
Tendang Thailand, Tetangga RI Jadi Raja Baru Beras Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Vietnam telah melampaui Thailand sebagai eksportir beras terbesar kedua di dunia pada semester I- 2025,
Mengutip dari Thai PBS, Asosiasi Eksportir Beras Thailand mencatat bahwa dari Januari hingga Juni, India mengekspor 11,68 juta ton beras, meningkat 36,5% secara tahunan, kemudian diikuti oleh Vietnam dengan 4,72 juta ton, naik 3,6%.
Sementara itu, Thailand mencatat ekspor sebesar 3,73 juta ton, turun 27,3%; Pakistan 2,76 juta ton, turun 20,2%; dan AS 1,4 juta ton, turun 23,5%.
Penurunan Nilai Ekspor Membayangi Kenaikan Kuantitas
Meskipun volume ekspor beras Vietnam meningkat 3,1% pada paruh pertama 2025, nilai ekspornya mengalami penurunan sebesar 15,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Menurut Kementerian Pertanian dan Lingkungan Vietnam, diperkirakan negara ini mengekspor sekitar 750.000 ton beras pada Juli 2025, dengan pendapatan mencapai US$366,1 juta.
Total ekspor beras selama tujuh bulan pertama tahun ini tercatat sekitar 5,5 juta ton, menghasilkan US$ 2,81 miliar.
![]() Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memantau bongkar muatan 5.000 ton beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana) |
Penurunan pendapatan ini disebabkan oleh harga ekspor rata-rata yang menurun. Selama tujuh bulan pertama, harga ekspor rata-rata Vietnam turun menjadi US$514 per ton, turun 18,4% dibandingkan tahun sebelumnya.
Terlepas dari penurunannya, harga ekspor rata-rata Vietnam masih lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata sekitar US$ 400 per ton yang dicatat oleh negara-negara eksportir utama lainnya.
Filipina tetap menjadi pembeli terbesar beras Vietnam, menyumbang 42,6% dari total nilai ekspor, meskipun nilai ekspor ke negara ini turun 13,5% pada paruh pertama tahun ini.
Kendati telah memperkuat posisinya sebagai eksportir beras terbesar kedua dunia, Vietnam menghadapi tekanan yang meningkat akibat penurunan harga global, yang menekan pendapatan ekspor dan margin keuntungan di sektor beras.
Beberapa pasar di Afrika mencatat pertumbuhan ekspor beras dari Vietnam. Ekspor ke Ghana melonjak 53,5%, sementara pengiriman ke Pantai Gading hampir dua kali lipat, naik 96,6%.
Di antara 15 pasar ekspor beras utama Vietnam, Bangladesh menunjukkan peningkatan nilai terbesar, melonjak hingga 188 kali lipat. Sementara itu, Malaysia mencatat penurunan paling tajam, yakni 58,5%.
Bagaimana Indonesia?
Indonesia sudah mulai menjajakan produksi berasnya ke luar negeri, meskipun jumlahnya masih sangat kecil. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, volume ekspor beras Indonesia hanya mencapai 60 kilogram per April 2025.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, volume ekspor beras per April 2025 itu ditujukan ke sejumlah negara, yaitu Uni Emirat Arab, Malaysia, Belanda dengan nilai US$ 175,4.
"Volumenya adalah 60 kg, jadi kecil sekali dengan tujuan ekspor ke Uni Emirates Arab, Malaysia, dan Belanda," kata Pudji di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (2/6/2025).
Kendati demikian, wacana Indonesia untuk melakukan ekspansi ekspor beras ke Malaysia sudah dicanangkan dalam beberapa waktu terakhir. Rencana ekspor ini sejalan dengan posisi Indonesia yang kini berada dalam kondisi surplus beras, sehingga mulai dilirik oleh pasar luar negeri.
Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal mengungkapkan bahwa pengiriman nantinya akan menggunakan stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang tersimpan di gudang Bulog Kalimantan, dengan tujuan Sarawak, Malaysia.
"Yang direncanakan memang yang stok CBP di gudang Bulog yang Kalimantan ke Sarawak lah rencananya," kata Rizal saat ditemui di kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Jakarta, Senin (14/7/2025).
Ia menegaskan, pembahasan ekspor masih dalam tahap perencanaan dan belum dilakukan pengiriman. "Belum, masih baru direncanakan memang, tapi belum dilaksanakan. Sudah dibahas tapi masih dalam proses perencanaan," lanjutnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengungkapkan bahwa pemerintah telah membuka pembicaraan serius dengan Malaysia, terkait peluang ekspor beras sebesar 2.000 ton per bulan ke Negeri Jiran tersebut.
Diketahui bahwa kondisi stok beras nasional saat ini masih sangat mencukupi. Per 14 Juli 2025, cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 4.237.120 ton, ditambah stok komersial sebesar 14.139 ton, sehingga total keseluruhan stok beras nasional mencapai 4.251.259 ton.
Eksportir Beras Terbesar Dunia
India masih berada di puncak peringkat pengekspor beras terbesar di dunia. Pada Juli 2025, ekspor beras India mencapai 25.000 ton, melansir dari data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Ekspor beras India melesat secara tahunan (YoY), meningkat sebesar 39,5 % dari 17.919 ton pada Juli 2024.
Di posisi kedua menyusul Vietnam dengan volume ekspor beras 7.900 ton, kemudian juga Thailand di peringkat ketiga dengan ekspor beras sebanyak 7.000 ton di Bulan Juli.
Sementara itu, Pakistan dan Kamboja mengisi peringkat keempat dan kelima secara berurutan.
Jika Indonesia berhasil mencapai kesepakatan ekspor beras terhadap Malaysia dengan memenuhi volume peluang sebesar 2.000 ton per bulan, Indonesia berpotensi untuk masuk ke dalam 10 besar eksportir beras terbesar ini.
Perdagangan beras dunia menunjukkan warna cerah, dengan ekspektasi volume perdagangan yang akan meningkat di tahun 2026.
Melansir dari Rice Outlook: July 2025 oleh USDA, Perdagangan beras global pada tahun kalender 2026 diproyeksikan mencapai rekor sebesar 61,7 juta ton (beras giling), meningkat 55.000 ton dibandingkan proyeksi sebelumnya dan 1 persen lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya.
Proyeksi ekspor Myanmar untuk tahun 2026 dinaikkan sebesar 100.000 ton, sementara proyeksi ekspor Amerika Serikat diturunkan sebesar 50.000 ton.
Di pasar internasional, harga beras yang dilaporkan mengalami penurunan selama sebulan terakhir di Thailand, Vietnam, India, dan Uruguay. Sebaliknya, harga beras naik di Pakistan dan tidak mengalami perubahan di Argentina, Brasil, dan Paraguay.
Harga beras giling long-grain asal AS tidak berubah selama sebulan terakhir, sedangkan harga beras giling medium-grain asal California mengalami penurunan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
