. Penyebabnya antara lain krisis properti, pelemahan industri, dan lonjakan produksi dalam negeri.
Setelah penurunan persetujuan pembangunan pembangkit listrik batu bara pada 2024, tren berbalik pada 2025. Menurut Greenpeace, China sudah menyetujui kapasitas pembangkit baru sebesar 11,29 gigawatt pada kuartal I-2025, melampaui 10 GW yang disetujui pada paruh pertama 2024.
Ke depan, pasar menunggu apakah Beijing akan memangkas produksi untuk mengendalikan kelebihan pasokan. Dokumen Administrasi Energi Nasional tertanggal 20 Juli menginstruksikan inspeksi tambang di delapan provinsi. Kebijakan ini memicu harga batu bara kokas melonjak hingga batas perdagangan dalam beberapa sesi, di tengah kekhawatiran pasokan terganggu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
