
Bukan Indonesia, Negara ASEAN Ini Paling Gila Emas

Jakarta,CNBC Indonesia- Permintaan emas di Asia Tenggara melonjak tajam di tengah ketidakpastian global, denganThailand muncul sebagai pasar terbesar di kawasan.
Data World Gold Council (WGC)menunjukkan, konsumsi emas di Thailand mencapai 10 ton pada kuartal II 2025, naik38% dibandingkan tahun lalu. Angka ini setara dengan total gabungan permintaan emas Indonesia, Singapura, dan Malaysia .
Thailand: Dominasi Pasar & Lonjakan Investasi
Tingginya permintaan emas di Thailand tak lepas dari kombinasi faktor: harga emas global yang mencetak rekor baru, kondisi politik dalam negeri yang penuh ketidakpastian, dan meningkatnya minat investasi ritel.
MenurutThai Futures Exchange, total permintaan emas Thailand sepanjang 2025 diperkirakan tumbuh10% menjadi 53,7 ton. "Semakin banyak masyarakat Thailand beralih ke emas karena dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman di tengah ketidakpastian global," ujar Nuttapong Hirunyasiri, Managing DirectorMTS Gold Group, salah satu dealer emas terbesar Thailand, dikutip The Business Times.
Vietnam Turun ke Posisi Kedua
Setelah sempat memimpin pada kuartal I dengan konsumsi12 ton, Vietnam harus puas di posisi kedua dengan9,5 tonpada kuartal II 2025. Penurunan ini cukup tajam, yakni20% year-on-year, menjadikan Vietnam satu-satunya pasar ASEAN yang mencatat kontraksi.
Meski begitu, permintaan Vietnam masih hampir empat kali lebih tinggi dibanding Malaysia atau Singapura.
Tekanan harga domestik menjadi faktor utama pelemahan, denganharga emas batangan SJC (Saigon Jewelry Company)melonjak57% sejak awal tahun, menembusVND132,3 juta per tael (US$5.016).
Kenaikan ini bahkan mendorong Perdana Menteri Pham Minh Chinh turun tangan, mendesak otoritas menstabilkan pasar dan memperkecil gap harga emas domestik dengan global.
Singapura: Tumbuh Pesat, Tapi Kontras di Perhiasan
Singapura mencatat pertumbuhan emas batangan dan koin hingga37% year-on-year menjadi 2,2 ton, hampir menyamai laju Thailand. Namun permintaan emas perhiasan justru merosot8% menjadi 1,5 ton, sejalan dengan tren global ketika harga emas tinggi menekan daya beli konsumen.
Di kuartal I, Singapura bahkan sempat mencatat rekor permintaan bar dan coin terbesar sepanjang masa, yakni2,5 ton. Data ini menunjukkan pergeseran pola konsumsi: emas lebih banyak diburu sebagai instrumen investasi ketimbang perhiasan.
Indonesia berada di posisi ketiga dengan permintaan5,8 tonpada kuartal II, tumbuh sekitar 25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini didorong oleh minat masyarakat terhadaptabungan emas digitalserta permintaan perhiasan domestik yang masih stabil.
Sementara Malaysia mencatat permintaan sekitar2 ton, juga dengan pertumbuhan positif. Kedua negara ini memang belum mampu menyamai Thailand atau Vietnam, namun tren pertumbuhan menunjukkan semakin kuatnya basis investor ritel di kawasan.
Secara global, permintaan investasi emas (bar dan koin) naik11% YoY menjadi 306,8 ton. Investor China memimpin dengan konsumsi115 ton, disusul India46 ton. Eropa mencatat lonjakan lebih dari dua kali lipat menjadi28 ton, sementara Amerika Serikat justru merosot tajam hingga hanya 9 ton.
Tren ini memperkuat posisi Asia sebagai motor utama pasar emas global. Permintaan kuat dari Thailand, Vietnam, hingga China menunjukkan emas tetap menjadi pilihan utama menghadapi volatilitas ekonomi dan geopolitik
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)